Data 10.000 Konsumen Ninja Xpress Dibobol, Ratusan Paket COD Berisi Sampah

Sebanyak 10.000 data konsumen Ninja Xpress dicuri oleh pekerja harian lepas internal perusahaan selama periode Desember 2024 hingga Januari 2025.
Akibat kebocoran data ini, ratusan pembeli menerima paket aneh berisi kain perca, sampah, atau tumpukan koran, sehingga bobotnya terasa lebih berat.
Berawal dari 100 Laporan Pelanggan
Kasus ini pertama kali terungkap ketika Ninja Xpress menerima 100 laporan masyarakat.
Paket jenis cash on delivery (COD) yang diterima ternyata tidak sesuai isi atau pesanan. Bahkan, ada paket yang sampai lebih cepat dari jadwal.
“Yang kami temukan adalah dalam paket itu isinya kain-kain perca, sampah, atau koran-koran yang ditumpuk-tumpuk sehingga menjadi paket itu berat,” jelas Kasubdit III Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya, AKBP Rafles Langgak Putra Marpaung, Jumat (11/7/2025).

Audit Internal Ungkap Akses Ilegal
Menindaklanjuti laporan itu, Ninja Xpress melakukan audit internal dan menemukan 294 pengiriman COD bermasalah.
Investigasi menunjukkan adanya pembobolan data oleh pekerja harian lepas berinisial T di kantor cabang Lengkong, Bandung.
Meski tidak memiliki akses resmi, T memanfaatkan kelengahan karyawan resmi untuk menyusup ke sistem.
“Pada saat karyawan yang mempunyai akses terhadap sistem ini lengah, dia (T) melakukan akses, melakukan infiltrasi terhadap akses rahasia tersebut,” ungkap Rafles.
Dari sana, T berhasil mendapatkan informasi lengkap mulai nama pemesan, jumlah pesanan, jenis barang, alamat, nomor ponsel, hingga nominal pembayaran.
Jaringan Pelaku dan Pembagian Uang
Polisi menangkap T di rumahnya di Kota Bandung pada 5 Mei 2025. Selain itu, mantan kurir Ninja Xpress, FMB, juga ditangkap di Kabupaten Cirebon.
Satu pelaku lain berinisial G, yang diduga sebagai otak aksi ini, masih buron.
“Dari data-data yang diambil, tersangka G yang DPO ini menjanjikan Rp 2.500 per data. Kalau ini sudah selesai nanti akan ada jilid berikutnya,” kata Rafles.
Dalam skema pembagian, FMB mendapat Rp 1.000 per data, sedangkan T memperoleh Rp 1.500 per data.
Total keuntungan yang didapat FMB sekitar Rp 10 juta dan T sebesar Rp 15 juta.
Untuk mengelabui sistem, G mencetak sendiri resi pengiriman mirip Ninja Xpress, meski tanpa logo resmi.
Untungnya, paket asli tetap dikirim sesuai proses sehingga pelanggan tetap menerima barang sesungguhnya.
Komitmen Ninja Xpress Perkuat Keamanan
Chief Marketing Officer Ninja Xpress, Andi Junardi Juarsa, menyatakan prihatin atas insiden ini.
Ia menegaskan perusahaan tidak menoleransi pelanggaran privasi konsumen dalam bentuk apa pun.
“Setelah menemukan indikasi anomali akses terhadap data internal, kami segera menginvestigasi dan langsung melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian,” kata Andi.
“Ini membuktikan perlindungan konsumen dan keamanan data pribadi adalah tanggung jawab kita bersama,” tambahnya.
Ninja Xpress kini berkomitmen memperkuat sistem keamanan dan manajemen internal agar kejadian serupa tidak terulang.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .