Maba UTM Diduga Diculik Senior dan Dianiaya karena Protes Pungli, Kampus Membantah

Mahasiswa baru Universitas Trunojoyo Madura (UTM) asal Kabupaten Sumenep berinisial MM (18), diduga diculik dan dianiaya seniornya.
Perundungan ini dipicu protes yang dilakukan MM terkait dugaan pungutan liar (pungli) oleh oknum Liaison Officer (LO) dalam kegiatan pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru (PKKMB) atau Ospek pada Selasa, 5 Agustus 2025.
Paman korban, M Sultan Fuadi, menjelaskan penculikan dan penganiayaan terhadap keponakannya terjadi keesokan harinya, yaitu 6 Agustus 2025, saat MM hendak pulang ke rumah indekosnya setelah mengikuti PKKMB.
"Jadi saat kegiatan PKKMB itu, keponakan saya sempat cekcok dengan seniornya sekaligus salah satu panitia berinisial MF," ujarnya, Senin (11/8/2025).
Korban protes dugaan pungli saat Ospek
MM dianggap merusak acara Ospek yang telah dirancang panitia. Dalam acara tersebut, MM dan puluhan mahasiswa lainnya memprotes adanya oknum LO yang diduga melakukan pungli.
"Aksi protes itu dilakukan karena maba ingin meminta penjelasan, kenapa iuran (perlengkapan) terlalu besar. Ternyata banyak juga maba yang dipungut biaya oleh oknum panitia itu, sehingga aspirasi itu disampaikan dalam kegiatan," ungkapnya.
Aksi protes ini diduga memicu kemarahan panitia, yang mengakibatkan ketegangan antara dua kubu.
Bahkan, salah satu panitia mengalami cedera dan harus dirawat di RSUD Syamrabu Bangkalan. Hal ini diduga menjadi pemicu penganiayaan yang dialami oleh MM.
Korban diculik senior dan dianiaya
Korban diduga diculik saat hendak pulang ke rumah indekosnya pada Rabu (6/8/2025) sore.
"Jadi keponakan saya itu masih ada di area kampus, lalu ada dua atau tiga mobil datang. Beberapa orang memaksa keponakan saya masuk ke dalam mobil, keponakan saya tidak ada yang kenal dengan orang-orang itu," kata Sultan, Sabtu (9/8/2025).
Merasa terancam, korban lalu berusaha keluar namun ditahan oleh beberapa orang yang ada di dalam mobil tersebut.
"Setelah masuk, ternyata ada senior fakultasnya di dalam mobil itu," ungkapnya.
Korban lalu dibawa ke rumah indekos pelaku yang jaraknya sekitar 500 meter dari UTM. Korban lalu di masukkan ke dalam kamar dan mulai diintimidasi oleh tiga orang pelaku.
"Tak berselang lama, ada satu senior kampusnya berinisial MF datang dan ikut merundung keponakan saya," ungkapnya.
Tak hanya itu, korban dituding sebagai pihak yang memprovokasi mahasiswa lain terkait adanya protes dugaan pungli yang diduga dilakukan oknum Liaison Officer (LO) dalam PKKMB pada hari selasa (5/8/2025) lalu.
Bahkan pelaku mengancam akan terus menganggu korban selama kuliah di kampus tersebut.
"Lalu MF itu menyodorkan kertas ke keponakan saya yang bertuliskan pernyataan yang isinya bahwa keponakan saya tidak akan mengulangi lagi adanya protes dan meminta maaf serta bersedia dihukum jika mengulangi. Itu yang harus ditandatangani keponakan saya," jelasnya.
Namun, setelah menandatangani kertas itu, salah satu pelaku lain meminta korban untuk turut bertanggungjawab atas salah satu panitia PKKMB yang jatuh dari panggung pada hari selasa (5/8/2025) tersebut.
"Lalu keponakan saya ditantang untuk duel atau dilaporkan ke polisi. Namanya anak baru kan takut, akhirnya memilih duel," imbuhnya.
Sebelum aksi duel itu dimulai, korban diduga dipukul terlebih dahulu di bagian kepala. Korban ketakutan dan memilih untuk dipukuli.
"Keponakan saya takut jadi pilih tidak melawan. Disitu untuk identitas pelaku yang memukul tidak tau, tapi yang menonton dan jadi wasitnya itu senior kampusnya," ungkapnya.
Perundungan itu dialami korban hingga satu jam lebih. Usai korban mengalami bocor di kepala dan lebam, pelaku menyuruh korban mandi agar darah di tubuh korban hilang.
"Setelah itu, sekitar pukul 19.30 keponakan saya baru dipulangkan. Kami yang mengetahui kejadian itu langsung mengobati korban, kepalanya dijahit," imbuhnya.
Ia bersama korban lalu melaporkan kejadian tersebut ke Mapolres Bangkalan pada hari kamis (7/8/2025).
Laporan itu tertuang dalam surat tanda terima laporan nomor STTLP/8/150/VB/2025/SPKT/Polres Bangkalan/Polda Jawa Timur.
Wakil Rektor UTM membantah adanya perundungan
Sementara itu, Wakil Rektor III UTM, Surokim, mengaku telah menyelidiki kasus ini. Menurutnya, aksi perundungan tersebut tidak dilakukan mahasiswa atau senior UTM.
"Sejauh ini dugaan pemukulan itu tidak dilakukan oleh senior atau mahasiswa UTM," tegasnya.
Meski demikian, Surokim berkomitmen mengusut kasus ini dan tidak akan mentolerir aksi kekerasan yang dilakukan siapa pun, terutama oleh warga kampus.
"Kami punya satgas terkait itu akan langsung bergerak melakukan penyelidikan jika itu terjadi karena kampus UTM komitmen tidak menolerir berbagai tindak kekerasan," ujarnya.
Ketika ditanya mengenai keberadaan MF di lokasi penganiayaan dan peran MF dalam mengintimidasi korban, Surokim enggan memberikan komentar lebih lanjut.
"Silahkan tanya langsung pada yang bersangkutan," ujarnya.
Di sisi lain, MF saat dihubungi mengaku tidak melihat kejadian tersebut. Namun, saat ditanya apakah ia berada di lokasi penganiayaan, MF enggan menjawab.
"Saya tidak melihat," jawabnya singkat.
Sebelumnya, MM dilaporkan diculik di area kampus oleh sejumlah orang menggunakan mobil.
Korban kemudian dibawa ke sebuah rumah indekos di sekitar UTM, di mana ia dipaksa menandatangani surat pernyataan oleh MF.
Setelah itu, MM dianiaya orang tak dikenal hingga mengalami luka di wajah dan kepala bocor.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!