Bagi-bagi Bir di Event Lari Tuai Protes Warga, Farhan Evaluasi Menyeluruh

Ajang lomba lari Pocari Sweat Run Indonesia 2025 yang digelar pada 19-20 Juli di Kota Bandung menghadirkan lebih dari 15 ribu peserta dari berbagai daerah. Namun, alih-alih mendapat pujian, perhelatan ini justru menuai kritik tajam dari berbagai pihak.
Penyebabnya bukan hanya karena kemacetan parah yang terjadi sejak subuh, tetapi juga adanya insiden pembagian bir kepada peserta lari, yang dianggap melanggar aturan daerah.
Video dan foto mengenai pembagian bir itu tersebar luas di media sosial, terutama Instagram. Warganet menilai tindakan tersebut melanggar Peraturan Daerah (Perda) Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pelarangan, Pengawasan, dan Pengendalian Minuman Beralkohol.
Apa Kata Wali Kota Bandung?
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, memberikan klarifikasi bahwa aksi bagi-bagi bir dilakukan oleh salah satu komunitas pelari. Ia menyebut bahwa komunitas tersebut telah menerima sanksi sosial akibat aksinya.
"Kalau urusan komunitas selesaikan secara komunitas. Tapi kan kalau kita lihat dampaknya nggak ada, terjaga dengan baik dan itu baru viralnya dua hari setelah acara," ujar Farhan di Balai Kota Bandung, Selasa (21/7/2025).
Farhan mengaku tidak menyaksikan langsung kejadian tersebut karena pada saat itu dirinya lebih fokus pada dampak lalu lintas yang ditimbulkan.
"Saya kenal juga beberapa teman-teman di komunitas lari. Saya tanyain nanti tentang bagaimana gitu (bagi-bagi bir). Kalau masalah komunitas, selesaikan secara komunitas," tambahnya.
Mengapa Lalu Lintas Jadi Sorotan?
Selain polemik soal minuman beralkohol, kemacetan yang ditimbulkan oleh event ini juga menjadi sorotan utama.
Farhan menyatakan bahwa kemacetan mulai terjadi sejak pukul 04.30 WIB, khususnya di kawasan Jalan Ahmad Yani.
"Saya secara pribadi, ataupun kepolisian juga, Polantas, tidak pernah menduga bahwa jam 4.30 WIB, jalanan Ahmad Yani sudah penuh. Nah, itu yang mesti kita evaluasi," ucapnya.
Ia menambahkan bahwa pada pekan depan, Pemerintah Kota Bandung akan melakukan evaluasi menyeluruh terkait pelaksanaan event, termasuk persoalan kemacetan dan komunikasi publik.
Apa Saja Kritik Masyarakat?
1. Kemacetan Parah
Banyak pengendara ojek online, taksi, dan warga umum mengeluhkan kemacetan di titik-titik seperti Cicadas, Kiaracondong, Viaduct, dan sekitar Gedung Pakuan. Bahkan beberapa pelari mengaku dimaki pengendara karena dianggap mengganggu.
2. Kurangnya Sosialisasi
Sosialisasi terkait rekayasa lalu lintas dianggap kurang menyeluruh. Masyarakat berharap ada pemberitahuan lebih masif, termasuk surat ke rumah-rumah yang berada di sekitar rute lomba.
3. Minimnya Kontribusi ke PAD
DPRD Kota Bandung mempertanyakan kontribusi langsung dari event ini terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Meski berdampak positif pada sektor ekonomi seperti hotel dan UMKM, kontribusi finansial langsung ke kas daerah dinilai belum jelas.
Farhan menegaskan bahwa evaluasi akan dilakukan secara menyeluruh. Ke depan, komunikasi publik akan ditingkatkan agar masyarakat bisa lebih siap menghadapi penutupan jalan dan dampak lainnya.
"Tapi kalau di Bandung, kepolisian memutuskan tidak boleh ada sterilisasi jalan, kecuali yang benar-benar tertutup seperti di Jalan Merdeka. Itu dari jam 12 malam sampai jam 10 pagi saja boleh, yang lain nggak boleh," jelasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Viral! Aksi Bagi-Bagi Bir di Event Lari di Kota Bandung Tuai Kritik, Farhan Buka Suara.