Google: AI Gemini Hemat Listrik, Satu Perintah Setara Nonton TV 9 Detik

Tren kecerdasan buatan generatif seperti ChatGPT dan Gemini, membuat pusat data (data center) "haus" daya listrik. Penggunaan AI diyakini membutuhkan listrik yang besar.
Namun, analisis yang dipublikasikan Google menunjukkan bahwa konsumsi listrik yang digunakan oleh chatbot AI ternyata jauh lebih rendah dibanding mayoritas perkiraan publik.
Menurut Google, konsumsi listrik AI khususnya Gemini terbilang sangat kecil. Rata-rata penggunaan listrik untuk satu perintah teks yang diberikan ke Gemini, hanya setara dengan menonton TV selama kurang lebih sembilan detik. Jumlahnya juga setara dengan konsumsi sekitar lima tetes air.
"Kami memperkirakan median energi setiap perintah teks aplikasi Gemini, menghasilkan emisi 0,03 gram karbon dioksida ekuivalen (gCO2e) dan konsumsi 0,26 mililiter (atau sekitar lima tetes) air," ungkap Google.
Selama setahun terakhir, Google memang berupaya menurunkan rata-rata konsumsi listrik untuk setiap perintah teks yang diterima Gemini. Caranya, dengan menggunakan model AI yang lebih efisien hingga meminimalisasi emisi energi di data center.
"Walau memberikan respons berkualitas tinggi, median konsumsi energi dan emisi per promt teks Gemini menurun masing-masing sebesar 33 kali lipat dan 44 kali lipat," ujar Ben Gomes, Chief Technologist, Learning & Sustainability Google.
Adapun data ini dihimpun Google dengan menganalisis perintah teks ke Gemini hingga hardware penunjang chatbot itu selama 24 jam.
Misalnya berapa energi yang dihabiskan CPU, akselerator AI khusus, hingga memori, baik saat memproses prompt maupun saat tidak aktif karena jeda antar promt.
Selain itu, Google memantau penggunaan energi dan air di data center.
Metodologi ini dinilai dapat memberikan estimasi konsumsi energi per perintah yang berbeda, berdasarkan model AI yang digunakan.
Setiap harinya, Google juga mengidentifikasi median permintaan dan memakai data itu untuk menghitung dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Namun perlu dicatat bahwa analisis ini hanya melibatkan perintah teks saja, tidak termasuk perintah pembuatan gambar atau video pada Gemini.
Raksasa teknologi ini tidak merinci berapa besaran energi yang dikonsumsi Gemini saat memproses perintah foto maupun video, dirangkum KompasTekno dari Ars Technica, Senin (25/8/2025).
Beda dengan AI ChatGPT yang boros listrik
Selain Gemini, konsumsi listrik model AI GPT-5 milik OpenAI belum lama ini juga terungkap.
Model GPT-5, ternyata mengonsumsi energi yang jauh lebih tinggi dibanding pendahulunya, GPT-4. Hal ini terungkap berdasarkan analisis University of Rhode Island.
Dari riset ini, GPT-5 diperkirakan delapan kali lebih boros listrik dibanding GPT-4. Menurut riset, satu kali permintaan atau perintah (query) yang dikerjakan GPT-5, diperkirakan mengonsumsi listrik rata-rata 18,35 watt-hour (Wh).
Angka ini jauh di atas GPT-4 yang hanya mengonsumsi rata-rata sekitar 2,12 (Wh). Dengan konsumsi daya tersebut, GPT-5 masuk jajaran model AI paling boros energi, hanya kalah dari OpenAI o3 dan DeepSeek R1 buatan China.
Ilustrasi GPT-5 dari OpenAI
Tingginya kebutuhan daya GPT-5 dipicu oleh fitur thinking mode, yang memungkinkan AI memproses tugas lebih lama dan lebih mendalam. Dalam mode ini, penggunaan energi dapat naik lima hingga sepuluh kali lipat dari respons standar.
Selain itu, kemampuan GPT-5 untuk memproses teks, gambar, dan video secara bersamaan juga menambah beban daya komputasi.
OpenAI sebelumnya mengungkapkan ChatGPT memproses hingga 2,5 miliar permintaan per hari. Jika seluruhnya menggunakan GPT-5, konsumsi energi harian bisa mencapai 45 gigawatt-hour bila dihitung secara kasar.
Jumlah tersebut setara dengan produksi dua hingga tiga pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), atau cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik sekitar 1,5 juta rumah tangga di Amerika Serikat dalam sehari.
Dirangkum KompasTekno dari Digitimes, para pakar memperingatkan, jika tren penggunaan AI tidak diimbangi dengan efisiensi energi, kebutuhan daya pusat data berpotensi melonjak signifikan.
Kondisi ini bisa berdampak pada biaya operasional sekaligus memunculkan tantangan baru terkait kebijakan iklim.
Di sisi lain, CEO OpenAI Sam Altman sebelumnya menyebut rata-rata konsumsi energi per query ChatGPT hanya 0,34 Wh.
Menurut Altman, angka itu setara dengan oven yang menyala selama satu detik, atau lampu hemat energi yang hidup dalam beberapa menit.
Namun, klaim tersebut dipertanyakan oleh sejumlah pakar industri. Mereka menilai perhitungan itu belum memperhitungkan pemrosesan gambar, pelatihan model, serta kebutuhan energi tambahan untuk pendinginan server.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!