Ujungnya Bela Israel, MPR Sebut Prabowo Sudah Tepat Tak Hadiri KTT G7 Kanada

Ketidakhadiran Presiden RI Prabowo Subianto pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 pada 15-16 Juni 2025 di Kanada, dinilai sebagai keputusan terbaik di tengah ketegangan Israel-Iran.
Diketahui, melalui pernyataan bersama para pemimpin negara Kelompok Tujuh (G7) yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat, menyatakan bahwa Iran adalah sumber utama ketidakstabilan dan teror di kawasan Timur Tengah.
Sikap para pemimpin negara-negara G7 yang lebih membela Israel daripada Iran justru akan memperburuk situasi perang yang sedang terjadi di Timur Tengah.
"Langkah Presiden Prabowo tidak menghadiri forum G7 adalah keputusan terbaik," kata Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, 20 Juni 2025.
Dia juga menilai ketidakhadiran Presiden Prabowo dalam forum negara-negara ekonomi maju dunia tersebut sebagai langkah diplomasi yang tepat dan strategis untuk merespons konstelasi yang terjadi di Timur Tengah.

Pemimpin/kepala negara anggota di KTT G7 Kanada
"Ini langkah diplomasi yang strategis, tepat dan juga menunjukkan konsistensi Indonesia pada politik luar negeri yang menolak segala bentuk penjajahan dan atau serangan atas kedaulatan negara lain," ujarnya.
Dia lantas berkata, "Apalagi terbukti kemudian di antara kesepakatan negara G7 adalah mendukung Israel dengan alasan membela diri."
Sebaliknya, dia menyinggung soal Presiden Prabowo yang kemudian memilih untuk menghadiri St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 guna memenuhi undangan Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai pembicara utama.
Dia menilai kehadiran Presiden Prabowo dalam SPIEF 2025 merupakan tonggak penting dalam menegaskan posisi strategis Indonesia di kancah global.
"Pilihan untuk hadir dalam SPIEF 2025 ini adalah wujud diplomasi ekonomi aktif Indonesia yang semakin kuat dalam menghadapi situasi global yang kompleks dan semakin dinamis," tuturnya.
Dia meyakini pertemuan tingkat tinggi Presiden Prabowo dengan Vladimir Putin akan membicarakan respons kedua negara terhadap konflik Israel-Palestina, serta mempersiapkan langkah-langkah terbaik untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah.
"Peran aktif Diplomasi di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo menjadikan Indonesia semakin diperhitungkan. Apalagi Presiden Prabowo konsisten dengan politik bebas aktif dan amanat konstitusi untuk menolak segala bentuk penjajahan dan penindasan," kata Eddy.
Sebelumnya, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengatakan ketidakhadiran Presiden Prabowo Subianto dalam KTT G7 di Kanada 15-16 Juni 2025 bukan disebabkan oleh keberpihakan terhadap blok negara tertentu.
Hasan, di Kantor PCO, Jakarta, Senin (16/6), menyebut alasan utama hal itu karena benturan jadwal dengan sejumlah undangan strategis lainnya yang telah lebih dahulu dikonfirmasi, termasuk kunjungan kenegaraan ke Rusia dan Singapura pada 16-20 Juni 2025.
"Presiden mendapat banyak sekali undangan kehormatan dari berbagai negara. Tapi beberapa di antaranya waktunya beririsan, dan lokasinya pun berjauhan, Kanada, Rusia, dan Singapura. Pemerintah tentu sangat menghargai semua undangan ini," katanya.
Pada KTT G7 di Kanada, negara-negara G7 menegaskan kembali komitmennya terhadap perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah. Namun, melalui pernyataan bersama, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat menyatakan bahwa Iran adalah sumber utama ketidakstabilan dan teror di kawasan.
Para pemimpin negara-negara G7 mengatakan bahwa Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir selama ketegangan di Timur Tengah terus meningkat.
"Dalam konteks ini, kami menegaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri. Kami menegaskan kembali dukungan kami terhadap keamanan Israel," kata pimpinan G7 itu.