Mengemudikan Rantis Brimob Tidak Mudah, Perlu Kompetensi Khusus
Peristiwa tewasnya pengemudi Ojek Online (Ojol) karena tertabrak Kendaraan Taktis (Rantis) Brimob terus menjadi perbincangan. Terutama setelah para pelaku memberikan kesaksian di hadapan publik.
Bripka R, sopir rantis Brimob mengaku alasan menerobos jalan hingga menabrak Affan Kurniawan, karena mereka diserang oleh para demonstran.
Membuat ia serta penumpang lain panik. Sehinga mereka memacu rantis Brimob itu dengan kecepatan tinggi.
Namun alasan Bripka R cukup dipertanyakan banyak pihak. Mereka menilai tindakan itu tidak perlu dilakukan.

"Kalau kita membahas kendaraan rantis, itu mengemudikannya susah kemudian karena bobotnya berat dan blindspot besar," ungkap Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) kepada KatadataOTO, Selasa (02/09).
Sony menjelaskan bahwa mengemudikan rantis Brimob tidak boleh sembarangan. Orang yang akan mengendarai perlu kompetensi khusus.
Seperti pemahaman terhadap kendaraan tersebut. Mulai dari dimensi, bobot hingga cara mengemudi.
Perlu diingat rantis Brimob dibekali dengan pelat besi yang tebal di seluruh bodi. Lalu ada kaca anti peluru di bagian jendela.
Akan tetapi rata-rata rantis brimob memiliki jendela tidak terlalu banyak alias minim, bahkan berukuran kecil.
Jadi menyulitkan pengendara ketika ingin memperhatikan kondisi di sekitar. Kemudian melihat berbagai objek di depan maupun samping.
"Kendaraan rantis ini sama seperti truk yang besar. Berkendaranya harus pelan serta wajib dengan teknik tinggi," lanjut Sony.
Selanjutnya Sony menerangkan, pengemudi wajib memahami kelebihan dari rantis Brimob. Seperti tahan peluru sampai ledakan.
Bahkan sejumlah rantis dilengkapi dengan ban jenis Run Flat Tyre (RFT). Memungkinkan ban tetap bisa dipakai ketika mengalami kebocoran.
"Kalau bertemu dengan pendemo tidak perlu panik. Senjata mereka paling batu, kayu sampai besi, mau dibakar juga rantis aman," Sony menambahkan.
Sony mengungkapkan, harus ada satu orang yang spesial atau khusus mengemudikan rantis ketika menangani aksi demo.
Lalu memahami bagaimana prosedur penggunaan rantis Brimob. Jika semua dilaksanakan, maka kecil kemungkinan akan jatuh korban jiwa.
"Masalahnya dia (pelaku) tidak memahami kendaraan ini, sehinnga ketika mungkin dipaksa oleh komandannya untuk segera kabur dia panik," tegas Sony.
Padahal rantis Brimob yang menabrak Ojol hingga tewas bisa berhenti atau berjalan dengan pelan.

Jika situasi gelap karena ada asap dari gas air mata, bisa mengandalkan lampu utama. Jadi tidak perlu menerobos demonstran.
"Dia ngapain mau kabur, padahal di dalam rantis Brimob itu juga tidak ada (tamu) VVIP yang harus segera diselamatkan," pungkas dia.
Polisi Lakukan Gelar Perkara
Sebagai informasi, kepolisian dikabarkan melakukan gelar perkara hari ini. Melibatkan sejumlah pihak, seperti Kompolnas serta Komnas HAM.
Tak ketinggalan pihak internal, misal Itwasum, Bareskrim, SDM, Ditkum, Ditpropam Brimob Polri maupun Ditpropam Polri.
Langkah tersebut ditempuh karena ditemukan indikasi unsur pidana dalam kasus tewasnya Affan Kurniawan. Mereka ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi saat demo kemarin.