Bagaimana Uang Bisa Merusak Persahabatan

menjaga persahabatan, membicarakan topik uang, membicarakan uang, Bagaimana Uang Bisa Merusak Persahabatan

- Kita bisa berbicara tentang banyak hal dengan sahabat, mulai dari soal cinta, atasan yang menyebalkan, bahkan rahasia terdalam. Tapi ketika topiknya uang? Tiba-tiba suasana jadi kikuk. 

Studi Bankrate 2024 bahkan menemukan hanya 38 persen orang dewasa yang merasa nyaman membicarakan keuangan pribadi, termasuk dengan sahabat sendiri.

Padahal, riset Bread Financial menunjukkan bahwa 1 dari 5 orang Amerika merasa tidak sejalan secara finansial dengan teman-temannya, perasaan yang jarang diucapkan, tapi diam-diam bisa menggerogoti hubungan.

“Persahabatan tumbuh subur di atas kepercayaan, rasa saling menghormati, dan kesetaraan emosional,” jelas pakar hubungan Dr.Channa Bromley, PhD. “Namun, uang memiliki cara untuk menantang ikatan terkuat sekalipun.”

Uang lebih dari sekadar angka

Uang bukan hanya tentang isi rekening. Ia sering jadi simbol nilai hidup: status, kendali, bahkan harga diri. Dan semua itu bisa masuk ke dinamika pertemanan dengan cara yang rumit. 

“Uang tidak pernah netral dalam hubungan,” tegas Dr. Bromley.

Terapis keuangan Kate Dorman menambahkan, ada banyak “aturan tak tertulis” soal ekspektasi finansial di lingkaran pertemanan. Misalnya ikut patungan makan di cafe baru yang hits, beli kado ulang tahun, atau liburan bareng. Semua terasa wajar sampai ada yang tidak bisa mengikuti ritme.

“Orang-orang bisa merasa tertekan untuk menghabiskan uang demi tetap dianggap bagian dari kelompok. Itu bisa memicu kepahitan dan kebencian,” kata Dorman.

menjaga persahabatan, membicarakan topik uang, membicarakan uang, Bagaimana Uang Bisa Merusak Persahabatan

Ilustrasi liburan.

Ketegangan biasanya muncul saat usia 20-an hingga 30-an, ketika teman-teman mulai memiliki kondisi finansial berbeda. Misalnya, satu orang ingin liburan mewah ke Bali, sementara yang lain masih harus kerja sampingan untuk membantu keluarga.

Hasilnya? Ada kesenjangan diam-diam yang sulit dibicarakan. 

Yang finansialnya lebih lemah bisa merasa tersisih, sementara yang lebih mapan justru tertekan karena harus kompromi atau menanggung biaya demi menjaga hubungan.

“Seiring waktu, perbedaan ini bisa menimbulkan jarak dan akhirnya merusak persahabatan,” ujar Bromley.

Menjaga persahabatan di tengah perbedaan

Kabar baiknya, persahabatan lintas status ekonomi tetap bisa bertahan asal ada kesadaran dan komunikasi. 

“Sangat penting untuk menjaga persahabatan dengan orang-orang dari status sosial ekonomi yang berbeda, karena kita bisa belajar dan tumbuh bersama, termasuk dalam hubungan dengan uang,” kata Dorman.

Ia memberikan beberapa tips yang bisa kita lakukan demi menjaga ikatan persahabatan.

"Pertama dan terpenting, bicarakanlah. Jika kita bisa membicarakan seks dengan teman-teman, maka kita pasti bisa membicarakan uang, karena sama-sama sudah memiliki fondasi kerentanan," kata Dorman. 

Tentu saja, itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, tetapi menormalkan topik ini adalah langkah pertama. 

"Malu finansial sangat umum, jadi membicarakan uang biasanya membutuhkan kerendahan hati, tetapi ketika dibicarakan secara terbuka, hal itu akan mendekatkan," katanya.

Psikolog keuangan Dan Pallesen mengatakan, jika kita menganggap topik soal uang adalah hal tabu ini bisa menyebabkan salah tafsir yang akhirnya menggerogoti fondasi pertemanan.

Diskusi yang jujur juga menghilangkan asumsi tentang apa yang mampu atau tidak mampu ditanggung seseorang. 

Kita tidak harus membahas semuanya sekaligus, tetapi Dr. Pallesen menyarankan untuk membicarakan hal yang bisa memberi gambaran tentang pandangan teman seputar uang. Misalnya bagaimana orangtua mengelola keuangan di keluarga, bagaimana pandangan kita terhadap orang kaya yang senang flexing, hingga ekspektasi dan tujuan finansial yang dimiliki untuk diri sendiri. 

"Tidak ada dua orang yang berada di jalur yang persis sama, jadi sebaiknya bersikap jujur untuk menjaga persahabatan seumur hidup," ujarnya.

Bertemu rutin memang bisa menguatkan persahabatan, tapi jika kita tidak mampu mengikuti rencana tertentu, sampaikan dengan jujur. 

Kita bisa mengatakan, "Saya sebenarnya ingin nongkrong, tapi lagi banyak pengeluaran bulan ini. Ayo rencanakan sesuatu yang sederhana".  Ini akan mengalihkan fokus dari uang ke hubungan itu sendiri. 

"Bagi mereka yang berpenghasilan lebih tinggi, peka terhadap situasi orang lain adalah kuncinya," kata Dr.Bromley.

Tak kalah penting, lakukan refleksi diri. Dr. Pallesen mengatakan memahami hubungan kita sendiri dengan uang sebenarnya dapat membantu kita menjadi teman yang baik.

"Ketika kita merasakan sesuatu tentang uang, baik positif maupun negatif, kita cenderung memproyeksikan emosi tersebut kepada orang lain dan kemudian bereaksi terhadapnya," ujarnya. 

Pemindahan emosi ini biasanya terjadi di alam bawah sadar, tetapi melakukan upaya batin untuk mengatasi rasa tidak aman tersebut dapat membantu  kita melepaskan segala rasa dendam, dan sebagai hasilnya, mendekatkan kita dengan teman-teman.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.