Angka Konsumsi Cokelat di Indonesia Masih Rendah, Padahal Produsen Besar

Lima belas tahun lalu, Indonesia termasuk dalam tiga besar produsen kakao di dunia, setelah Ghana dan Pantai Gading.
Hal itu disampaikan oleh Managing Director, Asean, Barry Callebaut, Ciptadi Sukono, dalam konferensi pers peluncuran cokelat ruby RB2 di Jakarta, Sabtu (12/7/2025).
"Dulu, produksi kakao Indonesia mencapai 600.000 ton per tahun. Sekarang hanya 200.000 ton per tahun, tetapi mulai meningkat lagi," kata Ciptadi.
Meski kini peringkat Indonesia sebagai produsen cokelat menurun ke urutan tujuh, Indonesia tetap menjadi andalan di antara bangsa-bangsa Asia Tenggara.
Sayangnya, angka konsumsi cokelat masyarakat Indonesia justru sangat rendah. Tidak sampai satu kilogram per kapita per tahun.

"Konsumsi cokelat Indonesia per kapita hanya 400-600 gram. Meskipun demikian, pertumbuhan produksi cokelat untuk industri sebesar tiga persen dan untuk pertumbuhan cokelat untuk layanan makanan delapan persen," ungkap dia.

Managing Director, Asean, Barry Callebaut, Ciptadi Sukono, dalam konferensi pers peluncuran cokelat ruby RB2 di Jakarta, Sabtu (12/7/2025).
Artinya, belum ada peningkatan konsumsi cokelat Indonesia sejak tiga tahun lalu. Angkanya masih sama persis.
"Perlu kita ketahui bersama bahwa memang Indonesia ini konsumsi cokelat nasionalnya masih sangat rendah. Konsumsi kita masih sekitar 0,4 kilogram cokelat per kapita per tahun," ujar Ketua Dewan Kakao Indonesia Soetanto Abdoellah, dilaporkan pada Selasa (15/11/2022).
Angka konsumsi cokelat Indonesia sangat rendah bila dibandingkan Swiss yang konsumsi cokelat negaranya mencapai lebih dari 10 kilogram per kapita per tahun.
Sebaliknya, kata Ciptadi, angka konsumsi cokelat Indonesia terbilang lumayan bila dibandingkan dengan angka konsumsi cokelat di China dan India yang berkisar 100-200 gram per kapita per tahun.
Padahal, menurut Soetanto, konsumsi cokelat memiliki hubungan positif dengan Gross National Product (GNP) dan tingkat kesejahteraan penduduk di sebuah negara.
"Kami dari panitia dan semua juga akan setuju bahwa kita jangan hanya sebagai produsen kakao, tetapi juga sebagai konsumen, artinya bahwa rakyat kita sejahtera, rakyat kita juga akan hidup dengan sehat," jelasnya.