Bukan Sekadar Pedih di Mata, Dampak Gas Air Mata pada Kesehatan Jangka Panjang

Pekan ini aksi demo digelar di Jakarta. Pada Senin 25 Agustus masyarakat dari berbagai kalangan turun ke Gedung DPR RI yang menolak tunjangan perumahan DPR di seputaran Gedung MPR/DPR/DPD. Tak hanya itu saja, Kamis sore kemarin 28 Agustus mahasiswa juga melakukan aksi demo di depan gedung dewan perwakilan rakyat itu menuntut pembubaran DPR.
Demo awalnya berlangsung damai. Namun mulai sore hari, ketegangan meningkat. Batu, petasan, hingga bom molotov bersliweran. Polisi memukul mundur massa dengan menembakkan gas air mata dan water canon.
Meskipun dianggap non-lethal atau tidak mematikan, gas air mata memiliki dampak kesehatan yang nyata. Tidak hanya menimbulkan iritasi sementara pada mata, kulit, dan saluran pernapasan, paparan ini juga dapat berdampak jangka panjang, termasuk masalah pernapasan, gangguan penglihatan, iritasi kulit berkepanjangan, dan efek psikologis.
Situasi ini menunjukkan bahwa penggunaan gas air mata bukan tanpa risiko, baik bagi demonstran maupun aparat, dan penting bagi masyarakat untuk memahami konsekuensinya.
Apa Itu Gas Air Mata?
Gas air mata adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan kerumunan dengan menimbulkan iritasi sementara. Beberapa jenis gas air mata yang umum digunakan antara lain:
- CS (chlorobenzylidenemalononitrile): Senyawa paling umum dalam pengendalian kerusuhan.
- CN (chloroacetophenone): Lebih keras pada kulit dan jarang digunakan di negara maju karena efek sampingnya.
- OC (oleoresin capsicum/pepper spray): Berbasis ekstrak cabai, menimbulkan sensasi terbakar yang intens.
Melansir laman Medical News Today, paparan senyawa ini merangsang reseptor nyeri pada mata, kulit, dan saluran pernapasan sehingga menimbulkan rasa sakit, batuk, dan perih pada mata.
Efek Jangka Pendek Paparan Gas Air Mata
Paparan gas air mata dapat menimbulkan berbagai gejala yang muncul dalam beberapa detik hingga menit:
Mata:
- Berair deras, perih, dan penglihatan kabur.
- Paparan langsung yang lama dapat menyebabkan konjungtivitis kimia atau luka kornea sementara.
Saluran Pernapasan:
- Batuk hebat, sesak napas, dan rasa panas di tenggorokan.
- Penderita asma bisa mengalami bronkospasme akut.
- Ruang tertutup meningkatkan risiko kesulitan bernapas serius.
Kulit:
- Ruam, gatal, rasa terbakar.
- Paparan lama dapat memicu dermatitis kontak kimia.
Gejala Lain:
- Mual, muntah, pusing, panik akibat sensasi nyeri mendadak.
- Reaksi psikologis cepat dapat memicu stress akut.
Efek jangka pendek biasanya hilang dalam 15–30 menit setelah menjauh dari paparan dan membersihkan diri.
Efek Jangka Panjang dan Risiko Kesehatan
Paparan berulang atau konsentrasi tinggi memiliki risiko lebih serius:
Gangguan Pernapasan:
- Bronkitis kronis, asma, dan gangguan fungsi paru.
- Studi pada aparat dan demonstran menunjukkan peningkatan gejala batuk berkepanjangan dan sesak napas.
Gangguan Penglihatan:
- Cedera kornea, glaukoma, dan katarak dapat terjadi pada paparan intens.
Gangguan Kulit:
- Dermatitis kronis, peradangan, dan iritasi kulit yang berkepanjangan.
Gangguan Mental:
- Stres, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) pada individu yang sering terpapar kerusuhan.
Dokter medis kedaruratan, Dr. Sirisha Yellayi menekankan bahwa gas air mata mengandung senyawa yang mengiritasi mata, kulit, dan saluran pernapasan.
”Paparan berulang atau konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan penglihatan jangka panjang. Tindakan pencegahan dan pembersihan segera sangat penting,”kata dia dikutip dari laman medical news today.
Kelompok Rentan
- Anak-anak dan lansia: Paru-paru dan sistem pertahanan tubuh tidak sekuat orang dewasa sehat.
- Mereka dengan penyakit pernapasan: Asma, PPOK, dan penyakit paru lainnya memiliki risiko komplikasi lebih tinggi.
- Wanita hamil: Paparan dapat membahayakan janin dan memicu komplikasi.
Pencegahan dan Pertolongan Pertama
Pencegahan:
- Hindari area yang terpapar gas air mata.
- Gunakan masker respirator atau kacamata pelindung.
Pertolongan pertama:
- Segera menjauh dari sumber paparan.
- Cuci mata dan kulit dengan air bersih.
- Ganti pakaian yang terkontaminasi.
- Cari bantuan medis jika gejala berlanjut.