Top 6+ Perbedaan Stres dan Burnout yang Sering Keliru, Apa Saja?
- 1. Burnout spesifik pada pekerjaan
- 2. Stres hilang setelah tekanan usai, burnout bertahan lama
- 3. Burnout ditandai dengan rasa sinis dan kehilangan motivasi
- 4. Dampak burnout terlihat pada kinerja
- 5. Stres bisa diredakan dengan aktivitas ringan, burnout tidak
- 6. Istirahat singkat tidak menyembuhkan burnout

Di tengah tuntutan pekerjaan, kehidupan sosial, dan berbagai tanggung jawab sehari-hari, perasaan tertekan atau kelelahan bukanlah hal asing.
Namun, seringkali kita bingung membedakan antara stres biasa dengan kondisi burnout yang lebih serius.
Padahal, memahami perbedaan keduanya penting agar penanganan bisa tepat dan tidak berlarut-larut.
Menurut World Health Organization (WHO), burnout bukan sekadar rasa lelah atau kewalahan. Burnout didefinisikan sebagai sindrom yang muncul akibat stres kerja kronis yang tidak berhasil dikelola.
“Banyak orang menggunakan istilah burnout secara luas, padahal yang mereka alami mungkin hanya stres biasa,” jelas Jessi Gold, MD, Chief Wellness Officer di University of Tennessee System, dilansir SELF Magazine, Rabu (27/8/2025).
Lalu, bagaimana sebenarnya membedakan stres dan burnout? Berikut beberapa perbedaannya.
Apa perbedaan stres dan burnout?
1. Burnout spesifik pada pekerjaan
Stres bisa muncul dari berbagai aspek kehidupan, mulai dari hubungan pribadi, keuangan, hingga kesehatan.
Namun, menurut WHO, burnout secara khusus terkait dengan pekerjaan.
“Jika kamu merasa kelelahan karena pekerjaan rumah tangga, menjadi orangtua, atau mahasiswa penuh waktu, itu juga termasuk burnout, karena aktivitas tersebut berperan sebagai ‘pekerjaan’ kamu,” jelas Angela Neal-Barnett, PhD, profesor psikologi dari Kent State University.
Dengan kata lain, istilah seperti “dating burnout” atau “exercise burnout” kurang tepat, yang lebih akurat untuk kondisi tersebut adalah bentuk stres, bukan burnout.
2. Stres hilang setelah tekanan usai, burnout bertahan lama
Saat menghadapi deadline penting, stres biasanya meningkat. Namun setelah tugas selesai, rasa lega biasanya segera muncul.
Hal ini menjadi salah satu ciri khas dari kondisi stres, yaitu ia bersifat sementara.
Sebaliknya, burnout muncul dari stres kronis yang berlangsung lama, bahkan lebih dari enam bulan, tanpa solusi efektif.
“Burnout terjadi ketika stres berulang kali tidak dikelola, hingga tubuh dan pikiran seolah menyerah,” jelas Neal-Barnett.
3. Burnout ditandai dengan rasa sinis dan kehilangan motivasi
Stres membuat seseorang merasa tertekan, tetapi biasanya masih ada motivasi untuk menyelesaikan tugas.
Berbeda dengan burnout, yang muncul justru rasa apatis, sinis, dan kehilangan makna dalam pekerjaan.
“Orang dengan burnout sering merasa usahanya tidak ada gunanya. Mereka melakukan pekerjaan sekadar untuk bertahan, bukan lagi karena kepedulian atau semangat,” kata profesor psikologi di University of California, Berkeley, Christina Maslach, PhD.
4. Dampak burnout terlihat pada kinerja
Stres sesaat mungkin menurunkan konsentrasi, tetapi begitu selesai, kinerja biasanya kembali normal.
Berbeda dengan burnout yang sering menyebabkan penurunan kualitas kerja dalam jangka panjang.
Kamu bisa saja melewatkan deadline, melakukan kesalahan kecil, atau merasa tidak sanggup lagi memberikan usaha terbaik.
Bahkan, lanjut Maslach, burnout bisa menimbulkan “rasa gagal” meskipun orang lain tidak menilai kinerja kamu buruk.
5. Stres bisa diredakan dengan aktivitas ringan, burnout tidak
Banyak orang punya cara untuk melepas stres, misalnya olahraga, menonton film, atau berkumpul dengan teman. Aktivitas ini efektif mengurangi ketegangan sementara.
Namun pada burnout, cara-cara tersebut tidak lagi membantu. Kegiatan yang kamu senangi bisa terasa biasa saja dalam kondisi burnout.
“Aktivitas yang dulunya menyenangkan kini terasa melelahkan, bahkan tidak memberikan energi,” jelas Gold.
6. Istirahat singkat tidak menyembuhkan burnout
Cuti kerja atau liburan singkat mungkin cukup untuk memulihkan stres. Namun, pada burnout, istirahat sementara tidak menyelesaikan akar masalah.
“Burnout biasanya muncul dari sistem yang bermasalah, misalnya beban kerja tidak realistis, atasan yang toksik, atau kurangnya dukungan di lingkungan kerja,” ujar Maslach.
Tanpa perubahan struktural, burnout akan kembali meski seseorang sempat beristirahat.
Perbedaan mendasar antara stres dan burnout terletak pada intensitas dan durasinya.
Stres bersifat sementara dan bisa hilang setelah tekanan selesai, sementara burnout adalah kondisi kronis yang muncul akibat stres kerja berkepanjangan dan tidak teratasi.
Mengenali tanda-tandanya penting agar kita bisa segera mengambil langkah, baik dengan mengelola stres lebih efektif, berdiskusi dengan atasan, atau bahkan mempertimbangkan perubahan karier.
“Burnout bukan berarti kamu malas atau gagal, itu adalah tanda adanya sistem yang tidak sehat, dan tubuh kamu sedang memberi peringatan,” tandas Gold.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!