Top 55+ Tahun Lalu, Soekarno Wafat di Jakarta dan Dimakamkan di Blitar

Soekarno, Bung Karno, soekarno meninggal, Bung Karno Bapak Bangsa, soekarno wafat, soekarno meninggal dunia, kapan soekarno meninggal, kapan soekarno meninggal dunia, kapan soekarno wafat, kapan meninggalnya soekarno, 55 Tahun Lalu, Soekarno Wafat di Jakarta dan Dimakamkan di Blitar

Presiden pertama Republik Indonesia, Dr. Ir. Soekarno, wafat dalam usia 69 tahun pada Minggu, 21 Juni 1970, pukul 07.00 WIB di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.

Bung Karno wafat dalam keadaan tenang, setelah tidak sadarkan diri sejak pukul 03.50 dini hari.

Pada saat menghembuskan napas terakhir, Presiden Soekarno didampingi oleh putra-putrinya: Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh, serta dua menantunya, Ommi Marzuki dan Deddy Soeharto.

Seluruh tim dokter yang merawat beliau juga hadir, namun Bung Karno tidak sempat menyampaikan pesan terakhir.

Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto segera datang ke RSPAD setelah menerima kabar duka. Jenazah Bung Karno kemudian dimandikan dan dibawa ke Wisma Yasa, tempat ia menghabiskan hari-hari terakhirnya, untuk disemayamkan sebelum dimakamkan secara kenegaraan di Blitar, kampung halamannya.

Sebelum meninggal dunia, Bung Karno sempat bertemu dengan putri bungsunya, Kartika Sari, yang sangat dirindukannya. Kartika dan ibunya, Ratna Sari Dewi Soekarno, tiba di Jakarta pada Sabtu malam pukul 20.15 WIB dengan penerbangan Japan Airlines dari Bangkok.

Mereka langsung menuju RSPAD dan bertemu Bung Karno selama satu setengah jam, dari pukul 20.15 hingga 20.45.

Pada saat Bung Karno dinyatakan wafat, Ibu Hartini Soekarno dan Dewi Soekarno segera datang ke rumah sakit, diikuti oleh para pelayat lainnya. Terlihat hadir antara lain Nyonya Wardojo, keluarga besar Bung Karno, Prof. Soenarjo SH (mantan Menteri Luar Negeri), Hari SH, serta Nyonya Lumidjah Hardi.

Perjalanan Penyakit Bung Karno

Presiden Soekarno menderita penyakit ginjal dan pendarahan, dan telah menjalani perawatan intensif di RSPAD sejak 16 Juni 1970.

Dalam komunike medis yang ditandatangani oleh Dr. Roebino Ker Mardjon selaku Ketua Tim Dokter dan Mayjen Dr. Roebino Kertopati sebagai wakil ketua, kondisi kesehatan Bung Karno dikabarkan memburuk sejak Sabtu malam pukul 22.30 WIB.

Meski pada Jumat sebelumnya kondisi beliau sempat membaik, tim medis menekankan bahwa penyakit Bung Karno bersifat kronis dan fluktuatif, sehingga perubahan dapat terjadi sewaktu-waktu.

Dalam rapat bersama anggota kabinet, pimpinan MPRS, DPR-GR, dan partai-partai politik, Presiden Soeharto menetapkan bahwa pemakaman Bung Karno akan dilakukan secara kenegaraan sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasanya sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia.

Presiden Soeharto dijadwalkan bertindak sebagai inspektur upacara dalam pemberangkatan jenazah dari Wisma Yasa ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma pada Senin pagi.

Dari sana, jenazah akan diterbangkan menuju Blitar.

Upacara pemakaman kenegaraan akan digelar di Blitar dengan Jenderal TNI Maraden Panggabean, yang menjabat sebagai Wakil Panglima ABRI dan Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, sebagai inspektur upacara.

Lautan Pelayat dan Insiden Emosional

Sejak pagi, ribuan warga berkumpul di luar RSPAD untuk memberikan penghormatan terakhir.

Namun area rumah sakit dijaga ketat dan hanya keluarga serta pejabat tertentu yang diizinkan masuk. Wajah Bung Karno yang tenang dalam peti jenazah membuat banyak orang terharu.

"Alangkah manisnya wajah Bung Karno itu," ucap seorang pelajar dengan nada emosional saat melihat dari dekat.

Sekitar pukul 11.30 WIB, jenazah Presiden Soekarno dibawa dalam kereta jenazah milik Kodam V menuju Wisma Yasa.

Iring-iringan melewati Jalan Dr. Abdul Rachman, Pejambon, Merdeka Timur, Merdeka Selatan, Thamrin, Jenderal Sudirman, hingga Gatot Subroto.

Kartika dan Dewi berada dalam satu mobil bersama Rachmawati dan Sukmawati. Ibu Hartini Soekarno menumpang mobil Fiat berwarna merah bersama keluarganya.

Air Mata dan Ketegangan

Di Wisma Yasa, jenazah Bung Karno disemayamkan di atas media khusus, dikelilingi keluarga dan pelayat. Namun suasana haru sempat terusik oleh insiden emosional antara Dewi Soekarno dan Harjati, salah satu mantan istri Bung Karno.

Saat Harjati berusaha menjabat tangan Dewi, Dewi menolaknya dan berkata keras dalam bahasa Inggris,

"I heard you speak bad about Bapak. Why did you speak about him? You should not be here."

Insiden kedua terjadi ketika beberapa wartawan mengambil foto jenazah dari jarak terlalu dekat. Dewi kembali bereaksi:

"Camera-man jangan terlalu dekat. Jangan kurang ajar. Hormati Bapak!"

Satu hal yang mencuri perhatian di antara suasana duka adalah kehadiran seekor anjing kecil berbulu putih bernama Sitti, yang diketahui sebagai hewan peliharaan kesayangan Bung Karno. Sitti terlihat terus mondar-mandir di sekitar peti jenazah.

Ibu Fatmawati Soekarno, istri kedua Bung Karno, tidak tampak baik di rumah sakit maupun di Wisma Yasa.

Ia dikabarkan jatuh sakit setelah menerima kabar wafatnya Bung Karno. Banyak pejabat dan pelayat menyempatkan diri mengunjungi beliau di Jalan Sriwijaya untuk menyampaikan belasungkawa secara langsung.