Kisah Suami-Istri Berlari dari Jakarta ke Bali, Hasilkan Donasi Ratusan Juta untuk Gaza

pelari, Gaza, pelari indonesia, bantuan untuk Gaza, Donasi untuk Gaza, Kisah Suami-Istri Berlari dari Jakarta ke Bali, Hasilkan Donasi Ratusan Juta untuk Gaza, Awal Misi: Dari Ide Ankit hingga Tekad Patricia, Perjalanan Hendra di Dunia Lari Amal, Tantangan di Jalan Raya, Solidaritas Pelari Lokal yang Menguatkan Langkah, Pendanaan dan Target Donasi, Gaza di Tengah Krisis Pangan, Lari yang Membawa Harapan

Pasangan suami-istri Hendra Siswanto (45) dan Patricia Lisia (45) menempuh perjalanan ekstrem berlari dari Jakarta hingga Bali selama 16 hari demi misi kemanusiaan untuk anak-anak di Gaza, Palestina.

Didampingi pelari asal India, Ankit Kumar (31), mereka berlari selama 16 hari menembus ribuan kilometer, menggalang donasi ratusan juta rupiah untuk menyediakan makanan bagi warga Palestina yang dilanda krisis pangan.

Mereka memulai langkah pada 2 Agustus 2025 dari Patung Kuda, Jakarta, dengan garis finish yang ditargetkan di Pantai Jerman, Kuta, Bali, pada 17 Agustus mendatang.

“Karena pelarinya Indonesia dan juga Ankit orang India, kami sekaligus merayakan hari kemerdekaan bagi dua negara dengan berbuat sesuatu,” ujar Patricia lewat sambungan telepon, Senin (11/8/2025) malam.

Awal Misi: Dari Ide Ankit hingga Tekad Patricia

Patricia menuturkan bahwa ide besar ini datang dari Ankit Kumar.

“Ini idenya Ankit, kebetulan Ankit adalah vegetarian dan banyak bergerak di kemanusiaan. Dia setahun terakhir ini menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk disumbangkan ke World Food Programme di Gaza,” kata Patricia.

Meski bukan pelari profesional, Patricia yang lebih akrab dengan sepeda tetap menerima tantangan tersebut.

Selama ini, lari terjauh yang pernah ia tempuh adalah 200 kilometer, dan perannya lebih banyak sebagai pendukung sang suami.

Baginya, menggalang dana melalui lari jarak jauh adalah wujud nyata kontribusi untuk kemanusiaan dan perdamaian di Palestina.

Perjalanan Hendra di Dunia Lari Amal

Hendra, yang akrab disapa Hensis, telah konsisten berlari jarak jauh sejak 2014.

Sejak 2017, ia memutuskan untuk menjadikan lari sebagai sarana menggalang dana bagi anak-anak yang membutuhkan.

Dua bulan sebelum keberangkatan, Ankit mengajaknya bergabung dalam gerakan Miles for Meals.

Demi misi ini, Hensis rela membatalkan lari amal rutin tahunannya di 2025.

Lari sejauh 1.600 kilometer ini akan menjadi rekor pribadinya, lima kali lipat dari jarak terjauh yang pernah ia tempuh.

Untuk mempersiapkan diri, ia meningkatkan porsi latihan dari 70 kilometer menjadi 200 kilometer per minggu.

Tantangan di Jalan Raya

Memasuki hari ke-10, ketiganya mencapai Bojonegoro, Jawa Timur. Kondisi fisik yang mulai menurun membuat mereka menyesuaikan target.

“Sampai dengan hari ke-8 masih sesuai target, yaitu 90-100 kilometer per hari, tapi hari ke-9 dan ke-10 mulai drop, jadi cuma bisa 70-75 kilometer per hari,” ujar Patricia.

Target total jarak pun diubah. Hensis dan Ankit menurunkan target menjadi 1.500 kilometer, sementara Patricia tetap di 1.000 kilometer.

Setiap hari, mereka memulai persiapan pukul 05.30, start pukul 06.00, dan menghabiskan hingga 17 jam di jalan dengan cut-off time pukul 23.00. Waktu tidur mereka hanya empat sampai lima jam per malam.

pelari, Gaza, pelari indonesia, bantuan untuk Gaza, Donasi untuk Gaza, Kisah Suami-Istri Berlari dari Jakarta ke Bali, Hasilkan Donasi Ratusan Juta untuk Gaza, Awal Misi: Dari Ide Ankit hingga Tekad Patricia, Perjalanan Hendra di Dunia Lari Amal, Tantangan di Jalan Raya, Solidaritas Pelari Lokal yang Menguatkan Langkah, Pendanaan dan Target Donasi, Gaza di Tengah Krisis Pangan, Lari yang Membawa Harapan

Warga Palestina saat mengantre bantuan makanan sup lentil di pusat distribusi Kota Gaza, 2 Agustus 2025. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa bencana kelaparan Gaza mencapai tingkat yang berbahaya.

Solidaritas Pelari Lokal yang Menguatkan Langkah

Di tengah rasa lelah, semangat mereka terus hidup berkat dukungan komunitas pelari di setiap daerah.

“Kami merasakan juga euforia kebahagiaan di antara komunitas pelari seluruh Indonesia. Bahkan ada yang menyediakan rumahnya untuk kami menginap ketika sedang jauh dari titik penginapan,” ungkap Patricia.

“Sesuai dengan kapasitas pelari, ya. Plan awal kami akan stop di daerah yang memang terdapat hotel, tapi ternyata larinya sudah enggak sanggup,” lanjutnya.

Banyak pelari lokal bergabung, berlari bersama sejauh 10, 20, bahkan hingga 100 kilometer, membuktikan bahwa semangat kemanusiaan mampu menyatukan langkah.

Pendanaan dan Target Donasi

Masing-masing pelari menanggung sendiri biaya operasional, sekitar Rp 2 juta per orang per hari untuk sewa mobil, kru, dan logistik.

Seluruh dana donasi disalurkan ke World Food Programme untuk menyediakan makanan bagi anak-anak Gaza.

Awalnya, target donasi ditetapkan Rp 100 juta. Dalam beberapa hari, target itu tercapai.

Hingga Selasa (12/8) siang, dana di platform ayobantu.com telah mencapai Rp 152 juta, sedangkan donasi internasional yang dibuka Ankit senilai Rp 160 juta.

Target kini dinaikkan menjadi Rp 200 juta.

Gaza di Tengah Krisis Pangan

Data World Food Programme mencatat, 500.000 orang di Gaza hidup dalam kondisi mirip kelaparan.

Sebanyak 320.000 anak berisiko mengalami kurang gizi akut, yang berarti seluruh anak di bawah usia lima tahun terancam tumbuh kembangnya.

Di tengah situasi tersebut, tuntutan gencatan senjata dan perlindungan bagi pekerja kemanusiaan terus bergema.

Lari yang Membawa Harapan

Bagi Patricia dan Hendra, lari dari Jakarta ke Bali bukan hanya pencapaian fisik, tetapi juga perjalanan hati.

Melalui Miles for Meals, mereka membuktikan bahwa cinta, solidaritas, dan kemanusiaan bisa berjalan seiring di setiap langkah kaki.

Misi ini adalah pesan nyata bahwa dari Indonesia, dukungan bagi anak-anak Gaza bisa terus mengalir, kilometer demi kilometer, harapan demi harapan.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!