Apa Itu Weton Tulang Wangi dan Mengapa Dilarang Keluar Malam 1 Suro?

Menjelang malam 1 Suro 2025, kepercayaan masyarakat Jawa terhadap weton tulang wangi kembali mencuat.
Mitos seputar weton ini diyakini masih hidup di sejumlah wilayah, terutama di sekitar Keraton Surakarta dan daerah pedesaan di Jawa.
Sebagian masyarakat percaya, orang yang lahir dengan weton tulang wangi sebaiknya tidak keluar rumah saat malam 1 Suro.
Sebab, mereka diyakini lebih rentan mengalami gangguan dari makhluk gaib.
Lantas, apa itu weton tulang wangi, siapa saja yang termasuk, dan mengapa dilarang keluar malam pada 1 Suro? Ini penjelasan budayawan Solo.
Pengertian Weton Tulang Wangi
Weton tulang wangi adalah salah satu bentuk kepercayaan tradisional dalam budaya Jawa yang berkaitan erat dengan malam 1 Suro atau 1 Muharam, momen yang menandai tahun baru dalam kalender Hijriah.
“Weton tulang wangi dan kepercayaan lain terhadap malam 1 Suro merupakan bentuk self-cultivation atau budidaya diri untuk menapaki sesuatu yang baru, dalam hal ini untuk menyambut tahun baru Islam,” kata Sahid Teguh Widodo, Kepala Pusat Unggulan Iptek Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dikutip dari Kompas.com, Kamis (5/7/2024).
Menurut Sahid, budaya Jawa tidak bersifat antropologis melainkan kosmologis.
Artinya, manusia dipandang sebagai bagian dari semesta, bukan entitas yang berdiri sendiri.
“Saya rasa weton tulang wangi yang dikaitkan dengan gejala-gejala tersebut tidak jauh dengan self-cultivation orang Jawa untuk menjadi subjek di semesta alam ini sesuai dengan konsep kosmologi tadi,” ujarnya.
Daftar Weton Tulang Wangi
Budayawan sekaligus dosen Ilmu Sejarah UNS Surakarta, Tunjung W Sutirto, menyebut bahwa orang yang lahir dengan weton tulang wangi cenderung memiliki kepekaan spiritual yang tinggi.
“Maka orang dengan weton tulang wangi itu penggambarannya, wataknya sangat peka terhadap lingkungan, baik lingkungan yang terlihat maupun yang tidak kasat mata,” ungkapnya.
Berikut daftar weton yang termasuk kategori tulang wangi:
- Senin Kliwon
- Senin Wage
- Senin Pahing
- Selasa Legi
- Rabu Kliwon
- Rabu Pahing
- Kamis Wage
- Sabtu Wage
- Sabtu Legi
- Minggu Pon
- Minggu Kliwon
Alasan Weton Tulang Wangi Dilarang Keluar Malam 1 Suro
Dalam tradisi Jawa, malam 1 Suro dipercaya sebagai malam yang penuh energi spiritual. Roh leluhur diyakini turun ke bumi pada malam itu.
Orang dengan weton tulang wangi dianggap memiliki hubungan spiritual yang kuat, sehingga lebih mudah tersentuh oleh energi mistis.
“Karena, orang dengan weton tulang wangi ini punya kedekatan dengan makhluk halus atau astral, maka mereka yang memiliki weton itu bisa bersinggungan dengan roh-roh itu, sehingga bisa berdampak pada energi negatif yang terserap olehnya,” ujar Tunjung.
Untuk itu, masyarakat Jawa yang memiliki weton ini disarankan untuk tidak keluar rumah.
Mereka dianjurkan untuk berdiam diri, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
“Sehingga, dalam tradisi Jawa kaitan antara weton tulang wangi dengan datangnya malam 1 Sura itu bersifat koherensi,” lanjutnya.
Asal-Usul Tradisi 1 Suro
Tunjung menjelaskan bahwa tradisi malam 1 Suro dimulai sejak tahun 1633 Masehi.
Saat itu, Sultan Agung menciptakan kalender Jawa sebagai upaya menyatukan unsur budaya Hindu-Jawa dan Islam.
“Tradisi satu Suro itu tentu terkait dengan satu peristiwa tahun 1633 abad ke-17 sejak Sultan Agung menciptakan kalender Jawa,” jelas Tunjung.
Istilah "Suro" berasal dari kata "Asyura" (10 Muharam) dalam kalender Islam, yang dianggap sakral karena banyak peristiwa besar terjadi pada hari tersebut.
Salah satunya adalah peristiwa Nabi Musa selamat dari kejaran Firaun di Laut Merah.
Mitos Pasukan Nyai Roro Kidul di Malam 1 Suro
Salah satu mitos yang berkembang terkait malam 1 Suro adalah kemunculan lampor, yaitu pasukan gaib pengikut Nyai Roro Kidul.
Lampor dipercaya keluar dari laut dan menuju keraton saat malam Suro.
“Yang tidak boleh keluar rumah itu yang punya weton tulang wangi, misalnya Senin Kliwon, karena akan jadi sasaran makhluk gaib,” kata Tunjung.
Fenomena angin kencang dan suasana mencekam yang sering muncul pada malam Suro sering dikaitkan dengan keberadaan pasukan lampor tersebut.
Makna Suro di Era Modern
Meski kepercayaan terhadap larangan ini masih dipegang sebagian masyarakat, khususnya di sekitar Keraton Surakarta dan pedesaan, makna bulan Suro mulai mengalami pergeseran di era modern.
“Apresiasinya tidak lagi menganggap sakral atau absolut, tapi untuk kebaikan,” ucap Tunjung.
Saat ini, malam 1 Suro lebih banyak dimaknai sebagai momen kontemplasi, tirakat, berbuat baik, dan berdoa, bukan lagi sekadar waktu yang dianggap mistis atau penuh larangan.
Weton tulang wangi merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat Jawa yang sarat makna spiritual dan filosofi.
Mitos larangan keluar malam 1 Suro mencerminkan kepercayaan akan keselarasan antara manusia dan semesta.
Meski tak semua orang lagi memegang kepercayaan ini, memahami budaya dan tradisi seperti weton tulang wangi tetap penting sebagai bagian dari identitas dan warisan budaya Nusantara.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .