Google Bangun Reaktor Nuklir Sendiri demi Pasok Listrik Data Center AI

Google menetapkan Oak Ridge, Tennessee, Amerika Serikat sebagai lokasi pembangkit listrik bertenaga nuklir (PLTN). Di lokasi ini, Google akan mengembangkan reaktor nuklir kecil bernama Hermes 2, demi memasok listrik ke data center perusahaan.
Pengembangan fasilitas itu merupakan bagian dari kerja sama Google dengan startup pengembang reaktor nuklir, Kairos Power, yang diungkap pada Oktober 2024 lalu. Google juga menggandeng Tennessee Valley Authority (TVA), semacam perusahaan BUMN energi milik pemerintah federal AS.
Dalam kesepakatan ini, TVA berperan membeli listrik yang dihasilkan dari reaktor Hermes 2 tadi dari Kairos Power, kemudian mendistribusikannya ke data center Google.
Menurut Google, Hermes 2 ditaksir mulai beroperasi pada tahun 2030. Energi listrik yang dihasilkan, diproyeksi sampai 50 megawatt.
Energi tersebut akan didistribusikan lewat jaringan TVA ke data center Google di Tennessee dan Alabama. Fasilitas ini menjadi penopang aneka layanan Google, termausk cloud hosting, penyimpanan cloud hingga alat berbasis kecerdasan abuatan (artificial intelligence/AI).
Google mengeklaim bahwa reaktor nuklir ini akan berperan mendukung ekonomi digital.
"Kolaborasi dengan TVA, Kairos Power dan komunitas Oak Ridge akan mempercepat penerapan teknologi nuklir inovatif dan membantu mendukung kebutuhan ekonomi digital kita yang sedang berkembang, sekaligus menghadirkan energi bebas karbon yang kuat ke sistem kelistrikan," kata Amanda Peterson Corio dari Google.
Energi berbasis nuklir juga dinilai lebih berkelanjutan ketimbang surya maupun angin yang bergantung pada kondisi cuaca.
Setelah menetapkan lokasi PLTN, Google selanjutnya akan menjalankan program pelatihan dengan University of Tennessee dan lembaga lokal lainnya, guna menyiapkan talenta yang akan berkerja di Hermes 2 nanti, dihimpun KompasTekno dari TechRadar, Minggu (31/8/2025).
Target 500 megawatt
Seperti disebutkan di atas, Hermes 2 akan menghasilkan sekitar 50 megawatt listrik. Jumlah ini hanya sebagian kecil dari total target energi yang dihasilkan dari kejerma sama Google, Kairos Power dan TVA, yaitu sebesar 500 megawatt.
Saat mengumumkan rencana kerja sama ini pada Oktober 2024 lalu, Google sesumbar bahwa kemitraan ini akan membuat Google memakai reaktor nuklir pertama pada dekade ini, yaitu sekitar tahun 2030 dan mengaktifkan lebih banyak reaktor lagi pada tahun 2035.
Ilustrasi pembangkit listrik Google
Google berkomitmen membeli sekitar tujuh reaktor yang dibangun Kairos Power. Kerja sama itu ditargetkan mampu menambah daya sekitar 500 megawatt mulai akhir dekade ini. Jumlah tersebut diperkirakan cukup untuk memberi daya pada satu data center AI.
Adapun Kairos Power merupakan startup yang fokus mengembangkan reaktor nuklir kecil, didukung oleh Departemen Energi AS. Selain ukurannya lebih kecil, perusahaan ini juga memakai garam fluorida cair sebagai pendingin, bukan air seperti yang dipakai di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tradisional.
Kairos Power mendapat izin pembuatan reaktor nuklir jenis baru pada tahun lalu dari regulator AS. Izin itu berlaku selama 50 tahun sejak diterbitkan.
Kemudian pada Juli 2024 lalu perusahaan yang didirikan pada tahun 2016 itu memulai pembangunan reaktor nuklir di negara bagian AS, Tennessee. Fasilitas itu bisa mulai dioperasikan mulai tahun 2027, dihimpun KompasTekno dari Wall Street Journal.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!