Budidaya Anggur Rumahan Ubah Wajah Kampung di Jakarta Timur Jadi Hijau dan Produktif

Minat masyarakat untuk membudidayakan anggur di pekarangan rumah terus meningkat, bukan hanya karena tampilannya yang estetis, tetapi juga karena nilai ekonomis dari buah yang dihasilkan.
Tanaman merambat ini mampu memperindah halaman rumah sekaligus menyediakan buah segar untuk dikonsumsi sendiri atau dijual.
Namun, meski potensial, budidaya anggur di lingkungan rumah tetap memerlukan perhatian khusus dan tidak lepas dari tantangan teknis.
Kampung Anggur yang berlokasi di RT.009/RW.04 Kelurahan Munjul, Jakarta Timur, menjadi salah satu contoh sukses dari penerapan urban farming, khususnya dalam budidaya anggur.
Pekarangan rumah warga kini disulap menjadi kebun anggur mini, dengan sulur-sulur tanaman merambat menghiasi teralis rumah dan menciptakan suasana hijau yang sejuk di tengah permukiman padat penduduk.
Inisiatif menanam anggur ini mulai tumbuh subur sejak masa pandemi COVID-19, ketika warga mengisi waktu di rumah dengan kegiatan produktif.
Perlahan tapi pasti, tanaman anggur tidak hanya menjadi hobi, melainkan juga identitas kampung. Dukungan pun datang dari berbagai pihak, termasuk London School of Public Relations (LSPR), yang turut mendorong pengembangan kampung ini melalui program komunitas.
Lewat kampanye bertajuk 'Si Manis Munjul', mahasiswa LSPR Batch 26 Kelas Excellence bekerja sama dengan warga setempat menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif dan promosi di Waduk Ambalat, Jakarta Timur.
Kampanye ini bertujuan memperkuat citra Kampung Anggur sebagai sentra budidaya anggur rumahan yang inovatif dan berkelanjutan.
Menurut Lukman Widodo, Ketua RT.009/RW.04, keterlibatan warga dalam budidaya anggur telah membawa perubahan besar bagi kampungnya.
Lahan sempit yang sebelumnya tak termanfaatkan kini ditanami anggur, menjadikan kawasan tersebut lebih hijau dan dikenal luas karena keunikannya.
Ia juga menyatakan bahwa hasil kerja sama dengan LSPR telah membuka wawasan warga tentang pentingnya memiliki identitas kampung yang kuat melalui pertanian lokal.
“Kami ingin anggur benar-benar menjadi ikon Kampung Munjul,” tegas Lukman.
Budidaya anggur di pekarangan rumah, seperti yang diterapkan di Kampung Munjul, menunjukkan bahwa keterbatasan ruang bukanlah halangan untuk bertani.
Dengan inovasi, kerja sama, dan semangat komunitas, tanaman anggur bisa menjadi simbol perubahan dan harapan baru di tengah kota. (Far)