Tanpa Modal, Pria Ini Bisa Raup Rp 3,6 Juta Per Bulan dari Jual Cangkang Telur

— Siapa sangka, cangkang talur, limbah dapur yang sering dianggap sampah ternyata bisa menjadi sumber rezeki tak terduga.
Waluyo (50), seorang warga asal Gunung Kidul, Yogyakarta, membuktikan hal ini dengan sukses menjadikan cangkang telur bekas sebagai ladang penghasilan hingga Rp 3,6 juta per bulan.
Kisah inspiratif ini pertama kali mencuat di media sosial lewat unggahan akun Threads @quartz.22 pada Senin (7/7/2025).
Dalam unggahan yang viral itu, Waluyo membagikan pengalamannya:
“Dapet 3,6jt sbulan cuma karna iseng ngumpulin kulit telor. Jadi tiap makan telor pun ga kubuang. Eh ternyata bisa cuann juga. Ini yang gw lakuin.”

Hingga Kamis (10/7/2025), utas tersebut telah disukai 2.900 pengguna Threads dan dibagikan lebih dari 1.600 kali, menarik perhatian publik akan potensi tersembunyi dari limbah rumah tangga.
Dari “Emang-eman” Jadi Ide Bisnis
Saat ditemui Kompas.com, Waluyo bercerita bahwa semua berawal dari rasa sayang membuang cangkang telur di rumahnya yang juga digunakan sebagai tempat usaha bakso telur.
“Awalnya itu sekitar 2-3 tahun lalu, kebetulan di rumah usaha bakso telur, pada saat itu kulit (telur) numpuk terus,” ujarnya, Kamis (10/7/2025).
“Terus saya bingung mau dikemanain. Kalau dibuang sepertinya enggak tega (eman-eman). Nah, di situ timbul ide,” lanjutnya.
Dengan modal ponsel dan rasa penasaran, Waluyo mulai mencari informasi di internet.
Ia bahkan menggunakan teknik Search Engine Optimization (SEO) untuk mempelajari manfaat cangkang telur.
“Saya pelajari SEO benarnya kulit telur ini kandungannya apa aja sih. Ternyata, kandungan kalsiumnya sangat tinggi,” katanya.
“Ini pasti banyak sekali kegunaannya dan pasti banyak yang membutuhkannya,” imbuhnya.
Dari Limbah Jadi Cuan
Setelah memahami potensi tersebut, Waluyo membersihkan, menumbuk, dan mengemas cangkang telur dalam plastik.
Awalnya, ia tidak tahu harus dijual ke mana. Namun, dengan semangat mencoba, ia membuka lapak di marketplace.
“Ternyata peminat lumayan banyak di marketplace, saya sampai kewalahan soal stok,” ungkap Waluyo.
Permintaan pasar yang terus meningkat membuatnya melibatkan ibu-ibu di sekitar rumah.
Ia membeli cangkang telur bekas dari mereka, menciptakan ekosistem ekonomi kecil yang membantu tetangga ikut merasakan manfaat.
“Setelah laku di pasaran, saya coba menjadikan limbah itu menjadi bentuk lain, dengan cara saya giling halus, alhamdulillah pembeli makin banyak,” ujarnya.
Cangkang telur hasil olahan Waluyo ternyata digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari kerajinan kaligrafi, pupuk tanaman, media tanam anggur, hingga campuran pakan ternak.
Bisnis Tak Selalu Mulus
Meski kini sukses, perjalanan Waluyo tak selalu mudah.
“Jadi pas awal jual di marketplace itu tidak mudah. Awalnya, saya buka dan jual di Shopee itu sampai 4-5 bulan baru mulai ada yang tanya,” kenangnya.
“Sebulan kemudian, baru ada satu orang yang beli. Setelah berjalan, malah terkendala dengan stok,” tambahnya.
Untuk mengatasi masalah stok, ia menghubungi para penjual kue langganan agar bersedia menjual cangkang telur bekas mereka.
“Akhirnya saya berusaha hubungi tukang kue yang biasa pake telur, agar kulit telur dikumpulin dan dijual ke saya,” sambungnya.
Tanpa Modal, Untung Maksimal
Menariknya, Waluyo memulai semua ini tanpa modal sepeser pun.
“Kalau boleh jujur, modal saya Rp 0, nol rupiah, itu kalau modal awal hehehe,” ungkapnya malu-malu.
“Karena awalnya cuma limbah sendiri, maka saya bisa bilang tanpa modal, karena daripada dibuang mending dijual,” lanjutnya.
Dengan sistem putar modal dari hasil penjualan awal, ia kini rutin membeli cangkang dari ibu-ibu sekitar maupun pedagang kue.
Hasilnya, sejak 2024 hingga sekarang, penghasilannya stabil di angka Rp 3,6 juta per bulan.
“Alhamdulillah, sejak 2024 itu penjualan sudah mencapai Rp 3,6 juta per bulan sampai sekarang,” ujarnya dengan senyum.
“Tidak menyangka, dari limbah ternyata bisa jadi rejeki untuk mencukupi kebutuhan harian dan anak, istri,” pungkas Waluyo.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .