Top 5+ Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram Menurut Hadits

Puasa sunnah, Rasulullah SAW, puasa sunnah, Nabi Muhammad SAW, bulan Muharram, bulan muharram, puasa Asyura, puasa Tasua, puasa asyura, puasa tasua, 5 Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram Menurut Hadits, 1. Puasa sunnah terbaik setelah Ramadhan, 2. Menghapus dosa selama setahun terakhir, 3. Pahala setara dengan 30 hari puasa, 4. Membedakan dengan ibadah kaum Yahudi, 5. Meneladani ibadah yang dilakukan Rasulullah SAW

Puasa sunnah pada hari Tasua (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram) merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Kedua puasa sunnah ini memiliki nilai istimewa dalam sejarah keislaman, terutama karena dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk ibadah yang penuh makna spiritual dan historis.

Sehingga, umat islam dianjurkan untuk menjalankan ibadah puasa sunnah ini sebagai bagian penting dalam menyempurnakan ibadah di bulan Muharram.

Berdasarkan hadits dan penjelasan para ulama, puasa di hari Tasua dan Asyura mengandung banyak keutamaan.

Berikut keutamaan puasa di bulan muharram yang dapat menjadi motivasi bagi umat Muslim untuk melaksanakan ibadah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.

1. Puasa sunnah terbaik setelah Ramadhan

bulan Muharram merupakan salah satu waktu yang dianjurkan untuk melaksanakan ibadah puasa bagi umat Islam.

Bahkan, puasa di bulan ini dinilai memiliki keutamaan lebih tinggi dibanding puasa lainnya setelah Ramadhan.

Dilansir dari Antara, Hal ini sebagaimana disampaikan dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم)

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yakni Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam” (HR Muslim).

2. Menghapus dosa selama setahun terakhir

Dilansir dari laman MUI, Nabi SAW menjelaskan bahwa puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu.

Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Abu Qatadah :

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ. فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ. رواه مسلم

“Sahabat Abu Qatadah Radliyallah ‘Anhu berkata, bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang fadlilah atau keutamaan puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram). Kemudian beliau menjelaskan, bahwa puasa pada hari ‘Asyura itu dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim).

Beberapa riwayat juga menyebut bahwa puasa Tasua memiliki keutamaan yang sama.

3. Pahala setara dengan 30 hari puasa

Satu hari puasa Asyura di bulan Muharram akan memberikan pahala yang setara dengan puasa 30 hari.

Dlansir dari Antara, seperti diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulallah SAW bersabda "Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa.” (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr).

4. Membedakan dengan ibadah kaum Yahudi

Tasua (9 Muharram) dianjurkan agar umat Muslim berbeda dari kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada Asyura.

Diriwayatkan dari Ibu Abbas, Rasulallah bersabda "Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya’.” (HR Ahmad).

5. Meneladani ibadah yang dilakukan Rasulullah SAW

Mengingat rangkaian keutamaan di atas, puasa Tasua dan Asyura sangat disarankan untuk dilaksanakan oleh umat Islam.

Ibadah sunnah ini tidak hanya bernilai besar dari sisi pahala, tetapi juga merupakan bentuk keteladanan terhadap praktik yang dilakukan Rasulullah SAW.

Antusiasnya Nabi SAW dalam melaksanakan puasa tersebut diceritakan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Abbas Ra.:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

"Tidak pernah aku melihat Nabi SAW sengaja berpuasa pada suatu hari yang Beliau istimewakan dibanding hari-hari lainnya kecuali hari 'Asyura' dan bulan ini, yaitu bulan Ramadan" (HR. Bukhari).

Demikian juga sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas RA :

لَئِنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ اَلتَّاسِعَ

“Jika aku masih hidup hingga tahun depan, pasti aku akan melaksanakan puasa pada tanggal 9 Muharram”.

Selain memenuhi sunnah Nabi, puasa tersebut juga menjadi momen yang tepat untuk refleksi spiritual dan pembersihan hati.

Dengan melaksanakan ibadah puasa sunnah di bulan Muharram, umat Muslim dapat memulai perjalanan tahun baru dengan semangat pembaruan iman, keikhlasan, dan peningkatan kualitas diri dalam beribadah kepada Allah SWT.