Simalakama Kebijakan Trump: Turis Takut Berkunjung, AS Terancam Rugi Rp 304 Triliun

Turis yang datang ke Amerika Serikat (AS) berpotensi mengalami penurunan akibat berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Dilansir dari CNN Travel, menurut data dari firma riset Tourism Economics, kunjungan turis ke AS diperkirakan turun 5,1 persen, belanja perjalanan turun 11 persen, dan AS diprediksi rugi 18 miliar dollar AS (Rp 304 triliun) pada 2025.

Kondisi ini juga dirasakan oleh agen perjalanan, salah satunya perusahaan tur Kanada, mereka mengalami pembatalan pesanan perjalanan ke AS hingga 30 persen.

Di sisi lain, beberapa negara Eropa juga menyarankan warganya untuk menghindari kunjungan ke Amerika Serikat.

Menurut data terbaru dari YouGov, sebuah firma riset pasar dan analisis data Inggris, daya tarik AS di Eropa kini telah menurun drastis di tujuh negara Eropa utama sejak Trump menjabat untuk kedua kalinya.

"Membandingkan data kuartal terbaru kami dengan jejak pendapat terakhir sebelum terpilihnya kembali Donald Trump, sikap positif terhadap Amerika Serikat telah turun antara enam dan 28 poin persentase," berdasarkan laporan YouGov.

Pandangan positif masyarakat dunia terhadap Amerika pun juga turun. Paling rendah yaitu opini warga Denmark.

Hanya 24 persen warga Denmark yang memandang positif terhadap Amerika Serikat. Angka tersebut anjlok dari angka 48 persen pada Agustus 2024.

Di negara lainnya, hanya sekitar sepertiga responden di Swedia, Jerman, Prancis, dan Inggris yang memandang positif terhadap Amerika Serikat. 

Sementara itu, warga Italia yang memandang positif terhadap Amerika Serikat yakni sebesar 42 persen. Sedangkan warga Spanyol sebesar 43 persen.

Orang AS Takut Bepergian ke Luar Negeri

Bendera Amerika berkibar setengah tiang di atas Gedung Putih di Washington DC, Jumat, 16 April 2021.

Keengganan bepergian juga datang dari warga negara AS, baik yang sedang merencanakan perjalanan ke luar negeri ataupun yang sudah ke luar negeri.

Dampak dari masa jabatan kedua Trump yang mereka rasakan sangat kuat. Mereka harus menyesuaikan diri dengan persepsi baru masyarakat dunia tentang AS dan warganya.

Beberapa orang AS juga merasa takut dan ragu untuk bepergian ke luar negeri karena adanya reaksi keras masyarakat dunia sebagai bentuk respons terhadap kebijakan dan tindakan pemerintahan Trump saat ini.

Termasuk dalam dalam hal ini mengenai tarif yang meluas, perlakuan terhadap negara sekutu, dan ancaman untuk mencaplok Kanada dan Greenland.

Tantangan bagi Agen Perjalanan

Melihat situasi saat ini, CEO Komisi Perjalanan Eropa, Eduardo Santander mengatakan bahwa data kedatangan turis terbaru tidak menunjukkan indikasi bahwa kondisi politik akan mempengaruhi perjalanan warga Amerika Serikat ke Eropa.

Ia juga mengatakan bahwa pasar Amerika tetap menjadi landasan pariwisata Eropa. Namun demikian, para pakar pariwisata kini tengah bersiap menghadapi perubahan di masa mendatang. 

Menurut Gyawali, pendiri socialtours, sebuah operator perjalanan berbasis di Kathmandu, industri perjalanan secara keseluruhan perlu mengambil sikap lebih proaktif untuk beradaptasi dengan tantangan baru yang mempengaruhi wisatawan dan bisnis.

Sejalan, Ethical Travel Portal Norway, sebuah perusahaan tur yang bermitra dengan Gyawali juga tengah bersiap menghadapi pembatalan dari klien mereka di AS.