Pasar Taman Puring Sebelum Terbakar, Sentra Barang Branded Murah di Jakarta Selatan

Sentra barang branded murah di Jakarta Selatan, Pasar Taman Puring, hangus dilalap api pada Senin (28/7/2025) sore.
Hiruk pikuk pembeli dan pedagang yang sibuk bertransaksi seketika berubah menjadi keributan kala api tiba-tiba merayap dan melahap dagangan mereka.
Sepatu, baju, celana, hingga jam tangan branded yang dapat ditawar dengan harga miring itu ludes. Api berhasil menghanguskan tumpukan harapan para pedagang di Kebayoran Baru senja itu.
Insiden kebakaran di Pasar Taman Puring kali ini bukan yang kali pertama. Diketahui, sentra barang branded murah di Jakarta Selatan ini pernah terbakar pada tahun 2002 dan 2005.
Menambahkan dari Tribunnews, kawasan Taman Puring di Kebayoran Baru dikenal sebagai pangkalan oplet dan tempat pedagang pikulan mangkal. Ini menjadi cikal bakal pasar informal di area taman seluas sekitar 5.400 meter persegi.
Kemudian, pada 1983, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalokasikan sekitar 2.000 meter persegi di kawasan ini untuk menampung pedagang barang bekas sebagai upaya penataan kegiatan ekonomi informal.
Saat terjadi krisis moneter pada 1997-1998, banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga banyak orang mengambil kesempatan untuk berdagang di Taman Puring.
Namun, izin berjualan hanya diberikan pada Sabtu–Minggu sehingga pasar ini dikenal sebagai "Pasar Tunggu".
Pasar ini terkenal sebagai pasar yang menjual barang hasil tadahan. Para pencuri terbiasa langsung bertransaksi di sana setelah menjarah.
Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan
Singkatnya, suasana Taman Puring menjadi seram dan kumuh sampai akhirnya pada 1999, para pedagang dipindahkan ke Kebayoran Lama.
Akhirnya, pasar ini kembali dibangun sehingga kondisinya lebih modern dengan bangunan dua lantainya.
Kini Pasar Taman Puring difungsikan sebagai sentra barang murah, termasuk sepatu, baju, hingga tas yang disebut memiliki kualitas satu tingkat di bawah orisinal.
Sentra barang branded murah di Jakarta Selatan
Sebelum terbakar, Pasar Taman Puring merupakan sentra barang branded murah di Jakarta Selatan
Dalam kunjungan Kompas.com pada Sabtu (29/7/2023), di sana pengunjung bisa menemukan sejumlah barang seperti tas, sneakers, sepatu kulit, barang elektronik, jam tangan, kaset, hingga pemutar piringan hitam.
Pasar ini berada di Jalan Kyai Maja, Kelurahan Kramat Pela, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Diperkirakan sudah eksis menjajakan barang merek dengan harga miring sejak tahun 1960-an.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com , pengunjung yang datang didominasi oleh ibu dan anaknya serta laki-laki dewasa, ditambah segelintir remaja.
“Memang biasanya habis zuhur baru banyak yang datang, kalau pagi sedikit,” tutur salah seorang karyawan di lapak kaos dan jaket di Pasar Taman Puring, Faruq kepada Kompas.com, Sabtu (29/7/2023).
Lapak tempat Faruq berjualan juga menjual jersey sepak bola, seperti jersey tim nasional (timnas) Jepang dan timnas Jerman yang masing-masing dibanderol mulai Rp 220.000.
Jika sedang musim Piala Dunia, katanya, harga jersey tersebut bisa melambung hingga lebih dari tiga kali lipat ATAU mencapai Rp 800.000.
Sementara itu, pedagang pakaian lain di Pasar Taman Puring menjual celana pendek dan celana panjang olahraga dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 120.000 hingga Rp 180.000.
Ada pula jaket dan jersey sepak bola, dilego dari kisaran harga Rp 190.000 hingga Rp 250.000, tergantung kualitas.
Pembeli mulai sepi
Popularitas Pasar Taman Puring mencapai puncaknya pada tahun 1990-an hingga 2000-an awal. Terhitung sekitar 30 tahun sejak berdiri pada 1960-an.
Lapak Buyung di Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan
Selama periode tersebut, Pasar Taman Puring nyaris tak pernah sepi. Kondisi ini tampak berbeda dengan suasana Pasar Taman Puring beberapa tahun belakangan.
Sejak gempuran promo e-commerce melanda Indonesia, gaya berbelanja konsumen tidak lagi sama. Tak banyak pelanggan yang memenuhi Pasar Taman Puring.
alih mengincar barang branded dengan harga murah, konsumen masa kini justru memilih opsi belanja praktis lewat toko daring.
Sejumlah pedagang mengaku sudah merasakan sepinya pembeli sejak 2020, saat Covid-19 melanda Indonesia.
Sudah tiga tahun berlalu, bahkan kini terhitung lima tahun, tidak banyak perubahan yang terjadi dengan eksistensi Pasar Taman Puring.
Sebagian besar pedagang bahkan memilih datang lebih siang dan pulang lebih awal, sebelum pasar ditutup. Padahal, pasar sudah dibuka pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB.