Ada Libur Panjang 4 Hari, Hotel di Jakarta Tetap Sepi Tamu

Industri perhotelan di Jakarta belum menunjukkan kondisi positif sejak berlakunya efisiensi anggaran oleh Presiden Prabowo.
Berbeda dengan hotel-hotel di daerah wisata, hotel di Jakarta justru tidak menunjukkan adanya peningkatan jumlah tamu selama libur panjang (long weekend).
"Justru selama libur panjang ini, orang-orang keluar Jakarta semua. Di sini malah enggak ada (tamu)," ungkap Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jakarta Sutrisno Iwantono saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (31/5/2025).
Long weekend terhitung mulai libur Kenaikan Yesus Kristus pada Kamis (29/5/2025), yang diikuti dengan cuti bersama Kenaikan Yesus Kristus satu hari setelahnya.
Sebagian masyarakat Indonesia yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) maupun karyawan swasta, mendapatkan jatah libur akhir pekan pada Sabtu (31/5/2025) hingga Minggu (1/6/2025) yang juga diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila.
Padahal, libur panjang biasanya menjadi berkah bagi pihak hotel dekat tempat wisata karena berpotensi mendongkrak efisiensi. Seperti yang terjadi di Yogyakarta.
Menurut Ketua PHRI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Deddy Pranowo Eryono, tingkat reservasi hotel di DIY selama libur panjang akhir pekan ini mencapai 50-60 persen.
"Liburan ini periode 28 Mei sampai 31 Mei, reservasi okupansi 50 persen sampai dengan 60 persen se-DIY," kata Deddy, seperti dikutip , Sabtu (31/5/2025).
Angka ini menunjukkan adanya peningkatan okupansi hotel di DIY sekitar 20 persen dibandingkan hari-hari biasa, khususnya di Yogyakarta dan Sleman.
Okupansi hotel di Jakarta rendah
Lebih lanjut, Sutrisno mengatakan, sulit bagi hotel di Jakarta mendapatkan angka okupansi tinggi. Sampai saat ini, persentase keterisian kamar hotel di Jakarta rata-rata hanya mencapai 47-50 persen.
Ilustrasi Monas.
Kondisi ini paling berdampak bagi hotel di Jakarta yang menargetkan tamu pemerintahan yang kerap mengadakan pertemuan di hotel.
Belum lagi, data Badan Pusat Statistik (BPS) selama 2019-2023 yang menunjukkan rata-rata persentase kunjungan wisman sebanyak 1,98 persen per tahun dibandingkan dengan wisatawan domestik.
"Ketidakseimbangan struktur pasar menunjukkan perlunya pembenahan strategi promosi dan kebijakan pariwisata yang lebih efektif untuk menjangkau pasar internasional," kata Sutrisno, dikutip dari Antara, Sabtu (31/5/2025).