PINTU Incubator Bawa Desainer Perancis Belajar Batik dan Tenun di Indonesia

Untuk dua desainer muda asal Perancis, Kozue Sullerot dan Priscille Berthaud, pengalaman belajar terjadi saat mereka menjelajahi kampung batik di Jawa dan desa tenun di timur Indonesia.
Sullerot dan Berthaud menjadi peserta perdana Residency Program, inisiatif baru dari PINTU Incubator yang mewadahi kolaborasi antara desainer Perancis dan perajin Indonesia.
Selama tiga bulan, para peserta tidak hanya mempelajari teknik membatik dan menenun, tapi juga tinggal di tengah komunitas perajin.
"Mereka tidak sekadar belajar teknik, tapi juga menyelami cara berpikir kreatif masyarakat lokal, berinteraksi dengan pengrajin, dan menciptakan sesuatu bersama," ujar Co-initiator PINTU Incubator, Thresia Mareta saat konferensi pers PINTU Incubator di Jakarta Utara, Kamis (10/7/2025).
Founder of LAKON Indonesia, Thresia Mareta (kiri); Cultural Attache at French Embassy in Indonesia, Charlotte Esnou (tengah); dan Chairman JF3, Soegianto Nagaria (kanan)Press Conference PINTU Incubator, di Gafoy, Summarecon Mall Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Kamis (10/7/2025).

Sullerot dan Berthaud belajar mengenali nilai budaya yang melekat di setiap motif, serta memahami filosofi di balik proses penciptaan kain tradisional.
Dari titik itulah, mereka diajak merancang koleksi yang memadukan perspektif Eropa dan tradisi Indonesia.
Selain itu, keduanya juga magang di studio LAKON Indonesia, sekaligus menyiapkan koleksi yang akan dipresentasikan di LAKON Store Jakarta dan Premiere Classe Paris akhir tahun ini.
Mengenal Residency Program dari PINTU Incubator
Perkuat hubungan kreatif Indonesia dan Perancis
Presiden Prancis Emmanuel Macron (baju putih) bersama istri Brigitte Macron (jas biru) dan Presiden Prabowo Subianto naik ke undakan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025).
Residency Program menjadi langkah lanjutan PINTU Incubator untuk memperkuat hubungan kreatif antara Indonesia dan Perancis.
Program ini juga didukung oleh kolaborasi jangka panjang dengan Ecole Duperre Paris, salah satu sekolah seni dan mode ternama di negara tersebut.
Tahun ini, kerja sama ini diteguhkan lewat penandatanganan MoU oleh Thresia Mareta dan Direktur Ecole Duperre Paris, Alain Soreil di Kudus, Jawa Tengah, disaksikan langsung oleh Menteri Kebudayaan Perancis, Rachida Dati.
Dukungan terhadap program ini juga datang dari Presiden Perancis, Emmanuel Macron.
Dalam pidatonya di Candi Borobudur pada Mei 2025 lalu, Macron menyebut PINTU sebagai contoh nyata diplomasi budaya yang mempererat hubungan dua negara lewat jalur kreatif.
Thresia Mareta dengan koleksi Pasar Malam dari Lakon Indonesia di JF3 Fashion Tent, Serpong, Selasa petang 30 Juli 2024
Tak hanya mengirim desainer ke Indonesia, Ecole Duperre Paris juga melibatkan tiga siswa terbaik mereka, Pierre Pinget, Bjorn Backes, dan Mathilde Reneaux, dalam acara "Echoes of the Future" di JF3 Fashion Festival 2025.
"Ini bukan hanya sekadar program pelatihan," kata Chairman JF3, Soegianto Nagaria dalam kesempatan yang sama.
Acara tersebut menampikan koleksi dari enam jenama PINTU Incubator, antara lain CLV, Dya Sejiwa, Lil Public, Nona Rona, Rizkya Batik, dan Denim It Up, yang berkolaborasi dengan para desainer dari Perancis.
Residency Program menjadi bukti, pengembangan industri mode tak sebatas soal tren dan pasar.
"Kami ingin menciptakan ekosistem mode yang hidup, yang tumbuh dari budaya lokal, tapi punya arah ke pasar global," tutur Thresia.