Fakta-fakta Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali: Cuaca Buruk hingga Mesin Bocor

Informasi mengenai cuaca buruk yang melanda kawasan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk di Selat Bali mewarnai linimasa pemberitaan dalam beberapa hari terakhir.
Kondisi ini kerap menghambat aktivitas penyeberangan dari Bali ke Banyuwangi dan sebaliknya. Antrean kendaraan pun mengular menanti cuaca membaik.
Pada Rabu (2/7/2025) tengah malam, kapal motor penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali.
Proses pencarian dan evakuasi korban masih berlangsung hingga Kamis (3/7/2025) oleh tim gabungan yang menyisir lokasi tenggelamnya kapal.
Ombak Tinggi di Lokasi Kecelakaan
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, ombak di Selat Bali sedang tinggi saat kejadian.
"Hari ini ketinggian ombak antara 1,7 meter sampai 2,5 meter," kata Kasi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli KSOP Banyuwangi, Ni Putu Cahyani.
Cuaca buruk tersebut menyulitkan proses evakuasi, terlebih karena kondisi gelap yang mengganggu jarak pandang.
Menurut Putu, evakuasi melibatkan KMP Tunu Pratama Jaya 3888 dan 5888, serta personel dari Basarnas, Polair, dan KPLP.
Koordinator Pos SAR Banyuwangi, Wahyu Setiabudi, mengonfirmasi bahwa tim SAR telah mengirimkan RIB (Rigid Inflatable Boat) ke lokasi. Namun, belum ada laporan karena terkendala cuaca ekstrem di lapangan.
Lokasi Tenggelam Lebih Dekat ke Banyuwangi
Basarnas melakukan pencarian korban KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali.
Menurut keterangan Putu, posisi kapal yang tenggelam berada di antara Hotel Ketapang dan Bosowa, yang menunjukkan bahwa kapal lebih dekat ke Banyuwangi ketimbang ke Gilimanuk.
Meski terjadi kecelakaan, otoritas menyatakan bahwa pelabuhan tetap beroperasi normal.
"Tidak ada penutupan pelabuhan," ujar Putu. Pelayanan penyeberangan di Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk masih berlangsung seperti biasa.
Panggilan Darurat dan Kronologi Singkat
KMP Tunu Pratama Jaya sempat melakukan panggilan darurat pada pukul 23.20 WIB, hanya sekitar 24 menit setelah berangkat dari Pelabuhan Ketapang pukul 22.56 WIB.
"Pukul 23.20 WIB kami mendapat info perwira jaga KMP Tunu Pratama Jaya panggilan distress (darurat)," ungkap Wahyu.
Lima belas menit kemudian, tepatnya pukul 23.35 WIB, petugas jaga syahbandar melihat kapal tersebut telah tenggelam.
Jumlah Penumpang dan Kendaraan di Atas Kapal
Berdasarkan data manifest, kapal mengangkut 65 orang, terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru kapal.
Selain itu, tercatat sebanyak 22 kendaraan berada di dalam kapal, dengan kendaraan terbanyak berupa truk tronton golongan tujuh sebanyak delapan unit.
Dugaan Kebocoran Mesin sebagai Penyebab Tenggelamnya Kapal
Berdasarkan informasi dari otoritas Pelabuhan Gilimanuk yang beredar melalui jejaring WhatsApp, kapal diduga mengalami kebocoran di ruang mesin.
Informasi tersebut menyebut bahwa pada pukul 00.16 WITA, KMP Tunu Pratama Jaya mengirimkan permintaan bantuan karena kebocoran di bagian mesin.
Tiga menit kemudian, pada pukul 00.19 WITA, kapal mengalami kondisi black out (mati total). Laporan dari KMP Tunu Pratama Jaya 3888 yang sedang berusaha membantu menyebutkan bahwa kapal sudah terbalik dan hanyut ke arah selatan.
Koordinat terakhir kapal berada di titik -08°09.371', 114°25.1569.
Evakuasi Terkendala Kondisi Ekstrem
Sejak pukul 00.18 WIB, tim gabungan telah diterjunkan untuk melakukan pencarian dan evakuasi.
Upaya masih berlangsung dengan berbagai kendala cuaca ekstrem yang mengganggu komunikasi dan penglihatan.
Menurut pihak berwenang, informasi terbaru terkait jumlah korban kapal tenggelam di Selat Bali yang berhasil selamat masih 14 orang dari total seluruh penumpang dan kru kapal.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "".