Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Ini Komentar Toyota dan Honda

Honda, Toyota, nilai tukar rupiah, harga jual, Rupiah anjlok, Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Ini Komentar Toyota dan Honda


JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terus melemah hingga mendekati level terendah sejak krisis moneter 1998.

Pada perdagangan Selasa (25/3/2025), rupiah ditutup di level Rp 16.622 per dollar AS. Angka ini hampir menyentuh level terendah dalam sejarah, yaitu Rp 16.900 per dollar AS pada 17 Juni 1998.

Turunnya nilai tukar rupiah tentu bisa berdampak pada berbagai industri, tak terkecuali untuk industri otomotif. Salah satunya dampaknya adalah harga jual kendaraan yang bisa saja naik sejalan dengan meningkatnya biaya impor komponen kendaraan.

Terkait kondisi ini, Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Jap Ernando Demily, mengatakan, pihaknya saat ini sudah berdiskusi terkait strategi terbaik untuk menghadapi berbagai dinamika yang terjadi pada awal 2025.

“Perubahan nilai tukar rupiah memang memiliki dampak di berbagai aspek dalam industri otomotif. Belakangan kami sudah berkoordinasi dengan manufacturing, regional office dan value chain untuk mendiskusikan strategi terbaik menghadapi berbagai dinamika yang terjadi awal tahun ini,” ucap Ernando, kepada Kompas.com, Kamis (27/3/2025).

Honda, Toyota, nilai tukar rupiah, harga jual, Rupiah anjlok, Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Ini Komentar Toyota dan Honda

Honda Prospect Motor (HPM) ikut memeriahkan Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024. Salah satu model yang jadi unggulan Honda di booth ialah Honda Accord RS e:HEV.

“Namun, untuk sekarang dampaknya memang belum bisa terlihat ya. Tapi tidak menutup kemungkinan market bisa kembali mengalami koreksi jika kondisi saat ini berkepanjangan,” lanjutnya.

Ernando melanjutkan, hingga saat ini pihaknya belum menaikan harga jual kendaraan. Penyesuaian harga baru terjadi berkat kenaikan PPN serta insentif hybrid produksi lokal.

Sementara itu, Yusak Billy, Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor (HPM) mengatakan, nilai tukar rupiah yang melemah menjadi bisa berdampak pada biaya produksi dan impor komponen.

Kendati demikian, pihaknya belum melakukan penyesuaian harga dan terus memantau kondisi fluktuatif ini secara berkala.

“Saat ini kami belum melakukan penyesuaian harga dan tetap fokus menjaga daya saing produk di tengah kondisi ekonomi yang menantang,” ucap Billy.

“Kami juga terus memantau perkembangan secara berkala dan akan menyesuaikan strategi bila diperlukan, sambil tetap mengedepankan kenyamanan dan kepuasan konsumen,” lanjutnya.