Pengguna Grok Hati-hati, 370.000 Obrolan dengan AI Muncul di Google Search

AI Grok, Grok AI, chat Grok, Pengguna Grok Hati-hati, 370.000 Obrolan dengan AI Muncul di Google Search

Bagi Anda yang pernah "mengobrol" dengan chatbot AI Grok, harap hati-hati. Sebab, laporan terbaru mengungkap bahwa percakapan yang pernah Anda lakukan dengan AI tersebut, bisa terekspos dan dilihat oleh semua orang di internet.

Laporan terbaru dari Forbes mengungkap, Grok, asisten kecerdasan buatan milik perusahaan Elon Musk, mempublikasikan lebih dari 370.000 obrolan pengguna ke situs resmi mereka.

Obrolan yang diekspos dalam bentuk link (tautan) ini diketahui awalnya berasal dari fitur berbagi (share) di platform Grok. Saat pengguna menekan tombol ini, sistem secara otomatis membuat obrolan pengguna menjadi publik dan menampilkannya di website Grok.

Tautan ini kemudian bisa diakses oleh siapa saja tanpa ada peringatan yang jelas kepada pengguna. Tautan tersebut juga bisa ikut terindeks oleh mesin pencari seperti Google. Artinya, percakapan pengguna dengan Grok bisa terekspos. 

Tidak hanya obrolan, laporan Forbes bahkan menyebut berbagai dokumen yang diunggah pengguna, seperti foto, spreadsheet, atau file lain juga berpotensi ikut terekspos. 

Ini artinya, semua data sensitif yang awalnya bersifat pribadi, justru bisa dilihat oleh orang lain dan ditemukan lewat pencarian biasa di laman Google. 

Laporan menyebut, sebagian isi obrolan yang diekspos masih tergolong aman dan tidak berisiko. Namun, ada juga yang mengandung hal-hal sensitif bahkan pelanggaran berat, seperti instruksi membuat narkotika, bahan peledak (bom), hingga cara melakukan bunuh diri.

Dihimpun KompasTekno dari laman CNET, Selasa (26/8/2025), perusahaan xAI (yang membuat Grok) belum memberikan tanggapan resmi terkait temuan ini. 

Berawal dari fitur "Share"

AI Grok, Grok AI, chat Grok, Pengguna Grok Hati-hati, 370.000 Obrolan dengan AI Muncul di Google Search

Cara mention Grok di X.

Tereksposnya obrolan pribadi pengguna di AI Grok berawal dari fitur "Share" yang ada di platform. Fitur ini memungkinkan pengguna membagikan percakapan mereka dengan tautan (link) khusus.

Secara teknis, begitu tombol Share itu ditekan, maka obrolan pengguna secara otomatis dipublikasikan ke situs resmi Grok. Menurut laporan Forbes, tidak ada pesan atau peringatan tertentu yang menjelaskan kalau fitur Share ini bisa membuat obrolan menjadi publik.

Platform AI tersebut hanya mencantumkan pesan di menu "Ketentuan Layanan", di mana perusahaan menyatakan bahwa mereka berhak menggunakan, menyimpan, memodifikasi, dan mempublikasikan konten pengguna untuk berbagai tujuan.

Pengguna yang memakai layanan AI Grok juga dianggap sudah memberikan hak tersebut kepada perusahaan. 

Namun, bagi pengguna yang tidak sengaja mengeklik opsi buat link untuk berbagi obrolan, Grok menyediakan halaman khusus untuk menghapus tautan tersebut.

Caranya, pengguna hanya perlu membuka laman https://grok.com/share-links, dan pilih tombol Remove (hapus) yang ada di sebelah kanan setiap obrolan.

Nanti, obrolan pribadi yang tidak sengaja pengguna bagikan itu bisa langsung dihapus dari situs resmi Grok. Akan tetapi, belum jelas apakah fitur penghapusan ini juga akan bisa menghilangkan jejak yang sudah diindeks di mesin pencari. 

Risiko kebocoran data pribadi di AI 

Belakangan ini, masalah soal tereksposnya obrolan pribadi pengguna dengan beberapa chatbot AI di mesin pencari sedang marak terjadi.

Pasalnya, di awal bulan Agustus 2025, sebanyak 404 media melaporkan bahwa ada seorang peneliti yang telah menemukan lebih dari 130.000 obrolan pengguna dengan asisten AI, seperti Claude dan ChatGPT, yang bisa diakses publik melalui web Archive.org.

Temuan ini menegaskan bahwa tren risiko kebocoran data pribadi di platform AI sedang meningkat pesat. 

Pakar privasi dari Mozilla Foundation, E.M. Lewis-Jong, memberikan peringatan para pengguna AI agar lebih waspada. Ia menyarankan untuk tidak sembarangan membagikan data apapun, termasuk identitas pribadi atau informasi sensitif lain saat mengobrol dengan AI.

Hal ini dilarang sebab menurut Lewis-Jong, sistem AI tidak dirancang untuk memberi tahu penggunanya berapa banyak data yang sudah mereka kumpulkan dan dalam kondisi apa data bisa terekspos.

Dengan begitu, jika penggunanya tidak sadar, percakapan pribadi atau dokumen sensitif mereka bisa tersebar luas. 

Lewis-Jong menyebut, pengguna yang paling berisiko menjadi korban kebocoran data pribadi ini adalah anak-anak usia 13 tahun. Sebab, mereka masih belum mengerti batasan-batasan seperti apa saat menggunakan chatbot AI.

"Masalah yang mengkhawatirkan adalah sistem AI ini tidak dirancang untuk memberi tahu pengguna secara transparan berapa banyak data yang dikumpulkan atau dalam kondisi apa data mereka mungkin terekspos," ujar Lewis-Jong.

Menurut Lewis-Jong, untuk meminimalisir hal ini, perusahaan AI harus bisa tegas memberikan peringatan yang jelas soal risiko privasi penggunanya. Dengan begitu, pengguna bisa lebih berhati-hati ketika memakai platform tersebut di keseharian mereka. 

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!