LMPV Masuk Jurang 50 Meter, Pelajaran dari Google Maps

Pada era digital seperti saat ini, aplikasi peta digital seperti Google Maps banyak digunakan oleh pengguna jalan.
Tak hanya pejalan kaki, pengguna sepeda motor dan kendaraan roda empat juga kerap menggunakan Google Maps untuk menemukan rute tercepat menuju lokasi tujuan.
Kendati demikian, pengguna kendaraan diimbau agar lebih cermat dan tidak langsung mengikuti rute tanpa mempertimbangkan faktor keamanan dan kelayakan jalan.
Jangan sampai bernasib seperti LMPV Daihatsu Xenia yang masuk jurang sedalam 50 meter di kawasan Bukit Menoreh, Girimulyo, Kulon Progo, lantaran mengikuti arahan Google Maps.
Kejadian bermula saat pengemudi sedang dalam perjalanan menuju Desa Pucungroto di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, yang berbatasan dengan Kapanewon Samigaluh.
Cara kerja GPS.
Pengemudi tersebut melaju ke arah Pucungroto berbekal aplikasi Google Maps.
Ia mengikuti petunjuk peta digital lewat Karangrejo yang memiliki kontur sulit.
Ketika sampai di area perbukitan di kawasan Karangrejo, mobil jatuh ke jurang di area hutan.
Mobil terhenti setelah lebih dari 50 meter dari permukaan, dengan posisi roda di atas. “Sesampainya di jalan Girimulyo Samigaluh keluar dari jalur aspal kemudian ingin mundur agar bisa masuk ke jalan aspal lagi, namun saat mundur tidak menanjak sehingga masuk ke dalam jurang,” kata Iptu Sarjoko, Kasi Humas Polres Kulon Progo, dikutip dari , Selasa (8/7/2025).
Akibat kejadian tersebut, mobil mengalami kerusakan berat, mulai dari mesin hingga bodi mobil.
Beruntungnya, pengemudi hanya mendapat luka ringan.
Tiga mobil yang masuk jalan persawahan diminta mundur hingga jalan utama agar tak tersesat.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, aplikasi petunjuk jalan seperti Google Maps atau peta digital lainnya sebaiknya digunakan pengemudi sebagai referensi saja. “Aplikasi penunjuk arah sebaiknya digunakan sebagai referensi agar lebih mudah, dekat, aman, dan arahnya jelas. Tidak disarankan mengandalkan 100 persen, karena nomor satu pengemudi harus paham dengan detail lokasinya,” ucap Sony.
Menurut Sony, hanya pengemudi pemula saja yang mengandalkan aplikasi seperti itu.
Pasalnya, jika sudah banyak pengalaman, biasanya dalam mengambil keputusan akan banyak pertimbangan. “Berikutnya pengemudi sebaiknya tidak memaksakan diri. Artinya, kalau memang jalan tersebut tidak layak, ya jangan diteruskan. Kontak yang bersangkutan untuk minta supaya pertemuannya digeser ke area yang lebih aman,” ucapnya.
Sementara itu, Training Director The Real Driving Center (RDC) Marcell Kurniawan mengatakan, hal utama yang harus dipersiapkan jika bepergian menggunakan aplikasi peta adalah mengecek terlebih dahulu rute yang disarankan. “Bila akan menempuh perjalanan jauh dan mengandalkan aplikasi peta, H-1 sebelum keberangkatan, pengemudi sebaiknya mempelajari dan melihat kondisi melalui foto lokasi yang tersedia di aplikasi,” ucap Marcell.
Kemudian, jangan lupa untuk memperbarui informasi melalui aplikasi peta yang ada saat istirahat. “Ketika sudah di perjalanan dan sedang istirahat, lihat lagi rutenya, diarahkan ke mana. Kemudian bila rute yang disarankan berubah, segera pelajari lagi,” kata dia.
Lebih lanjut lagi, Marcell menyarankan, bila masuk ke daerah dengan sinyal yang minim, jangan andalkan aplikasi. “Coba untuk bertanya arah dengan orang sekitar, agar tidak tersesat,” ucapnya.