Sejarah Donat, dari "Olykoek" Belanda hingga Krispy Kreme Mendunia

Donat, donat, sejarah donat, asal-usul donat, sejarah donat bolong, Asal-usul donat, Sejarah Donat, dari

Donat, kudapan manis berbentuk cincin dengan lubang di tengah, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya makanan di Amerika Serikat dan banyak negara lainnya.

Namun, di balik kesederhanaannya, sejarah donat menyimpan perjalanan panjang yang melibatkan imigran Belanda, penjelajah laut, perang dunia, hingga teknologi mesin modern.

Dikutip dari Smithsonianmag.com, pada Juli 1997, National Museum of American History di Washington D.C. menerima sumbangan dari Krispy Kreme Doughnut Corporation berupa mesin pembuat donat otomatis bernama Ring King Jr., yang dulunya merupakan alat paling canggih dalam proses produksi donat di Amerika Serikat.

Penyerahan mesin itu sekaligus menandai perayaan 60 tahun berdirinya Krispy Kreme.

Mesin setinggi sekitar 1,5 meter itu menjadi simbol penting dalam sejarah donat Amerika. Dalam seremoni penyerahan, seorang penyanyi bernama Cindy Hutchins menyanyikan lagu lawas berjudul “Who made the doughnut with the hole in the middle? Just how it got there will be always a riddle” atau "Siapa yang membuat donat dengan lubang di tengah? Bagaimana lubang itu muncul akan selalu jadi misteri."

Namun, sejarah mencatat bahwa asal-usul donat tidak sesederhana misteri itu.

Dari “Olykoek” Belanda hingga Lubang Donat

Dikutip dari Smithsonianmag.com, bentuk awal donat diyakini dibawa oleh imigran Belanda ke Manhattan (dulu dikenal sebagai New Amsterdam) pada abad ke-17. Mereka menyebutnya "olykoek" atau “kue berminyak”, berupa adonan manis goreng yang padat dan tanpa lubang.

Pada abad ke-19, seorang wanita asal New England bernama Elizabeth Gregory, ibu dari seorang kapten kapal, membuat variasi baru donat.

Ia mencampurkan adonan dengan rempah seperti pala dan kayu manis, serta kulit lemon. Untuk menghindari bagian tengah yang tidak matang, ia menaruh kacang hazel atau kenari di bagian tengah, dan menyebutnya “dough-nuts” atau “kacang dalam adonan”.

Putranya, Kapten Hanson Gregory, kemudian diklaim sebagai pencipta lubang di tengah donat.

Ada beberapa versi mengenai hal ini. Salah satunya menyebutkan bahwa Gregory menancapkan donat buatan ibunya pada jari-jari kemudi kapal saat badai, agar ia tetap bisa memegang kemudi dengan dua tangan.

Dalam wawancara dengan Boston Post pada awal abad ke-20, Gregory mengatakan bahwa ia menggunakan tutup kotak lada untuk melubangi donat, menciptakan apa yang disebutnya sebagai “lubang donat pertama yang pernah dilihat manusia”.

Donat dan Perang Dunia

Peran donat semakin menonjol saat Perang Dunia I, ketika para sukarelawan wanita membagikan donat kepada tentara Amerika di garis depan Prancis. Kehangatan dan rasa manis donat menjadi penghibur di tengah situasi perang yang keras.

Tradisi ini berlanjut dalam Perang Dunia II, di mana Red Cross mengirim para "Doughnut Dollies" ke medan perang untuk menyuplai tentara dengan donat.

Ketika para tentara kembali ke tanah air, kecintaan terhadap donat pun ikut terbawa. Sejak saat itu, donat menjadi simbol kehangatan rumah dan kenangan manis akan masa lalu.

Revolusi Donat oleh Mesin

Tahun 1920 menjadi titik penting dalam sejarah produksi donat modern, ketika Adolph Levitt, seorang imigran dari Rusia, menciptakan mesin pembuat donat pertama di New York.

Permintaan tinggi dari pelanggan teater membuatnya berinovasi menciptakan mesin otomatis yang bisa memproduksi donat dalam jumlah besar. Inovasi Levitt mengubah donat dari sekadar makanan rumahan menjadi pertunjukan publik yang memikat.

Mesin tersebut memungkinkan proses produksi donat terlihat langsung oleh pelanggan. Anak-anak dan orang dewasa menyaksikan dengan antusias saat adonan bundar itu digoreng, dibalik otomatis, lalu meluncur ke rak pengering seperti barisan bebek.

Pada tahun 1934, donat diangkat sebagai “the food hit of the Century of Progress” dalam ajang World’s Fair di Chicago.

Tahun 1937, seorang pemuda bernama Vernon Rudolph bersama dua rekannya membawa resep rahasia dari seorang koki Prancis bernama Joe LeBeau ke Winston-Salem, North Carolina.

Dengan modal pinjaman bahan dari toko kelontong, mereka mulai memanggang donat yang kemudian dijual dari mobil Pontiac tahun 1936. Itulah awal mula Krispy Kreme, merek donat legendaris yang kini dikenal secara global.

Krispy Kreme menggabungkan konsep grosir dan ritel. Aroma khas donat panas yang menggoda membuat toko-tokonya ramai dikunjungi. Sistem ini terus dipertahankan hingga kini, ditandai dengan nyala lampu “Hot Doughnuts Now” di depan toko sebagai penanda donat baru saja keluar dari penggorengan.

Pada tahun 1950, Dunkin’ Donuts muncul sebagai pesaing utama dari Massachusetts. Namun, keduanya terus berkembang pesat.

Bahkan, menurut data tahun 1997, penjualan Krispy Kreme meningkat hingga 20 persen. Sementara Dunkin' Donuts sudah menjangkau 37 negara dan menjual hampir lima kali lebih banyak donat dibanding Krispy Kreme.

Meski populer, donat kerap dikritik karena kandungan kalori dan lemaknya yang tinggi, mencapai sekitar 300 kalori per buah.

Sejumlah pakar gizi memperingatkan tentang dampak konsumsi donat terhadap kesehatan, terutama karena kandungan gula dan lemak jenuh yang tinggi. Namun, daya tarik donat tetap kuat, bahkan oleh para penggemarnya dijuluki “sugar-coated air” karena kelembutan dan rasa manisnya.

Kini, Ring King Jr., mesin produksi donat generasi awal, disimpan di gudang Smithsonian sebagai artefak budaya Amerika. Menurut David Shayt, manajer koleksi Smithsonian, mesin ini setara pentingnya dengan panci besi kolonial karena merepresentasikan perjalanan teknologi kuliner bangsa.

“Kami bahkan menyimpan empat kantong kertas berisi bahan asli Krispy Kreme,” ujar Shayt. “Kalau suatu saat Amerika lupa cara membuat donat, kami bisa bantu merekonstruksi prosesnya.”

Namun, resep asli Joe LeBeau tetap tersimpan rapat dalam brankas di Winston-Salem. Resep inilah yang menjadi fondasi kelezatan Krispy Kreme hingga hari ini.