Kisah Ruru, Mahasiswi Zimbabwe Penerima Beasiswa KNB yang Kini Menimba Ilmu di UGM

Ruvarashe Rambwawasvika atau akrab disapa Ruru tiba di Yogyakarta pada akhir Oktober 2024 lalu dengan membawa tekad besar.
Mahasiswi asal Zimbabwe itu kini resmi memulai perjalanan akademiknya di Universitas Gadjah Mada (UGM) berkat dukungan beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB).
Ruru, yang kini berusia 26 tahun, sebelumnya menempuh pendidikan Sarjana Biologi di University of Zimbabwe. Setelah lulus, ia bekerja hampir dua tahun sebagai Biosafety Officer di National Biotechnology Authority of Zimbabwe.
Pengalaman tersebut memperkuat komitmennya untuk berkontribusi dalam bidang kesehatan masyarakat dan memperdalam keahlian akademiknya.
“Saya mempertimbangkan universitas lain di Indonesia melalui teman dan media sosial, tetapi prodi Biologi UGM memiliki reputasi yang kuat,” ujar Ruru, Jumat (15/8/2025), di Kampus UGM Yogyakarta.
Beasiswa dan Adaptasi di Indonesia
Sebagai penerima beasiswa KNB UGM, Ruru memperoleh dukungan penuh berupa biaya kuliah, biaya hidup, serta masa persiapan bahasa dan budaya Indonesia. Ia mengaku keputusan melanjutkan studi di Indonesia juga didasarkan pada rekomendasi teman-temannya.
Menurut Ruru, suasana akademik di Indonesia sangat damai dan kondusif. “Teman-teman di Zimbabwe bilang Indonesia ramah dan nyaman untuk belajar,” katanya.
Meski harus beradaptasi dari negara dengan empat musim ke iklim tropis, Ruru menyambut perubahan itu dengan antusias. Ia juga mengapresiasi keramahan masyarakat Yogyakarta.
Tantangan utama datang dari penggunaan Bahasa Indonesia dalam perkuliahan. Namun, ia tetap bisa mengerjakan ujian dan tugas dalam bahasa Inggris.
“Proses pembelajaran bahasa yang bertahap mempermudah adaptasi saya,” jelasnya.
Hidup di Yogyakarta, dari Makanan hingga Persahabatan
Tinggal di Yogyakarta memberikan pengalaman baru bagi Ruru, termasuk soal kuliner. Di Zimbabwe, makanan pokok sehari-hari adalah fufu (sadza) berbahan dasar jagung putih.
Makanan ini sulit ditemukan di Indonesia, sehingga ia sesekali mendapat kiriman dari teman di Malang.
Selain itu, ia juga menikmati momen memasak bersama teman sekamarnya dari Malawi. Sesekali, Ruru mencoba berbagai menu khas Indonesia.
“Rasanya manis, tapi lama-lama saya suka, terutama nasi goreng,” ujarnya sambil tersenyum.
Secara akademik, Ruru menaruh minat besar pada bidang parasitologi biomedis. Penelitian sarjananya terdahulu membahas prevalensi Babesia canis dan Ehrlichia canis, dua parasit darah pada anjing.
Ia menilai bidang parasitologi, terutama yang berkaitan dengan darah dan air, masih kurang mendapat perhatian dibanding penelitian virus, bakteri, maupun jamur.
Di Fakultas Biologi UGM, Ruru berencana mendalami keterampilan di bidang biokimia dan laboratorium molekuler.
Ia juga ingin memanfaatkan kekayaan biodiversitas Indonesia sebagai bahan penelitian perbandingan dengan Zimbabwe.
Selama kuliah di UGM, Ruru mengaku pernah merasakan rindu kampung halaman. Namun, dukungan dari dosen dan teman-teman membuatnya mampu beradaptasi.
“Dosen dan teman di kampus sangat mendukung,” katanya.
Setelah menyelesaikan studi magister, Ruru berencana kembali ke Zimbabwe untuk menjadi peneliti sekaligus dosen, idealnya di almamaternya.
Ia berharap dapat berkontribusi pada pengembangan departemen biologi, memperkuat praktik pengelolaan lingkungan, dan bekerja sama dengan lembaga seperti Badan Manajemen Lingkungan Zimbabwe.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!