Beda Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Orangtua Harus Tahu

Setiap orangtua pasti akan memantau tumbuh kembang anak untuk memastikan kesehatan si kecil.
Kendati demikian, ternyata “tumbuh kembang” alias pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda, yang mana masing-masing harus berprogres secara optimal.
“Kalau pertumbuhan, kita ngomongin jumlah kuantitatif. Kalau perkembangan, dia aspek kualitatif yang tidak bisa dinilai dengan fisik anak,” tutur dokter spesialis anak yang berpraktik di Eka Hospital Cibubur, dr. Melia Yunita, MSc, Sp.A, di Press Launch Susu Formula Cair Bebelac di Urban Forest Cipete, Jakarta, Kamis (19/6/2025).
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan anak
Pertumbuhan anak
Pertumbuhan mengacu pada berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala anak.
Perkembangan anak
Sementara itu, perkembangan mengacu pada bertambahnya kemampuan anak pada berbagai aspek, seperti motorik kasar dan halus, serta perkembangan personal sosial dan emosional.
“Motorik kasar gampangnya anak lahir cuma bisa telentang, kemudian mulai bisa tummy time (tengkurap), duduk berjalan, dan berlari,” jelas Lia.
Untuk motorik halus, anak bisa melibatkan otot kecil dalam kesehariannya, misalnya untuk memegang pulpen.
Ini berkaitan dengan kemampuan anak untuk menulis dengan rapi, dan mewarnai tidak melewati garis yang telah ditentukan.
“Lalu bicara bahasa. Ngobrol, papapa atau babbling pada usia sembilan bulan, kemudian memanggil ‘ayah’ pada usia setahun,” kata Lia.
Cara mengoptimalkan tumbuh kembang anak
Lia mengungkapkan, ada tiga kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak, yaitu Asah, Asih, dan Asuh.
Asah adalah bentuk pemberian stimulasi. Orangtua mengasah kemampuan anak, alias memberi stimulasi, dengan mengajak mereka bermain dan mengobrol.
“Asih itu bagaimana kita membangun bonding, ikatan emosional. Ada rasa kepercayaan dari si kecil terhadap kita. ‘Duniaku akan aman asal ada ayah dan ibu di sebelahku’ itu adalah bagian dari Asih,” tutur dia.
Yang ketiga, Asuh, berkaitan dengan cara orangtua mengasuh anak dari segi kesehatan, yakni memberikan asupan nutrisi yang cukup dan rutin imunisasi.
Pastikan saluran pencernaan anak sehat
Menurut Lia, hal yang tidak boleh luput dari orangtua agar Asah, Asih, dan Asuh, berjalan dengan baik adalah memastikan saluran pencernaan anak dalam keadaan sehat.
Pasalnya, saluran penceraan yang baik tidak hanya berkaitan dengan penyerapan nutrisi, tetapi juga perasaan anak. Sebab, saluran pencernaan juga memproduksi hormon yang berkaitan dengan perasaan.
“Saluran cerna itu tempat memproduksi hormon yang kita sebutnya hormon bahagia. Hormon happy, hormon serotonin dan dopamin, di situ diproduksinya,” ungkap dia.
Serotonin adalah bahan kimia yang membawa sinyal antara sel-sel saraf di seluruh tubuh, juga disebut dengan neurotransmiter.
Serotonin juga berperan dalam usus. Ia diperlukan untuk meningkatkan pencernaan yang sehat.
Sementara itu, dopamin adalah hormon yang bisa mendorong seseorang untuk merasakan kebahagiaan.
Homon ini memengaruhi cara berpikir, membuat rencana, kemampuan fokus, dan menemukan hal-hal menarik.
“Jadi, bayangin kalau saluran cernanya enggak sehat. Pasti hormon happy-nya enggak dapat. Anak akan cranky, emosinya jadi tidak bagus. Kemudian, nutrisi tidak terserap dengan baik,” tutur Lia.
Saluran cerna yang sehat mampu menyerap nutrisi dengan optimal. Ketika nutrisi tidak terserap dengan baik oleh usus, perkembangan kognitif anak bakal terdampak.
Pada anak, perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh nutrisi, seperti DHA (docosahexanoic acid), makronutrien, dan mikronutrien.
“Sebanyak apa pun nutrisi yang dikasih enggak akan berguna kalau saluran cerna tidak sehat. Jadi, jaga kesehatan saluran cerna, termasuk hindari konsumsi gula yang berlebihan,” tegas Lia.