Dinkes Temukan 39 Kasus Leptospirosis, Warga Jakarta Diimbau Jangan Main Air Banjir

Dinkes Temukan 39 Kasus Leptospirosis, Warga Jakarta Diimbau Jangan Main Air Banjir

Penyakit akibat kencing tikus atau leptospirosis menjadi momok yang kerap mengintai korban banjir di Jakarta.

Dinas Kesehatan Jakarta menyampaikan penyakit leptospirosis di Indonesia bersifat endemis. Hingga minggu ke-29 tahun 2025 ini, Dinkes mencatat 39 kasus leptospirosis di Jakarta.

Kasus tertinggi Leptospirosis di Jakarta tercatat terjadi Februari lalu sebanyak 11 kasus, sementara pada Juli ini tercatat 1 kasus leptospirosis dari wilayah Cilincing, Jakarta Utara.

Untuk itu, warga terdampak banjir Jakarta diimbau mewaspadai penyakit yang ditularkan melalui paparan air atau tanah yang terkontaminasi bakteri Leptospira Interrogans dari air kencing tikus itu. Caranya, warga diimbau jangan bermain air banjir.

"Leptospirosis ini sering terjadi di daerah dengan sanitasi buruk dan banjir," ujar Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ovi Norfiana, dilansir Antara, di Jakarta, Selasa (8/7).

Seseorang dengan luka kemudian bermain atau terendam air banjir yang tercampur dengan kotoran atau kencing tikus mengandung bakteri leptospira dapat sangat berpotensi terinfeksi.

Gejala klinis leptospirosis antara lain demam di atas 38 derajat Celcius, sakit kepala, badan lemah, nyeri betis hingga kesulitan berjalan, kemerahan pada selaput putih mata, kekuningan pada mata dan kulit.

Bermain di air banjir yang kotor dan bercampur dengan kotoran manusia, hewan, sampah serta lumpur jug dapat memicu masalah kulit seperti gatal-gatal dan infeksi kulit lainnya. (*)