Top 5+ Tanda Kamu Menjalin Hubungan Pelarian Setelah Cerai

Setelah bercerai, tak sedikit orang yang cepat menjalin hubungan baru.
Meski hal ini wajar secara emosional, psikolog mengingatkan pentingnya mengenali apakah hubungan tersebut benar-benar sehat atau justru termasuk dalam kategori rebound.
Menurut Psikolog Klinis Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., hubungan rebound adalah relasi yang terbentuk terlalu cepat setelah perpisahan, dan kerap kali didasari oleh kebutuhan untuk menghindari kesepian, alih-alih kesiapan emosional.
“Rebound bukan masalah soal waktu semata, tapi soal apakah seseorang benar-benar sudah berdamai dengan masa lalunya dan siap membangun hubungan baru,” ujar Yustinus saat dihubungi Kompas.com, Rabu (9/7/2025).
Berikut lima tanda kamu mungkin masih berada dalam hubungan rebound setelah bercerai:

1. Pasangan baru dijadikan pelarian dari kesepian
Jika kamu merasa terburu-buru mencari pasangan hanya karena takut sendiri, Menurut Psikolog Joko hal ini bisa jadi sinyal awal dari hubungan rebound.
Perlu diketahui, bahwa pernikahan atau pacaran bukan solusi untuk mengisi kekosongan emosional pasca-perceraian.
“Seseorang yang siap menjalin relasi baru biasanya sudah merasa utuh dan stabil meski hidup sendiri,” jelas Psikolog Joko.
2. Belum selesai dengan emosi terhadap mantan
Masih sering membicarakan mantan dengan perasaan marah?
Hal tersebut, bisa menjadi luka emosional yang belum sembuh.
Psikolog Joko mengatakan, jika hubungan baru hadir saat luka lama belum selesai, maka risiko proyeksi dan konflik akan tinggi.
3. Hubungan terlalu terburu-buru
Kamu merasa hubungan baru ini berlangsung terlalu cepat, dan belum benar-benar mengenal pasangan?
Rebound biasanya ditandai oleh dorongan kuat untuk cepat berkomitmen, tanpa refleksi mendalam.
“Idealnya, proses saling mengenal berlangsung 6 bulan sampai 1,5 tahun. Tapi kualitas lebih penting dari lamanya,” ujar Psikolog Joko.
4. Tidak punya visi-misi yang jelas
Kalau kamu belum bisa membayangkan masa depan bersama pasangan baru secara realistis, atau justru menjadikannya pengganti masa lalu, bisa jadi kamu belum siap.
Pernikahan yang sehat dibangun atas dasar kesadaran dan harapan masa depan, bukan hanya karena sekadar ada yang datang.
5. Sulit terbuka
Kamu merasa takut untuk terbuka karena trauma sebelumnya?
Atau justru cenderung menghindari pembicaraan serius?
Menurut Psikolog Joko, komunikasi yang tidak sehat menandakan seseorang belum pulih secara emosional dan belum siap membangun komitmen baru.
Psikolog yang berpraktik di Rumah Sakit Dr. Oen Solo ini menyarankan agar siapa pun yang baru bercerai untuk meluangkan waktu dengan refleksi diri.
“Jika ragu, konsultasi dengan psikolog atau konselor bisa membantu menilai kesiapan emosional secara objektif,” pungkasnya.