Lulusan Kesehatan? Ini Peluang Karier Kaigo di Jepang yang Menjanjikan

— Lulusan bidang kesehatan di Indonesia kini memiliki peluang besar untuk mengembangkan karier sebagai caregiver atau perawat lansia (kaigo) di Jepang.
Hal ini mengemuka dalam Seminar Peningkatan Kompetensi Pekerja KAIGO 2025 yang digelar Direktorat Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), Kamis (10/7/2025), di Auditorium Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK).
Seminar ini merupakan bagian dari upaya strategis untuk meningkatkan kualitas dan kesiapan tenaga caregiver Indonesia yang akan bekerja di Jepang.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal SDM Kesehatan, dr. Yuli Farianti, menyampaikan bahwa kebutuhan akan layanan perawatan lansia tidak hanya meningkat di Jepang, tetapi juga di Indonesia.

“Kalau kita lihat data Sensus Penduduk 2023, sekitar 12 persen atau 29 juta penduduk Indonesia berusia di atas 60 tahun. Angka ini diperkirakan akan naik menjadi 20 persen atau sekitar 50 juta jiwa pada 2045. Ini akan berdampak besar pada kebutuhan pelayanan kesehatan, khususnya perawatan lansia,” ujar Yuli, dilansir dari laman Kementerian Kesehatan.
Ia menekankan bahwa Jepang menjadi rujukan utama karena telah membangun sistem kaigo yang profesional dan terstandar tinggi. Sistem ini didukung oleh tenaga kesehatan lulusan D3 maupun S1 keperawatan, yang mampu beradaptasi terhadap perubahan demografi.
Lulusan kesehatan berpeluang besar
Setiap tahun, Indonesia meluluskan sekitar 30.000 perawat D3, dengan 20 persen di antaranya berasal dari Poltekkes Kemenkes.
Ini menjadi potensi besar, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja global, khususnya di sektor kaigo.
“Sekarang saatnya memperkuat kurikulum dan pelatihan, termasuk membuka peluang bagi tenaga kesehatan lain seperti bidan untuk berkontribusi dalam layanan lansia,” jelas Yuli.
Seminar ini juga membuka ruang dialog terkait harmonisasi standar kompetensi Indonesia-Jepang, serta peluang pengembangan program pelatihan dan sertifikasi berbasis kebutuhan riil tenaga kaigo internasional.
“Saya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Kementerian Kesehatan Jepang dan JICA atas kolaborasi luar biasa ini,” jelasnya.
Kaigo: Bukan sekadar pekerjaan, tapi karier profesional
Kepala Perwakilan JICA Indonesia, Takeda, mengungkapkan bahwa lonjakan populasi lansia di Jepang telah mendorong perubahan sistem perawatan, dari berbasis keluarga menjadi sistem nasional yang ditopang tenaga profesional.
“Kaigo kini menjadi tanggung jawab sosial seluruh masyarakat Jepang, bukan hanya keluarga. Sistem ini membutuhkan SDM yang terlatih dan memiliki nilai kemanusiaan tinggi,” ujar Takeda.
Menurutnya, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengisi kekosongan tenaga kerja di sektor ini, sekaligus mempersiapkan sistem perawatan lansia di dalam negeri yang akan menghadapi tantangan serupa dalam dua dekade mendatang.
Takeda menekankan, profesi kaigo bukan sekadar pekerjaan, tetapi sebuah karier bermakna yang memungkinkan pengembangan diri secara berkelanjutan.
“Kami ingin anak muda Indonesia melihat kaigo sebagai jalan karier masa depan. Kerja sama ini tidak hanya membantu Jepang, tetapi juga membekali Indonesia dalam membangun sistem kesejahteraan lansia yang kuat,” tambahnya.
Takeda bahkan membagikan pengalaman pribadinya, ketika ibunya dirawat oleh caregiver asal Indonesia, sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi tenaga kesehatan Indonesia di kancah internasional.
Standar internasional dan bekal kompetensi
Dalam seminar tersebut, JICA turut menghadirkan para ahli dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang.
Mereka memaparkan perkembangan profesi perawat lansia bersertifikat dan memperkenalkan modul pelatihan kaigo yang telah digunakan secara luas di Jepang.
Upaya ini menjadi kesempatan penting bagi lulusan kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan kompetensi sesuai standar internasional.
Dengan bekal pendidikan, pelatihan, serta sertifikasi yang tepat, mereka dapat menapaki karier profesional di Jepang, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi kebutuhan serupa di tanah air.