Pedasnya Cabai Bisa Turunkan Berat Badan? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Makanan pedas, perilaku makan, rasa pedas, Rasa Pedas, Nafsu Makan, nafsu makan, Makanan Pedas, makanan pedas, Pedasnya Cabai Bisa Turunkan Berat Badan? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Makanan pedas ternyata bukan hanya soal sensasi atau selera, tetapi juga dapat memengaruhi perilaku makan seseorang.

Sebuah studi dari The Pennsylvania State University menemukan bahwa makanan dengan tingkat kepedasan tertentu dapat membuat orang makan lebih lambat dan dalam jumlah yang lebih sedikit. Temuan ini dipublikasikan oleh laman Verywell Health pada Senin (16/6/2025).

Penelitian tersebut menguji efek rasa pedas terhadap perilaku makan dengan menyajikan makanan seperti cabai sapi dan ayam tikka masala kepada peserta dewasa. Setiap sajian dibumbui dengan jumlah paprika manis dan pedas yang bervariasi.

"Ketika makanan yang disajikan cukup pedas, peserta makan lebih lambat dan mengonsumsi 11 persen hingga 18 persen lebih sedikit makanan. Yang kami ubah hanyalah jumlah paprika pedas yang kami tambahkan ke makanan sehingga rasanya cukup pedas, dan perubahan yang relatif kecil ini cukup untuk mengurangi asupan energi secara signifikan," ujar Paige Cunningham, PhD, penulis utama studi tersebut diktup dari Antara, Selasa (17/6/2025).

Mengapa Rasa Pedas Bisa Mengontrol Nafsu Makan?

Cunningham menjelaskan bahwa rasa pedas dapat meningkatkan kesadaran saat makan.

“Makan perlahan berarti makanan menghabiskan lebih banyak waktu di mulut, paparan oro-sensorik lebih besar, yang pada gilirannya mendorong umpan balik ke otak dan usus untuk memberi sinyal kenyang,” jelasnya.

Dalam penelitian ini, peserta juga dilaporkan minum air dalam jumlah yang sama, tidak terpengaruh oleh seberapa pedas makanan yang mereka konsumsi.

Hal ini menunjukkan bahwa penurunan konsumsi makanan bukan karena rasa pedas membuat peserta lebih haus, melainkan karena proses makan yang menjadi lebih lambat dan terkendali.

Bagaimana Capsaicin Berperan dalam Pengelolaan Berat Badan?

Capsaicin, senyawa yang memberi rasa pedas pada cabai, telah lama dianggap sebagai komponen yang berpotensi membantu penurunan berat badan. Beberapa suplemen capsaicin dijual dengan klaim dapat membakar lemak, menekan nafsu makan, dan mengelola berat badan.

John "Wesley" McWhorter, DrPH, RD, seorang ahli diet dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics yang berbasis di Houston, menyebut capsaicin memiliki efek antiinflamasi yang dapat menurunkan risiko penyakit kronis.

Namun demikian, Cunningham mengingatkan bahwa studi yang ia pimpin tidak serta-merta menjamin penurunan berat badan, meskipun menunjukkan potensi untuk meningkatkan kontrol makan.

Apakah Semua Orang Aman Mengonsumsi Makanan Pedas?

Walaupun makanan pedas menawarkan manfaat seperti antioksidan, efek antiinflamasi, serta dukungan bagi kesehatan jantung dan usus, tidak semua orang cocok dengan makanan jenis ini.

Emma M. Laing, PhD, RDN, FAND, profesor klinis dan direktur dietetika di University of Georgia, memperingatkan bahwa makanan pedas dapat memperburuk kondisi kesehatan tertentu, seperti refluks asam, penyakit radang usus, dan celiac.

“Hal yang sama berlaku jika Anda mengalami sesak napas, nyeri dada, jantung berdebar-debar, atau reaksi alergi setelah mengonsumsi makanan pedas," ujarnya.

Laing juga menekankan bahwa orang yang tidak bisa makan pedas tetap bisa memenuhi kebutuhan nutrisi dari sumber makanan lain.

“Buah, sayur, protein, biji-bijian utuh, dan lemak sehat menyediakan nutrisi bagi tubuh Anda untuk mendukung fungsinya,” tuturnya.

Selain menambahkan rasa pedas ke dalam makanan, memperlambat proses makan juga bisa dilakukan dengan cara lain.

Salah satu tips yang diberikan oleh McWhorter adalah mengobrol dengan teman saat makan siang, dibandingkan dengan sibuk menggulir layar ponsel.

Menurutnya, aktivitas sosial sederhana ini dapat membantu mengurangi kalori harian hingga sekitar 100 kalori hanya dengan mengurangi jumlah suapan.

Dengan demikian, makanan pedas memang bisa menjadi salah satu strategi untuk membantu mengendalikan asupan makan, namun tetap perlu disesuaikan dengan kondisi tubuh dan kesehatan masing-masing individu.