Warga AS Takut Bepergian Saat Trump Berkuasa, Ini Penyebabnya

Amerika Serikat, Donald Trump, Tarif Trump, tarif Trump, tarif trump, kebijakan trump, dampak kebijakan donald trump, Warga AS Takut Bepergian Saat Trump Berkuasa, Ini Penyebabnya

Warga Amerika Serikat (AS) kini merasa takut bepergian atau traveling ke luar negeri setelah Donald Trump menjabat sebagai presiden untuk kedua kalinya.

Dilansir dari CNN Travel, hal ini tidak hanya dirasakan oleh warga AS yang sedang merencanakan perjalanan ke luar negeri, tetapi juga oleh warga Amerika Serikat yang sudah ke luar negeri.

Dampak dari masa jabatan kedua Trump yang mereka rasakan sangat kuat. Mereka harus menyesuaikan diri dengan persepsi baru masyarakat dunia tentang AS dan warganya.

Mereka takut bepergian ke luar negeri karena adanya reaksi keras masyarakat dunia sebagai bentuk respons terhadap kebijakan dan tindakan pemerintahan Trump saat ini.

Termasuk dalam dalam hal ini mengenai tarif impor yang tinggi, perlakuan terhadap negara sekutu, dan ancaman untuk mencaplok Kanada dan Greenland.

Sebagai informasi, Pemerintah AS resmi menerapkan tarif impor dan bea masuk terhadap barang impor dari seluruh dunia yang dikenal dengan "Tarif Trump".

Penerapan tarif Trump disampaikan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada Rabu (2/4/2025) dalam suasana yang disebut "Hari Pembebasan" atau "Liberation Day". 

Amerika Serikat, Donald Trump, Tarif Trump, tarif Trump, tarif trump, kebijakan trump, dampak kebijakan donald trump, Warga AS Takut Bepergian Saat Trump Berkuasa, Ini Penyebabnya

Suasana Times Square di New York, Amerika Serikat. Kunjungan turis ke AS terancam jeblok akibat kabijakan Trump.

Trump mengklaim, pungutan ini akan meningkatkan produksi dalam negeri dan menyamakan kedudukan dengan negara-negara lain yang mengenakan tarif lebih tinggi terhadap impor AS.

Penerapan tarif Trump berpeluang meningkatkan potensi resesi ekonomi mencapai 50 persen di negara-negara yang terdampak. 

Tak hanya itu, tarif tersebut bisa menaikkan harga produk impor ke AS dari luar negeri. Dari sisi produsen, tarif Trump meningkatkan biaya produksi, karena membuat manufaktur produk impor terpaksa pindah ke AS. 

 Padahal, biaya tenaga kerja, regulasi, dan pembangunan di AS lebih tinggi. Biaya pabrik manufaktur di AS juga lebih mahal karena tarif Trump meningkatkan biaya bahan bangunan, suku cadang, dan peralatan impor yang dibutuhkan pabrik tersebut. 

Jika pabrik pindah ke AS, jumlah pekerja dapat dibatasi untuk menekan biaya. Akibatnya, pekerja memperoleh pendapatan rendah dan tingkat pengangguran meningkat.

Ilustrasi Patung Liberty atau Liberty Statue di New York, Amerika Serikat.

Penilaian positif terhadap AS menurun

Menurut data terbaru dari YouGov, sebuah firma riset pasar dan analisis data Inggris, daya tarik AS di Eropa kini telah menurun drastis di tujuh negara Eropa utama sejak Trump menjabat untuk kedua kalinya.

"Membandingkan data triwulan terbaru kami dengan jejak pendapat terakhir sebelum terpilihnya kembali Donald Trump, sikap positif terhadap Amerika Serikat telah turun antara enam dan 28 poin persentase," berdasarkan laporan YouGov.

Pandangan positif masyarakat dunia terhadap Amerika pun juga turun. Paling rendah yaitu opini warga Denmark.

Hanya 24 persen warga Denmark yang memandang positif terhadap Amerika Serikat. Angka tersebut anjlok dari 48 persen pada Agustus 2024.

Di negara lainnya, hanya sekitar sepertiga responden di Swedia, Jerman, Perancis, dan Inggris yang memandang positif terhadap Amerika Serikat. 

Sementara itu, persentase warga Italia yang memandang positif terhadap Amerika Serikat yakni 42 persen. Sedangkan warga Spanyol sebesar 43 persen.