Mengenal Berbagai Jenis Suspensi pada Bus di Indonesia: Dari Leaf Spring hingga Air Suspension
Bus kini menjadi salah satu moda transportasi favorit di Indonesia. Dengan tarif yang terjangkau, bodi besar yang tampak mewah, serta ragam fasilitas yang memberikan kenyamanan, bus menawarkan pengalaman perjalanan yang menyenangkan untuk berbagai kalangan masyarakat.
Ada salah satu faktor yang paling berperan dalam kenyamanan perjalanan menggunakan bus yaitu sistem suspensi yang digunakan. Sistem suspensi bus jelas cukup berbeda dari truk walau sama-sama memakai basis mesin yang sama di sebuah seri model.
Teknologi suspensi pada bus telah mengalami banyak perkembangan dari waktu ke waktu. Setiap jenis suspensi dirancang secara khusus untuk menunjang kenyamanan dan stabilitas kendaraan saat digunakan dalam berbagai kondisi jalan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai jenis suspensi yang pernah dan masih digunakan pada bus-bus di Indonesia, mulai dari coil spring, leaf spring, hingga yang paling modern yaitu air suspension.
1. Suspensi Coil Spring (Per Keong)
Jenis suspensi pertama yang akan kita bahas adalah suspensi coil spring atau yang biasa disebut per keong. Suspensi ini tergolong sangat jarang digunakan pada bus di Indonesia. Namun pada masa lalu, beberapa unit bus pernah mengadopsi teknologi ini. Salah satu contohnya adalah bus Mercedes-Benz seri O321H dan O302H.
Kedua bus ini diimpor langsung dari pabrik Mercedes-Benz di Mannheim, Jerman. Seri ini menjadi bus terakhir yang masuk ke Indonesia dalam bentuk CBU (Completely Built-Up).
Uniknya, pada bagian axle depan, bus ini menggunakan suspensi coil spring, sementara di bagian belakang tetap memakai leaf spring. Perpaduan dua jenis suspensi ini memberikan rasa berkendara yang empuk dan nyaman di zamannya.
Namun seiring berjalannya waktu, teknologi coil spring ditinggalkan. Ini karena tidak cocok lagi untuk digunakan pada bus-bus modern yang memiliki ukuran dan berat jauh lebih besar.
Suspensi per keong dianggap kurang mampu menahan beban yang berat dan kapasitas penumpang yang lebih banyak, sehingga produsen bus beralih ke sistem yang lebih kuat dan stabil.
2. Suspensi Leaf Spring (Per Daun)
Jenis suspensi kedua yang paling umum dan masih banyak digunakan hingga kini adalah suspensi leaf spring atau suspensi per daun. Suspensi ini merupakan yang paling tua dan paling banyak diterapkan, terutama pada era awal transportasi darat di Indonesia.
Bahkan jauh sebelum kemerdekaan, bus-bus asal Amerika seperti Ford, Chevrolet, GMC, dan Dodge telah menggunakan suspensi per daun.
Pada era Orde Baru, merek-merek asal Jepang dan Jerman seperti Hino, Mitsubishi, Nissan Diesel, dan Mercedes-Benz juga hadir dengan sasis-sasis yang menggunakan suspensi leaf spring pada keempat rodanya. Salah satu contohnya adalah Mercedes-Benz OF1113A, yang menjadi pionir dalam penggunaan sasis standar untuk bus.
Suspensi leaf spring terdiri dari tumpukan pelat baja yang disusun secara vertikal. Konstruksinya sederhana namun sangat kuat, menjadikannya pilihan ideal untuk menopang beban berat seperti yang terdapat pada kendaraan komersial termasuk bus.
Kelebihan dan Kekurangan Leaf Spring
Kelebihan utama dari leaf spring adalah kekuatan dan durabilitasnya. Suspensi ini tidak mudah rusak meskipun digunakan dalam kondisi jalan yang kasar dan sering membawa beban berat.
Namun di sisi lain, leaf spring memiliki kekurangan dari segi kenyamanan. Suspensi ini terasa lebih keras, terutama saat melewati jalan berlubang atau tidak rata.
Selain itu, adanya gesekan antar plat baja juga sering menimbulkan bunyi-bunyian yang mengganggu.
Menariknya, ada beberapa sasis bus yang tetap dikenal nyaman meski menggunakan leaf spring. Contohnya adalah Mercedes-Benz OH1521 atau yang lebih populer disebut "Mercedes Cooler". Sasis ini berhasil memadukan kekuatan leaf spring dengan kenyamanan suspensi yang relatif empuk.
3. Suspensi Air Suspension (Suspensi Udara)
Jenis suspensi ketiga adalah yang paling modern dan mewah, yaitu air suspension atau suspensi udara. Teknologi ini pertama kali hadir di Indonesia sekitar tahun 1995 pada bus Neoplan garapan karoseri Adiputro.
Bus Neoplan memiliki desain unik karena menggunakan rangka bodi monokok (sasis unibody) dan mengandalkan suspensi udara di keempat rodanya.
Setahun kemudian, pada tahun 1996, Mercedes-Benz OH1634L atau yang dikenal dengan nama Megatrend. Ini menjadi sasis bus pertama di Indonesia yang secara resmi menggunakan air suspension. Kehadiran suspensi udara ini menjadi tonggak penting dalam sejarah kenyamanan bus di Indonesia.
Cara Kerja Air Suspension
Air suspension menggunakan balon-balon karet berisi udara bertekanan sebagai peredam getaran. Balon udara ini akan menyesuaikan tekanan sesuai beban yang diterima dan kondisi jalan yang dilalui.
Jumlah balon karet bisa berbeda tergantung desain sasis, namun umumnya terdiri dari 2 balon di bagian depan dan 4 balon di bagian belakang.
Suspensi ini memberikan kenyamanan luar biasa karena mampu meredam getaran secara optimal dan memberikan sensasi berkendara yang halus dan stabil, bahkan saat bus melaju di jalan berlubang.
Tipe-Tipe Air Suspension
Di Indonesia, air suspension hadir dalam dua tipe berdasarkan penempatan balon udara:
Air Suspension Samping (Banana Bar)
Tipe pertama adalah yang peletakan balon udara di samping roda belakang. Sistem ini biasa menggunakan banana bar yang melingkari roda sebagai penopang utama balon-balon udara.
Hampir semua sasis premium flagship dari berbagai pabrikan seperti Mercedes-Benz, Scania, MAN, dan Volvo menggunakan tipe ini karena kestabilan dan daya redamnya yang optimal.
Air Suspension Tengah
Tipe kedua adalah air suspension dengan peletakan balon udara di tengah sasis, tepat di bawah rangka kendaraan. Tipe ini digunakan pada sasis seperti Hino RN285 dan Mercedes-Benz OH1626.
Kelemahan dari tipe ini adalah kecenderungan limbung saat membawa beban berat. Ini karena posisi balon udara yang tidak langsung menopang roda. Inilah alasan mengapa sasis-sasis tersebut tidak cocok dipasangkan dengan bodi Super High Deck (SHD) yang memiliki titik berat lebih tinggi.
Mana Suspensi Bus yang Paling Nyaman?
Setiap jenis suspensi pada bus memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Coil spring menawarkan kenyamanan namun kurang kuat untuk bus modern.
Leaf spring kokoh dan tahan banting, namun kurang empuk. Sementara air suspension memberikan kenyamanan terbaik, tapi tentu dengan harga sasis yang jauh lebih tinggi.
Penggunaan jenis suspensi pun sangat tergantung pada segmentasi pasar, kebutuhan operasional, dan tentu saja anggaran perusahaan otobus (PO). Bus-bus kelas ekonomi biasanya tetap menggunakan leaf spring karena efisiensi biaya, sementara bus-bus kelas eksekutif dan sleeper memilih air suspension untuk menjamin kenyamanan maksimal.
Kesimpulan
Perkembangan suspensi pada bus di Indonesia mencerminkan bagaimana teknologi terus disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan penumpang. Dari coil spring di era awal, leaf spring yang mendominasi, hingga air suspension yang menjadi standar kenyamanan saat ini—semuanya menunjukkan evolusi dalam dunia transportasi darat.
Bagi penumpang, mungkin tak semua menyadari jenis suspensi yang digunakan. Namun kenyamanan saat berkendara seringkali ditentukan oleh sistem ini.
Jika kamu pernah naik bus dengan sensasi empuk dan minim guncangan, besar kemungkinan itu adalah bus dengan air suspension. Namun jika kamu merasakan sensasi “keras tapi tangguh,” bisa jadi itu adalah leaf spring yang telah terbukti andal sejak dulu.
Nah, kamu sendiri lebih suka naik bus dengan suspensi jenis apa?
FAQ – Jenis-Jenis Suspensi pada Bus di Indonesia
Mengapa sistem suspensi penting untuk bus?
Sistem suspensi sangat penting karena menentukan tingkat kenyamanan dan stabilitas bus saat melaju di berbagai kondisi jalan. Suspensi yang baik dapat meredam guncangan dan memberikan pengalaman berkendara yang lebih mulus bagi penumpang.
Apa saja jenis suspensi yang digunakan pada bus di Indonesia?
Ada tiga jenis utama:
- Coil Spring (Per Keong)
- Leaf Spring (Per Daun)
- Air Suspension (Suspensi Udara)
Mana jenis suspensi yang paling nyaman?
Air suspension adalah yang paling nyaman, tetapi juga paling mahal. Leaf spring unggul dalam kekuatan dan efisiensi biaya, sementara coil spring sudah tidak digunakan pada bus modern.
Apa itu air suspension?
Air suspension adalah suspensi yang menggunakan balon udara bertekanan untuk menyerap getaran. Teknologi ini memberikan kenyamanan terbaik di antara semua jenis suspensi.
Kapan air suspension mulai digunakan di Indonesia?
Pertama kali hadir sekitar tahun 1995 pada bus Neoplan, dan kemudian pada Mercedes-Benz OH1634L (Megatrend) di tahun 1996.
Kenapa PO (Perusahaan Otobus) tidak semua memakai air suspension?
Karena biaya pengadaan dan perawatan air suspension jauh lebih tinggi. PO menyesuaikan pilihan suspensi dengan target pasar dan anggaran.