Beda Satu Peringkat dari Tokyo, Jakarta Masuk Kota Termahal di Dunia
Harga hidup di kota-kota besar dunia makin sulit dijangkau, tak terkecuali Jakarta.
Dalam laporan terbaru Global Wealth and Lifestyle Report 2025 yang dirilis bank asal Swiss, Julius Baer, Jakarta kembali masuk daftar 25 kota termahal di dunia.
Meski posisinya turun empat peringkat dari tahun sebelumnya, ibu kota Indonesia ini tetap menempati urutan ke-18, mengalahkan kota-kota besar lain seperti Frankfurt, Mumbai, dan Tokyo.
Laporan ini memuat perbandingan harga barang dan jasa gaya hidup mewah di berbagai kota dunia.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut daftar kota termahal di dunia 2025, posisi Jakarta, sektor dengan lonjakan harga tertinggi, dan faktor yang menyebabkan biaya hidup di Jakarta terus naik dari tahun ke tahun.
Ilustrasi JPO Phinisi di Jakarta Pusat pada malam hari.
Jakarta Tempati Posisi ke-18 dalam Laporan Julius Baer 2025
Jakarta berada di posisi ke-18 dari total 25 kota yang masuk dalam laporan Global Wealth and Lifestyle Report 2025.
Laporan ini dirilis pada 14 Juli 2025 oleh Julius Baer, lembaga keuangan asal Swiss yang rutin meneliti tren gaya hidup kalangan berpenghasilan tinggi.
Pada 2024, Jakarta sempat menempati posisi ke-14. Namun tahun ini posisinya turun meski secara mengejutkan harga barang dan jasa justru naik 9 persen.
Penurunan peringkat tidak berarti biaya hidup turun, justru menunjukkan kota lain mengalami lonjakan lebih tinggi.
Ilustrasi Jakarta.
Pakaian Pria Jadi Barang Termahal di Jakarta
Dari 20 barang gaya hidup mewah yang disurvei Julius Baer, harga pakaian pria di Jakarta menempati posisi paling mahal di dunia.
Fakta ini membuat banyak pihak tercengang, karena mengalahkan kota-kota mode seperti Milan dan Paris.
Tingginya harga ini mengindikasikan adanya lonjakan permintaan atas produk premium di segmen fesyen pria, atau bisa juga karena biaya impor dan pajak yang cukup tinggi untuk produk luar negeri.
Sektor Properti dan Gaya Hidup Lainnya
Meskipun pakaian pria menjadi yang termahal, sektor properti residensial di Jakarta justru berada di posisi ke-24 dari 25 kota yang disurvei. Posisi ini masih di atas Johannesburg, Afrika Selatan.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun biaya hidup tinggi, harga properti di Jakarta masih relatif lebih rendah dibanding kota besar lain seperti Singapura, New York, atau Zurich yang juga masuk daftar kota termahal.
Selain properti, barang-barang lain yang turut mendorong naiknya biaya hidup adalah layanan spa, perhiasan, hingga wine premium. Semuanya masuk dalam indikator gaya hidup mewah yang dianalisis Julius Baer.
