Mobil Bekas Tapi 0 KM, Praktik Ini Bikin Pemerintah China Turun Tangan!

Fenomena mobil bekas '0 KM' di China picu perhatian pemerintah. Produsen mobil ternama dipanggil untuk membahas praktik ini.

Mobil Bekas Tapi 0 KM, Praktik Ini Bikin Pemerintah China Turun Tangan!, Praktik Mobil Bekas ‘0 KM’ di China, Dampak Penjualan Mobil Bekas ‘0 KM’, Intervensi Pemerintah China, Persaingan Harga Mobil Listrik di China, Solusi dari Para Ahli
short desc (©@ 2023 otosia.com)

Jakarta - Pemerintah China mengambil langkah serius menyikapi maraknya penjualan mobil bekas 'tanpa jarak tempuh' atau '0 KM'. Praktik ini dinilai mengganggu keseimbangan industri otomotif. Kementerian Perdagangan China bahkan telah memanggil sejumlah produsen otomotif terbesar untuk membahas masalah ini.

Menurut Li Yanwei, seorang pejabat di Asosiasi Dealer Mobil Tiongkok, pertemuan tersebut juga dihadiri perwakilan asosiasi dealer mobil dan platform penjualan daring. Produsen besar seperti Dongfeng Motor Group diketahui hadir dalam diskusi tersebut. Ketua Great Wall Motors Co, Wei Jianjun, bahkan memperingatkan praktik semacam ini dapat mengganggu keseimbangan industri otomotif.

Fenomena mobil bekas '0 KM' ini mencerminkan masalah struktural yang lebih dalam di industri otomotif China. Praktik ini berpotensi merusak kepercayaan konsumen terhadap industri otomotif China.

Praktik Mobil Bekas ‘0 KM’ di China

Dalam praktiknya, mobil baru yang tidak laku dialihkan ke perusahaan pembiayaan atau dealer mobil bekas, lalu dijual kembali dengan odometer nol kilometer. Produsen tetap mencatat unit tersebut sebagai ‘terjual’ meski belum sampai ke tangan konsumen akhir. Taktik ini dilakukan untuk membantu produsen mencapai target penjualan, mengurangi tumpukan stok yang tidak terjual, hingga memanfaatkan subsidi atau kebijakan ekspor yang berkaitan dengan status registrasi kendaraan.

Wei menyebutkan ada sekitar 4.000 dealer yang menjual mobil bekas ‘tanpa jarak tempuh’ di berbagai platform online. Ia memperingatkan, sektor otomotif Tiongkok bisa menghadapi krisis serupa seperti yang dialami oleh China Evergrande Group di sektor properti.

Meskipun dinilai sebagai respons alami terhadap kelebihan pasokan di pasar, banyak kalangan industri menilai praktik ini sebagai langkah jangka pendek yang berisiko dan dapat merusak ekosistem pasar secara keseluruhan.

Dampak Penjualan Mobil Bekas ‘0 KM’

Maraknya mobil bekas "0 KM" di China berdampak signifikan terhadap industri otomotif negara tersebut. Praktik penjualan mobil baru yang tidak laku sebagai mobil bekas "0 KM" mengganggu keseimbangan pasar dan menciptakan distorsi data penjualan. Hal ini membuat sulit untuk menilai kinerja penjualan sebenarnya dari produsen otomotif dan dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang salah.

Konsumen dirugikan karena membeli mobil yang sebenarnya sudah terdaftar dan masa garansinya sudah berjalan, meskipun odometer menunjukkan nol kilometer. Mereka kehilangan sebagian masa garansi dan mungkin menghadapi masalah lain terkait riwayat kepemilikan atau catatan kredit yang tidak jelas.

Persaingan harga yang ketat, ditambah dengan kelebihan kapasitas produksi dan praktik mobil bekas "0 KM", menciptakan tekanan besar pada produsen otomotif.

Intervensi Pemerintah China

Pemerintah China merespon dengan memanggil produsen otomotif besar, asosiasi dealer, dan platform penjualan daring untuk membahas praktik ini. Langkah ini menunjukkan keprihatinan pemerintah terhadap potensi krisis di industri otomotif dan upaya untuk melindungi konsumen.

Kementerian Perdagangan China menggelar pertemuan tingkat tinggi pada 27 Mei 2025 dengan beberapa produsen otomotif besar seperti BYD dan Dongfeng, serta platform jual beli mobil bekas Guazi. Diskusi tersebut membahas perlunya pengawasan lebih ketat terhadap transaksi mobil bekas dan upaya pemberantasan pelaporan penjualan yang manipulatif.

Pemerintah China juga disebut tengah mempertimbangkan regulasi baru yang mengadopsi pendekatan seperti yang dilakukan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) terhadap praktik “channel stuffing”, yaitu strategi di mana perusahaan sengaja mendorong stok berlebih ke jaringan distribusi untuk memperlihatkan kinerja penjualan yang lebih tinggi dari kenyataan.

Persaingan Harga Mobil Listrik di China

Sementara itu, persaingan harga yang kian ketat juga menjadi tekanan tersendiri bagi para produsen. BYD Co, pemimpin pasar mobil listrik, mengalami penurunan saham hingga 10 persen dalam dua hari pertama pekan ini setelah mengumumkan diskon besar-besaran hingga 34 persen untuk beberapa model.

Kondisi ini menandai perlambatan signifikan dalam pertumbuhan penjualan kendaraan, yang bisa berdampak panjang terhadap keberlangsungan industri otomotif Negeri Tirai Bambu. Sebagai contoh, harga mobil bekas untuk model seperti BYD Qin L tercatat anjlok hingga 30–40 persen di bawah harga resmi.

Penurunan ini turut menyeret harga model lain, dan menciptakan efek domino terhadap ekspektasi harga di pasar mobil seken.

Solusi dari Para Ahli

Sejumlah pakar industri menyarankan agar produsen otomotif menghindari taktik jangka pendek dan mulai melakukan langkah korektif. Di antaranya dengan menyesuaikan perencanaan produksi secara realistis, meningkatkan transparansi terkait riwayat kendaraan dan jaminan garansi, serta memperluas ekspor mobil bekas ke negara lain, seperti Rusia, guna mengurangi tekanan di pasar domestik.

Analis pasar di China memperingatkan bahwa dampak dari praktik ini tidak hanya terbatas pada konsumen, tetapi juga memengaruhi seluruh ekosistem industri otomotif. Data penjualan yang dibesar-besarkan secara artifisial bisa menyesatkan investor, menciptakan ilusi permintaan, dan memperburuk persaingan harga.

Mobil bekas nol kilometer ini memang menarik minat konsumen karena harganya bisa lebih murah hingga 30 persen dibandingkan harga unit baru dari diler. Namun, potongan harga tersebut disertai sejumlah risiko. Beberapa kendaraan memiliki riwayat kepemilikan yang tidak jelas, kredit yang belum lunas, hingga masa garansi yang sudah berjalan sejak kendaraan pertama kali didaftarkan meskipun belum digunakan.