Rencana Pembongkaran Teras Cihampelas: Kontroversi dan Pertimbangan Arsitek

teras Cihampelas, Dedi Mulyadi, Muhammad Farhan, pembongkaran teras Cihampelas, Ridwan Kamil, Teras Cihampelas, pembongkaran teras cihampelas, teras cihampelas bandung, pembangunan teras cihampelas bandung, Rencana Pembongkaran Teras Cihampelas: Kontroversi dan Pertimbangan Arsitek

Wacana pembongkaran teras Cihampelas yang dilontarkan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali mengundang perdebatan, tak hanya di kalangan pemerintahan, tetapi juga dari sisi arsitektur dan tata kota.

Gagasan tersebut dinilai tidak bisa diambil secara reaktif tanpa kajian mendalam dan mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat, tata ruang, dan sejarah kota.

Pernyataan Dedi disampaikan saat menghadiri peluncuran rute baru Susi Air Bandung–Yogyakarta di Bandara Husein Sastranegara, Rabu (2/7/2025).

Ia mengkritik kondisi Jalan Cihampelas yang dinilainya tidak tertata dengan baik.

"Pak Wali Kota harus berani merapikan Jalan Cihampelas karena kalau lewat ke situ jalannya menyempit dan bau haseum (asam)," ujar Dedi, menyampaikan kritiknya kepada Wali Kota Bandung Muhammad Farhan.

Menanggapi usulan pembongkaran tersebut, Farhan menilai pembongkaran teras Cihampelas tak bisa dilakukan secara instan.

Ia menyebutkan bahwa setiap wacana pembongkaran harus melalui sejumlah prosedur administratif dan pertimbangan hukum yang matang.

"Bahwa ada wacana ataupun saran dari Pemerintah Provinsi agar dilepaskan atau ada upaya pelepasan aset, kami akan jajaki kemungkinan secara hukumnya," tutur Farhan, dikutip , Jumat (4/7/2025).

"Siap, Pak Gubernur, sekarang lagi proses," imbuh dia.

Kajian dari sisi arsitek dan tata ruang kota

teras Cihampelas, Dedi Mulyadi, Muhammad Farhan, pembongkaran teras Cihampelas, Ridwan Kamil, Teras Cihampelas, pembongkaran teras cihampelas, teras cihampelas bandung, pembangunan teras cihampelas bandung, Rencana Pembongkaran Teras Cihampelas: Kontroversi dan Pertimbangan Arsitek

Sejumlah kios dan tenda pedagang kaki lima yang masih bertahan di salah satu sudut Teras Cihampelas, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (4/7/2025).

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Georgius Budi Yulianto, menekankan pentingnya pendekatan kritis terhadap rencana tersebut.

Menurutnya, teras Cihampelas bukan sekadar bangunan fisik di atas jalan, tetapi juga representasi dari upaya kota merespons ruang yang makin padat.

"Pertanyaan mendasarnya bukan sekadar apakah fasilitas ini akan dibongkar atau dipertahankan, melainkan apakah keputusan itu lahir dari pertimbangan jangka panjang yang berlandaskan kebutuhan warga, bukan semata-mata narasi beatufukasi kota," kata Boegar, sapaan akrabnya, dikutip , Jumat.

Boegar juga mempertanyakan apakah rencana awal pembangunan skywalk ini benar-benar dievaluasi secara obyektif, atau hanya menjadi korban dari upaya mempercantik kota demi citra media sosial.

Menurutnya, fungsi sosial dan keberlanjutan lebih penting dibanding tampilan visual semata.

"Apakah ruang ini benar-benar hidup? Apakah pedagang mendapatkan keuntungan dari relokasi ke atas? Ataukah justru terjadi alienasi ruang, di mana lokasi yang terpisah dari sirkulasi utama menghambat aktivitas ekonomi dan sosial?" ungkapnya.

Dari sisi lingkungan, Boegar mencermati bahwa struktur teras Cihampelas memberi ruang tambahan bagi pejalan kaki, namun juga dapat menimbulkan persoalan baru seperti beban visual, peningkatan suhu kawasan, serta potensi gangguan drainase jika tak dirawat dengan baik.

Terkait lalu lintas, ia mengingatkan bahwa keberadaan skywalk semestinya terintegrasi dengan sistem sirkulasi kota.

Jika tidak, alih-alih mengurai kemacetan, keberadaan fasilitas ini bisa memperparah keruwetan.

Ridwan Kamil dan gagasan soal teras Cihampelas

teras Cihampelas, Dedi Mulyadi, Muhammad Farhan, pembongkaran teras Cihampelas, Ridwan Kamil, Teras Cihampelas, pembongkaran teras cihampelas, teras cihampelas bandung, pembangunan teras cihampelas bandung, Rencana Pembongkaran Teras Cihampelas: Kontroversi dan Pertimbangan Arsitek

Kondisi Teras Cihampelas saat ini, banyak vandalisme dan kerusakan beberapa ornamen

Perlu diketahui, teras Cihampelas dulunya merupakan proyek yang digagas Ridwan Kamil saat masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung.

Rencana pebangunan Bandung Skywalk itu muncul dari pertemuan dengan Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan (Pusjatan) pada 2014 di lokasi wisata belanja Cihampelas.

Latar belakang pembangunan teras Cihampelas tersebut lantaran kumuhnya para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan tersebut.

Para PKL diketahui mendirikan lapak di area pedestrian sehingga mengganggu pejalan kaki.

Untuk mengatasi hal itu, Ridwan Kamil berinisiatif menata para PKL dengan membangun teras atau skywalk.

Lokasi teras berada di atas jalur utama Cihampelas dengan desain mirip jembatan layang dengan rencana akan dipergunakan untuk para PKL.

Pembangunan tersebut masuk dalam tahap I dengan alokasi anggaran Rp 40 miliar.

Ia menyebutkan teras Cihampelas sebagai contoh nyata bahwa pembangunan bisa dilakukan cepat dan detail.

Ridwan Kamil mengatakan, Teras Cihampelas dirancang untuk menjadi jalur pedestrian yang nyaman, ramah bagi penyandang disabilitas, sekaligus mendukung pariwisata kota.

“Konsepnya, suatu hari bisa berjalan kaki tanpa bertemu motor dan mobil. Mimpi ini dinamakan jalur pejalan kaki di atas jalan,” katanya.

Ia menargetkan pembangunan Bandung Skywalk yang kini dikenal Teras Cihampelas itu rampung pada 2014.

Namun, proses pembangunan molor. Ada sejumlah kendala. Salah satunya, di antara para PKL merasa waswas ketika teras ini jadi maka jualan mereka sepi.

Singkatnya, Ridwan Kamil berhasil meluluhkan hati para PKL, dan mereka siap menempati Teras Cihampelas.

Akhirnya pada Januari 2017, Teras Cihampelas rampung dikerjakan oleh PT Likatama Graha Mandiri dengan total anggaran Rp 48 miliar.

Teras Cihampelas memiliki panjang 450 meter, lebar 9 meter, dan membentang di ketinggian 4,6 meter dari permukaan jalan.

Konstruksi rangka menggunakan bahan baja serta beton di bagian lantai. Adapun alas teras adalah kombinasi bahan granit dan kayu.

Kemudian, pada Agustus 2018, Pemkot Bandung memulai pembangunan Skywalk Cihampelas tahap 2.

Namun dikarenakan kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut tidak bisa menyelesaikan pembangunan dan memenuhi target yang ditentukan Pemkot Bandung, akibatnya proyek tersebut dihentikan pada bulan Maret 2019 lalu.

Setelah mangkrak selama empat tahun di masa kepemimpinan pasangan Oded M Danial-Yana Mulyana, Teras Cihampelas tahap 2 akhirnya selesai dan diresmikan oleh Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna pada 19 September 2023.