Industri Fashion Indonesia Punya Kekuatan Ide Kreatif, Kementerian Ekraf Dukung Langkah ke Pasar Global

fesyen di Indonesia seperti berjalan di tempat. Para pelaku industri seperti melakukan pengulangan. Demikianlah Founder JF3 Theresia Mareta membuka talkshow JF3 Talk Volume 2 yang digelar di Teras Lakon, Summarecon Serpong, pekan lalu.
Theresia menekankan bahwa pelaku industri fesyen Indonesia haruslah berpikir kembali dan memberikan kontribusi untuk lebih efektif agar industri ini maju. “Kita tahu, potensi kreator Indonesia sangat besar. Namun, potensi ini tidak bisa tumbuh sendiri. Potensi ini membutuhkan lingkungan yang mendukung, support system yang baik untuk berkembang. Inilah pentingnya kolaborasi lintas sektor, dan terutama, dukungan nyata dari pemerintah dalam membangun fondasi industri yang kokoh,” jelasnya.
Hal yang diungkap Theresia sejalan dengan fokus yang dituju Kementerian Ekonomi Kreatif sebagai lembaga pemerintah nan menaungi industri fesyen. Kementerian Ekraf telah menjadikan industri fesyen sebagai salah satu dari tiga fokus karena memiliki kontribusi yang besar terhadap ketahanan dagang Indonesia dan sekaligus mampu melibatkan banyak pelaku UMKM di berbagai daerah. Industri fesyen menempati posisi yang sangat strategis dan menonjol. Sebagai bentuk ekspresi budaya sekaligus identitas visual bangsa, sektor fesyen tidak hanya memiliki nilai ekonomi tinggi, tetapi juga memiliki potensi besar untuk tampil di panggung global.
“Kita sadar bahwa kekuatan terbesar kita terletak pada proses desain karena kita memiliki fashion designer yang sangat luar biasa. Permasalahannya bukan di inkubasi dari creative ideas-nya, melainkan lebih kepada bagaimana caranya kita bisa menunjukkan kepada dunia, bahwa we have it,” kata Wakil Menteri Ekraf Irena Umar dalam kesempatan yang sama.
Irene melihat salah satu tantangan utama dalam industri fesyen Indonesia ialah ketersediaan dan pengolahan bahan baku. Menurutnya, meski Indonesia kaya akan material lokal, teknologi pengolahannya masih tertinggal. Oleh karena itu, Indonesia masih perlu melakukan inovasi teknologi yang terbarukan untuk mengolah bahan yang kita miliki.
Saat ini, kata Irene, fokus utama Kementerian Ekraf ialah mengoptimalkan keunggulan Indonesia di sektor desain dan mendorong fesyen yang tidak hanya mengangkat warisan budaya seperti batik dan tenun, tetapi juga produk ready to wear yang bisa dipakai sehari-hari. “Jika melihat demografi Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan populasi muslim terbesar, kita merencanakan menjadikan Indonesia sebagai pusat muslim fashion di kawasan Asia. Hal yang menjadi tantangannya kita bersama yakni bagaimana kita mendorong ini tidak hanya untuk level nasional, tapi juga untuk level internasional,” tegasnya.
Sejalan dengan niat itu, Theresia menyebut JF3 hadir sebagai salah satu upaya untuk memperkuat ekosistem fesyen Tanah Air. “Kami terus berkomitmen menciptakan ekosistem yang sehat dan progresif bagi para pelaku industri mode, agar fesyen Indonesia tidak hanya menjadi tren sesaat, tapi benar-benar menjadi kekuatan budaya dan ekonomi yang diakui secara global,” katanya.
Bak gayung bersambut, pihak Kementerian Ekraf mengamplifikasi niat itu dengan langkah konkret seperti memetakan dan mencari potensial buyer yang berada di luar negeri. Menurut Irene, Prancis sudah menjadi salah satu menjadi partnernya. Kehadiran Indonesia di Osaka World Expo 2025, menurutnya, menjadi pintu menjalin kerja sama dengan Jepang untuk membuka distribution outlet brand Indonesia di sana.
“Ada beberapa agents yang ada di Jepang yang sudah kami kontak dan akan dilakukan beberapa zoom sessions dengan beberapa jenama Indonesia yang siap untuk ekspor dalam skala hal kecil untuk market testing di sana,” jelasnya.
Secara umum, Kementerian Ekraf membantu jenama lokal dalam melebarkan distribusi produk secara global melalui mitra-mitra yang telah bekerja sama di dalamnya. Meski begitu, menurut Irena, ekspansi ini memerlukan kesiapan dari pelaku industri, baik dari sisi produk, standar global, hingga kapasitas produksi.
“Melalui digital platform kita mampu menampilkan karya-karya kita agar bisa dilihat secara global,” tutup Irene.(dwi)