Niat Puasa Muharram, Hukum, dan Keutamaannya

puasa Muharram, Niat puasa Muharram, puasa muharram, niat puasa muharram, hukum puasa muharram, keutamaan puasa muharram, Niat Puasa Muharram, Hukum, dan Keutamaannya

Bulan Muharram termasuk salah satu bulan mulia dalam kalender Hijriah.

Di dalamnya terdapat sejumlah amalan sunnah yang sangat dianjurkan, terutama pada tanggal 9 dan 10 Muharram yang dikenal sebagai Hari Tasu’a dan Hari Asyura.

Keutamaan puasa Muharram 

Dilansir dari laman MUI, puasa pada 9 dan 10 Muharram sangat dianjurkan bagi umat Islam. Puasa Tasu'a jatuh pada tanggal 9 Muharram 1447 Hijriah sementara puasa Asyura 10 Muharram 1447 Hijiriah.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa puasa Asyura dapat menghapus dosa-dosa kecil selama setahun ke belakang, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Abu Qatadah :

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ. فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ. رواه مسلم

“Sahabat Abu Qatadah Radliyallah ‘Anhu berkata, bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang fadlilah atau keutamaan puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram). Kemudian beliau menjelaskan, bahwa puasa pada hari ‘Asyura itu dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu”. (HR. Muslim).

"Puasa di hari Asyura dapat menghapus dosa satu tahun yang telah lalu." (HR. Muslim).

Rasulullah SAW juga pernah berniat untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram di tahun berikutnya, sebagaimana dikisahkan dalam hadits dari Ibnu Abbas RA:

لَئِنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ اَلتَّاسِعَ

"Jika aku masih hidup tahun depan, aku akan berpuasa pada tanggal 9 Muharram."

Niat puasa Muharram

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ لِأَدَاءِ يَوْمِ التَّاسِعِ/اَلْعاَشِرِمِنْ شَهْرِمُحَرَّمْ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin li adaai yaumi at-taasi’i/‘asyiiri min syahri Muharram sunnatan lillaahi ta’aala

(Saya niat berpuasa sunnah pada hari kesembilan/sepuluh bulan Muharram karena Allah Ta’ala)

Tata cara pelaksanaannya sama seperti puasa sunnah atau puasa Ramadan, hanya berbeda pada waktu dan niatnya.

Shalat tasbih di malam Asyura

Selain puasa, dianjurkan pula untuk mengerjakan shalat sunnah tasbih pada malam tanggal 10 Muharram.

Jika dikerjakan langsung empat rakaat

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى

“Saya niat melaksanakan shalat sunnah tasbih empat rakaat semata-mata karena Allah Ta’ala”.

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

“Saya niat melaksanakan shalat sunnah tasbih dua rakaat semata-mata karena Allah Ta’ala”

Shalat ini sangat dianjurkan dan bisa dilakukan setiap hari, seminggu sekali, sebulan sekali, setahun sekali, atau minimal sekali seumur hidup.

Tata cara shalat tasbih:

Shalat terdiri dari 4 rakaat. Jika dilakukan pada malam hari, disunnahkan dengan 2 rakaat satu salam. Jika siang hari, boleh langsung 4 rakaat sekaligus satu salam.

Setiap rakaat membaca tasbih sebanyak 75 kali, total 300 kali dalam 4 rakaat.

Lafal bacaan tasbih:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْم

Subhānallāh walhamdulillāh wa lā ilāha illallāh wallāhu akbar wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil ‘azhim.

Waktu dan rangkaian bacaan tasbih:

Setelah membaca Al-Fatihah dan surat pendek: 15 kali

Setelah ruku’: 10 kali

Setelah i’tidal: 10 kali

Setelah sujud pertama: 10 kali

Duduk di antara dua sujud: 10 kali

Setelah sujud kedua: 10 kali

Saat duduk istirahat/tasyahud sebelum salam: 10 kali

Muhasabah dan evaluasi diri

Bulan Muharram juga menjadi waktu yang tepat untuk muhasabah—merenungkan kembali amal-amal kita di masa lalu.

Jika perbuatan kita sudah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah, maka bersyukurlah dan bertekad untuk terus meningkatkannya. Jika belum, saatnya bertaubat dan memperbaiki diri.

Allah SWT mengingatkan pentingnya evaluasi diri dalam Surah Al-Hasyr ayat 18:

يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا اَتَّقُوْا اللهَ وَلْتَنْظُرْنَفْسٌ مَاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُونْ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.”

Begitu pula dalam Surah Az-Zalzalah ayat 6–8, Allah menegaskan bahwa setiap amal, sekecil apapun, akan mendapat balasan.

يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًّا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Pada hari itu (hari kiamat), manusia akan keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) perbuatan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula.