Kisah Rofidah, Anak Sopir Pengangkut Jerami yang Diterima Kuliah Gratis di UGM

beasiswa UKT 100 persen, kuliah gratis, beasiswa UKT 100 persen UGM, Kisah Rofidah, Anak Sopir Pengangkut Jerami yang Diterima Kuliah Gratis di UGM

Kisah inspiratif datang dari sosok Rofidah Nurhana Lestari (18) calon mahasiswa baru Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 2025.

Rofidah patut berbangga karena dirinya berhasil lolos masuk ke kampus impian dengan beasiswa UKT 100 persen.

Perjuangannya untuk terus belajar, serta dukungan sang ayah dari balik kemudi truk pengangkut jerami berhasil mengantarnya menjadi calon mahasiswa UGM.

Tumbuh sebagai seorang putri bungsu dari sebuah keluarga sederhana di Wonosari, Gunungkidul, Rofidah dikenal sebagai pribadi mandiri dan pekerja keras.

Dua karakter ini mengiringinya menapaki jalan panjang mewujudkan mimpi untuk melanjutkan pendidikan tinggi di salah satu universitas terkemuka di Indonesia.

Semangat Belajar Rofidah di Tengah Keterbatasan

Meski dalam kondisi ekonomi yang terbatas, ayah Rofidah, Timbul Marsono (54), selalu mendorong anak-anaknya untuk tidak menyerah.

Ia merasa bangga melihat Rofidah tumbuh sebagai anak yang rajin dan penuh semangat belajar.

“Kalau belajar bisa sampai jam 1 atau 2 malam, apalagi menjelang ujian,” ujar Timbul dengan bangga.

Rofidah sendiri memiliki catatan akademik yang gemilang sejak kecil. Dari SD hingga SMP, ia kerap meraih peringkat satu.

Kecintaannya membaca bahkan membawanya menjadi juara lomba menulis puisi. Salah satu karyanya diterbitkan dalam buku Catatan Perjuangan bersama Najwa Shihab.

Semangat belajar itu tumbuh berkat dorongan dari kedua orangtuanya.

“Bapak dan Ibu selalu mendukung saya untuk bisa sekolah setinggi mungkin, meski dalam kondisi ekonomi yang sulit,” ucap anak bungsu dari dua bersaudara itu dengan mata berkaca-kaca.

Rofidah juga mengenang pesan sang ayah yang tak henti meyakinkannya untuk tetap kuliah.

“Bapak selalu bilang pasti ada kesempatan beasiswa, dan saya pasti bisa kuliah,” kenang Rofidah.

Sang Ayah Kerja Pagi Hingga Malam demi Keluarga

Timbul biasanya bekerja sebagai sopir truk pengangkut jerami untuk pakan ternak. Truk yang digunakannya adalah milik tetangganya.

Setiap hari, ia mengangkut jerami dari desa ke desa dan menjualnya ke para peternak.

“Jerami saya ambil dari desa, lalu saya jual ke yang punya ternak,” jelas Timbul.

Namun, saat musim hujan tiba, permintaan jerami menurun drastis. Untuk tetap menyambung hidup, Timbul beralih menjual barang bekas.

“Kalau sedang sepi, saya keliling cari rongsokan,” katanya.

Darini (52), ibu Rofidah, menambahkan bahwa suaminya kerap berangkat sejak dini hari dan pulang larut malam untuk mencari nafkah.

“Sebulan bisa delapan sampai sepuluh kali jalan, tapi tidak tentu. Sekali angkut bisa dapat seratus ribuan,” jelasnya.

Di mata Rofidah, kedua orangtuanya adalah sosok penuh kesabaran dan pengorbanan.

Tak hanya membanting tulang demi pendidikan anak, mereka juga merawat kakaknya yang mengalami kelumpuhan sejak kecil hingga wafat tahun lalu.

“Selama 27 tahun Ibu merawat kakak di rumah, bahkan sering bolak-balik ke rumah sakit,” ungkapnya.

Cita-cita Rofidah Berkontribusi di Bidang Pertanian

Rofidah memutuskan memilih Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian UGM karena ingin terlibat dalam kemajuan dunia pertanian di Indonesia.

“Saya tertarik karena teknik pertanian menawarkan aspek teknologi dan inovasi. Saya ingin bisa berkontribusi dalam meningkatkan produksi dan sarana pertanian di Indonesia,” harapnya.

Ia sangat bersyukur bisa diterima di UGM dan mendapatkan beasiswa UKT 100 persen yang sangat membantu kondisi ekonomi keluarganya.

Darini, ibunya, menyampaikan rasa syukur mendalam atas bantuan yang diberikan UGM kepada putrinya.

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada UGM yang telah memberi kesempatan dan bantuan kepada anak saya. Rofidah bisa kuliah tanpa membayar UKT, sungguh luar biasa,” tutur Darini.

Meski tidak lagi dibebani UKT, mnjelang awal perkuliahan pada Agustus mendatang, Rofidah memilih mengisi waktu luangnya dengan bekerja sebagai penjaga konter HP.

Keputusan itu bukan tanpa pertimbangan, melainkan karena melihat kondisi orang tuanya..

“Melihat kondisi bapak yang tidak bisa bekerja optimal saat musim hujan, saya sadar kalau kuliah nanti juga butuh biaya,” tuturnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul "Cerita Anak Penjual Jerami dari Wonosari Bisa Kuliah Gratis di UGM".