Indonesia Mendadak Padel...

padel, perkembangan padel, Padel, olahraga padel, olahraga padel di indonesia, lapangan padel, padel banyak diminati, tren olahraga urban, house of padel, perkembangan padel di indonesia, olahraga raket baru, Indonesia Mendadak Padel...

Setelah tren bersepeda dan lari, masyarakat urban kini dilanda euforia olahraga padel. Olahraga yang merupakan perpaduan antara tenis dan squash ini tak hanya booming di Jakarta, tetapi juga menyebar ke berbagai kota besar seperti Bali dan Yogyakarta.

Menariknya, Indonesia kini menduduki peringkat ke-6 sebagai negara dengan perkembangan padel tercepat di Asia Tenggara dan berada di posisi ke-29 dunia.

Menurut Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), data tersebut dirilis oleh The International Padel Federation (FIP) yang mencatat lonjakan pesat minat dan infrastruktur padel di Tanah Air.

Saat ini, Indonesia telah memiliki organisasi resmi bernama Perkumpulan Besar Padel Indonesia (PBPI) yang menjadi anggota FIP, bahkan olahraga ini telah masuk dalam cabang ekshibisi di Pekan Olahraga Nasional (PON).

Secara sekilas, olahraga padel mirip dengan tenis dalam hal bentuk raket, bola, dan lapangan. Namun, raket padel tidak memiliki senar seperti raket tenis, bola yang digunakan lebih ringan, dan ukuran lapangannya lebih kecil.

Perbedaan lainnya terletak pada peraturan permainan yang juga berbeda dari tenis tradisional.

Padel merupakan olahraga yang lahir di Acapulco, Meksiko pada tahun 1969 oleh Enrique Corcuera, kemudian berkembang di Spanyol dan Argentina pada dekade 1970-an. Kini, padel telah menjelma menjadi fenomena global.

Dari Tren Jadi Gaya Hidup Urban

Bona Palma, pendiri komunitas padel PAUD (Padel Aja Udah) di Jakarta, menjelaskan bahwa padel mulai dikenal di Indonesia pada akhir 2019 hingga awal 2020.

“Masuk pertama kali via ekspatriat, pelajar, dan pekerja Indonesia yang mengenal padel di Eropa atau Amerika Latin, serta wisatawan asing yang berkunjung. Pertama kali masuk dan besar di Bali, hingga akhirnya mewabah di Jakarta,” ujar Bona kepada DW Indonesia.

Komunitas PAUD yang semula hanya beranggotakan kurang dari 10 orang, kini telah berkembang menjadi hampir 1.000 anggota.

Para anggota berasal dari berbagai latar belakang, terutama industri kreatif, dan awalnya hanya tergabung dalam grup WhatsApp sebelum menjadi komunitas resmi di platform olahraga Reclub.

Menurut Bona, daya tarik padel terletak pada kemudahan, fleksibilitas, serta manfaat kesehatannya.

“Olahraga ini bisa jadi game yang super fun, dalam waktu singkat kalori terbakar cukup banyak, dan waktu mainnya terukur, jadi cocok untuk orang yang sibuk,” jelasnya.

“Banyak court yang buka dari jam 6 pagi sampai 12 malam, jadi bisa disesuaikan dengan jadwal kerja,” tambahnya.

Format permainan 2 lawan 2 juga memperkuat nilai sosial padel, memfasilitasi interaksi dan networking antar pemain.

Padel Bukan Sekadar Olahraga

padel, perkembangan padel, Padel, olahraga padel, olahraga padel di indonesia, lapangan padel, padel banyak diminati, tren olahraga urban, house of padel, perkembangan padel di indonesia, olahraga raket baru, Indonesia Mendadak Padel...

Mantan atlet tenis Moh Farid Mauludi (26) yang kini mendalami dan menjadi pelatih padel di Surabaya.

Elyzabeth Hutahaean, seorang padelista, mengakui bahwa padel telah mengubah pandangannya tentang olahraga raket.

“Dulu aku merasa enggak bisa atau suka olahraga permainan, tapi padel beda. Aku main saja, enggak ada ambisi, tapi ternyata malah ketagihan,” tuturnya.

Mulai dari coaching, hingga bermain santai bersama teman, Elyzabeth kini rutin bermain hampir setiap hari. Ia juga menilai padel lebih mudah diakses dibanding tenis, karena raketnya lebih ringan, lapangan lebih kecil, dan teknik dasarnya mudah dipelajari.

“Sekarang kalau enggak bareng suami atau teman juga enggak masalah. Saya bisa random main sama orang lain. Bisa dapat teman, networking juga dapat, bahkan pernah dapat kerjaan dari kenalan di lapangan,” ujarnya.

Adianto Arminta, pemilik House of Padel (HOP) di Jakarta, menuturkan bahwa antusiasme terhadap padel meningkat tajam sejak awal 2025.

“Dari Januari sampai April, makin banyak beginner yang coba. Kepenuhan lapangan juga meningkat,” kata Adi.

HOP yang berdiri sejak 2024 memiliki empat lapangan padel di lantai 26 gedung perkantoran. Sekitar 65 persen pengunjung HOP berasal dari rentang usia 30-45 tahun, disusul kelompok usia 50-61 tahun dan Gen Z.

“Waktu Lebaran malah ramai banget, lapangan penuh. Di hari biasa, tingkat okupansi pernah capai 98,3 persen. Hanya ada dua jam kosong. Terutama ramai sebelum dan sesudah jam kerja,” ungkapnya.

Adapun biaya sewa lapangan padel di HOP berkisar Rp500.000 per jam, tergantung waktu dan hari.

Proyeksi Global dan Perkembangan di ASEAN

Menurut laporan Global Padel Report 2023 oleh Playtomic dan Monitor Deloitte, pada tahun 2026 diperkirakan akan ada sekitar 85.000 lapangan padel di dunia. Saat ini, jumlahnya hampir mencapai 40.000 dan diperkirakan akan menghasilkan nilai ekonomi hingga €6 miliar.

Di Asia Tenggara, Thailand menjadi pemimpin perkembangan padel dengan lebih dari 90 lapangan dan 300 pemain aktif, terutama di Bangkok dan Phuket. Data dari Thailand Padel Association menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam dua tahun terakhir.

Sementara di Eropa, Jerman menjadi salah satu negara dengan kesadaran dan minat tinggi terhadap padel. Hingga Januari 2024, Jerman memiliki 556 lapangan padel, serta telah menyelenggarakan liga profesional seperti Padel Bundesliga dan Padel Amateurliga.

Namun, laporan tersebut mencatat bahwa perkembangan padel di Jerman sedikit terhambat oleh regulasi olahraga dan keterbatasan fasilitas indoor.

SUMBER: DW Indonesia