Mitos Malam 1 Suro: Antara Kepercayaan, Tradisi, dan Realitas Budaya

Malam 1 Suro, Budayawan, malam 1 Suro, budayawan, mitos malam 1 suro, ritual malam 1 suro, Mitos Malam 1 Suro: Antara Kepercayaan, Tradisi, dan Realitas Budaya

 Malam 1 Suro merupakan peringatan malam pertama di bulan Suro dalam penanggalan Jawa, yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Momen ini memiliki makna khusus bagi masyarakat Jawa sebagai waktu untuk introspeksi diri, doa keselamatan, dan mempererat hubungan sosial.

Tradisi ini telah berlangsung secara turun-temurun dan menjadi simbol penting dalam perpaduan budaya Islam dan kepercayaan lokal.

Secara etimologis, "Suro" berasal dari kata "Asyura" dalam bahasa Arab, yang berarti sepuluh dan merujuk pada tanggal 10 Muharram.

Di Jawa, istilah ini digunakan untuk menamai bulan pertama dalam kalender Jawa-Islam, yang disusun oleh Sultan Agung dari Mataram pada abad ke-17.

Bagaimana Sejarah Munculnya Mitos 1 Suro?

Budayawan Solo, Tunjung W. Sutirto, menjelaskan bahwa mitos-mitos seputar Malam 1 Suro lahir dari masyarakat yang dahulu masih terisolasi secara geografis dan komunikasi.

"Kebudayaan tidak stagnan. Dulu desa masih terisolasi oleh komunikasi dan transportasi, jadi masih terikat kebudayaan yang diyakini sebagai kebenaran pada masanya," ujar Tunjung, Senin (23/6/2025), seperti dikutip dari Kompas.com.

Dalam kondisi tersebut, berbagai fenomena alam seperti angin kencang yang terjadi saat musim kemarau dianggap sebagai tanda mistis.

Muncullah mitos seperti iring-iringan pasukan Nyai Roro Kidul, yang dipercaya tengah berangkat menuju keraton saat malam Satu Suro.

Apa Saja Mitos yang Berkembang di Malam 1 Suro?

Malam 1 Suro, Budayawan, malam 1 Suro, budayawan, mitos malam 1 suro, ritual malam 1 suro, Mitos Malam 1 Suro: Antara Kepercayaan, Tradisi, dan Realitas Budaya

Salah Satu Pusaka dari Ndalem Ageng Puro Mangkunegaran Saat Kirab Pusaka Dalem Malam 1 Suro.

Seiring dengan waktu, sejumlah mitos masih dipercaya sebagian masyarakat, terutama di wilayah Jawa. Berikut adalah beberapa mitos dan pantangan yang sering dikaitkan dengan malam 1 Suro:

1. Larangan Keluar Rumah

Diyakini bahwa orang dengan weton tertentu sebaiknya tidak keluar rumah pada malam 1 Suro agar terhindar dari mara bahaya.

2. Dilarang Berisik

Suasana hening menjadi bagian dari tradisi. Di lingkungan keraton, dilakukan ritual bisu sebagai bentuk introspeksi dan keprihatinan.

3. Tidak Boleh Menyelenggarakan Pernikahan

Mitos menyebutkan bahwa menikah di malam Satu Suro akan membawa kesialan bagi pasangan pengantin. Ini lebih merupakan tradisi adat daripada ajaran agama.

4. Pantangan Pindah Rumah atau Membangun Rumah

Diyakini akan mendatangkan kesulitan ekonomi dan kesehatan jika dilakukan pada malam Satu Suro.

5. Tradisi Mencuci Pusaka

Jamasan atau mencuci benda pusaka seperti keris dan tombak dilakukan sebagai simbol pembersihan diri dan tolak bala.

Apa Makna Spiritualitas di Balik Ritual Malam 1 Suro?

Di balik mitos dan pantangan, malam Satu Suro menyimpan makna spiritual yang dalam. Banyak orang memanfaatkan malam ini untuk tirakatan, berzikir, dan doa bersama di tempat-tempat yang dianggap sakral. Tradisi ini diyakini mampu memperkuat batin dan menyucikan diri dari energi negatif.

Dalam sejarahnya, Sultan Agung mengubah upacara kerajaan Rajawedha menjadi Gramawedha, sebuah ritual rakyat yang lebih membumi.

Langkah ini dipandang sebagai cara menyatukan elemen religius dan budaya lokal dalam satu momen yang penuh makna.

Tunjung W. Sutirto menilai bahwa kepercayaan terhadap mitos-mitos malam 1 Suro semakin memudar seiring kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi.

"Kepercayaan akan mitos-mitos ini mulai luntur di tengah kemajuan yang dialami masyarakat," kata Tunjung.

Meski demikian, sebagian masyarakat masih melestarikan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan warisan budaya.

Perayaan malam 1 Suro pun tetap digelar dalam bentuk doa bersama, kirab budaya, dan kegiatan religius lainnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "".