Google Taara, Jaringan Internet Cahaya yang Siap Saingi Satelit Starlink

Saat Elon Musk mendominasi wacana internet masa depan lewat konstelasi satelit Starlink, Google tengah menyiapkan saingan yang tak kalah ambisius—bukan lewat langit yang penuh satelit, melainkan lewat cahaya yang menembus udara.
Nama proyek itu adalah Taara, singkatan dari “Terabit Access for Rural and Remote Areas”, yang baru saja dipisahkan dari laboratorium futuristik Google X dan menjadi perusahaan mandiri pada Maret 2025.
Proyek ini hadir dengan pendekatan berbeda, menggunakan sinar laser untuk mengirimkan data berkecepatan tinggi dari satu titik ke titik lain tanpa kabel.
Taara bukan sekadar eksperimen. Teknologinya telah diuji di lebih dari 12 negara, termasuk India dan Republik Demokratik Kongo, dengan hasil yang menjanjikan: kecepatan hingga 20 Gbps, cukup untuk menandingi koneksi fiber optik.
Taara menggunakan teknologi bernama free-space optical communication. Bayangkan dua menara pemancar dipasang saling berhadapan sejauh beberapa kilometer. Alih-alih kabel, keduanya saling menembakkan sinar laser tak kasat mata, yang membawa data digital berkecepatan tinggi.
Unit perangkatnya diberi nama Taara Lightbridge. Bentuknya menyerupai kamera keamanan berukuran besar, yang bisa dipasang di atap gedung atau menara telekomunikasi.
Dalam pengujian di Sungai Kongo, yang memisahkan dua ibu kota, Kinshasa dan Brazzaville, Lightbridge mampu menghubungkan kota di dua negara hanya dalam hitungan jam, tanpa perlu membangun infrastruktur mahal di tanah berlumpur dan sulit diakses.
“Ini seperti memasang kabel fiber, tapi lewat udara,” ujar Vishal Arora, General Manager Google Taara dilansir KompasTekno dari Wired, Jumat (1/8/2025).
Pemancar Google Taara sedang dipasang di wilayah pedalaman india.
Teknologi ini mengandalkan chip fotonik mini yang dikembangkan khusus oleh Google, cukup kecil untuk duduk di ujung jari. Chip ini mampu mengarahkan cahaya secara presisi tanpa bagian mekanik, membuatnya lebih tahan lama dan hemat energi.
Jika Starlink menembakkan internet dari orbit rendah Bumi melalui ribuan satelit, Taara mengambil pendekatan "lebih dekat ke Bumi". Ini membuatnya tidak terpengaruh delay (latensi) tinggi dan bisa menawarkan stabilitas lebih baik di lingkungan perkotaan atau pinggiran kota.
Starlink cocok untuk wilayah sangat terpencil, di tengah hutan atau laut. Sementara Taara menyasar area dengan jarak infrastruktur yang terlalu mahal untuk dijangkau kabel, namun masih bisa dijangkau garis pandang langsung antar-titik, misalnya antar-puncak gedung, pegunungan, atau menara BTS.
Kelebihan lain dari teknologi Taara adalah efisiensinya. Tiap unit Lightbridge hanya membutuhkan sekitar 40 watt daya, setara dengan bohlam LED rumah tangga, jauh lebih hemat daripada sistem satelit atau repeater microwave.
Instalasinya pun cepat. Jika membangun jaringan fiber bawah tanah bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, Taara bisa aktif hanya dalam hitungan jam.
Selain itu, karena tidak ada kabel, teknologi ini lebih aman dari sabotase dan bencana alam seperti banjir atau gempa bumi.
Google telah menerapkan Taara di berbagai wilayah, bekerja sama dengan operator lokal dan global. Salah satu proyek ikoniknya adalah di Afrika, di mana koneksi laser Taara digunakan untuk menghubungkan jaringan fiber antarnegara tanpa menyeberangi sungai atau hutan belantara.
Google juga bekerja sama dengan Digicomm International untuk memperluas distribusi perangkat ini ke operator-operator besar di Amerika Serikat, India, dan negara berkembang lainnya.