Top 10+ Hal yang Normal di Prancis tapi Aneh di Indonesia, Cium Pipi Umum Banget!

Ilustrasi foto di Menara Eiffel, 1. Cium Pipi sebagai Salam Sehari-hari, 2. Makan Malam Larut Malam, 3. Keju Mentah dan Makanan Fermentasi, 4. Libur Panjang di Musim Panas, 5. Berbicara dengan Nada Formal, 6. Anggur di Siang Hari, 7. Tokoh Animasi dan Komik yang Sangat Populer, 8. Baguette di Mana-mana, 9. Debat sebagai Hiburan Sosial, 10. Tokoh Pelayan yang Tegas
Ilustrasi foto di Menara Eiffel

Prancis, negeri romansa dengan menara Eiffel dan croissant yang menggoda, memiliki budaya yang kaya dan berbeda jauh dari Indonesia. Bagi wisatawan Indonesia yang pertama kali menginjakkan kaki di Prancis, banyak kebiasaan lokal yang mungkin terasa asing, bahkan mengejutkan. 

Dari sapaan hangat dengan cium pipi hingga kebiasaan makan malam larut malam, berikut adalah 10 hal yang dianggap normal di Prancis, tetapi bisa terasa aneh di Indonesia. Berikut ini adalah budaya Prancis yang unik dan memahami mengapa kebiasaan ini begitu istimewa.

1. Cium Pipi sebagai Salam Sehari-hari

Di Prancis, menyapa seseorang dengan la bise—ciuman ringan di kedua pipi—adalah hal biasa, bahkan di antara orang yang baru bertemu. Jumlah ciuman bervariasi, dari dua di Paris hingga empat di beberapa daerah seperti Provence. 

Tradisi ini mencerminkan kehangatan sosial dan kedekatan, meski tidak selalu menunjukkan hubungan dekat. Di Indonesia, sapaan fisik seperti ini jarang dilakukan, terutama dengan orang asing, karena budaya kita lebih mengutamakan jabat tangan atau senyuman sopan. Bagi orang Indonesia, la bise mungkin terasa terlalu intim atau canggung.

2. Makan Malam Larut Malam

Orang Prancis biasanya makan malam antara pukul 20.00 hingga 22.00, jauh lebih malam dibandingkan kebiasaan di Indonesia yang umumnya sekitar pukul 18.00–19.00. Restoran di Prancis bahkan baru ramai setelah pukul 21.00. 

Kebiasaan ini terkait dengan gaya hidup santai dan panjangnya waktu kerja di beberapa profesi. Makan malam di Prancis juga sering menjadi acara sosial yang panjang, dengan beberapa hidangan disajikan secara bertahap. Bagi orang Indonesia, makan malam larut mungkin terasa tidak praktis atau mengganggu rutinitas.

3. Keju Mentah dan Makanan Fermentasi

Keju seperti Camembert, Roquefort, atau Brie yang terbuat dari susu mentah (fromage au lait cru) adalah kebanggaan kuliner Prancis. Namun, di Indonesia, keju mentah jarang ditemui, dan banyak orang lebih familiar dengan keju olahan.

Tekstur lembut dan aroma kuat keju Prancis bisa terasa asing, bahkan aneh, bagi lidah Indonesia yang lebih terbiasa dengan rasa gurih atau manis. 

Selain itu, keju sering disajikan sebagai hidangan penutup, bukan camilan, yang juga kontras dengan kebiasaan Indonesia.

4. Libur Panjang di Musim Panas

Setiap Agustus, banyak bisnis di Prancis, terutama di Paris, tutup karena penduduk lokal mengambil libur musim panas (les vacances). Mereka pergi ke pedesaan atau pantai selama berminggu-minggu.

Di Indonesia, libur panjang biasanya terkait dengan hari raya seperti Idulfitri atau Natal, bukan musim tertentu. Fenomena kota yang “sepi” karena libur musiman ini bisa membingungkan wisatawan Indonesia yang berkunjung di waktu tersebut.

5. Berbicara dengan Nada Formal

Di Prancis, penggunaan kata vous (Anda) dalam bahasa Prancis menunjukkan kesopanan, terutama saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau tidak dikenal. Bahkan dalam situasi santai, orang Prancis tetap menjaga formalitas verbal hingga hubungan menjadi akrab. 

Di Indonesia, bahasa yang lebih santai dan akrab sering digunakan, terutama di kalangan teman sebaya. Formalitas ini bisa terasa kaku bagi orang Indonesia yang terbiasa dengan sapaan ramah dan langsung.

6. Anggur di Siang Hari

Minum segelas anggur saat makan siang, bahkan di hari kerja, adalah hal biasa di Prancis. Anggur dianggap bagian dari pengalaman kuliner, bukan sekadar minuman beralkohol. Di Indonesia, konsumsi alkohol di siang hari, apalagi di tempat umum, sering dianggap tidak biasa atau bahkan tabu karena alasan budaya dan agama. Wisatawan Indonesia mungkin terkejut melihat betapa santainya orang Prancis menikmati anggur di kafe tengah hari.

7. Tokoh Animasi dan Komik yang Sangat Populer

Komik seperti Astérix dan Tintin adalah bagian integral dari budaya Prancis, dicintai oleh anak-anak hingga orang dewasa. Tokoh-tokoh ini bahkan muncul dalam perangko dan patung. 

Di Indonesia, komik lokal atau manga Jepang lebih mendominasi, dan komik Eropa kurang dikenal. Bagi wisatawan Indonesia, antusiasme terhadap komik Prancis ini mungkin terasa asing, apalagi jika mereka tidak familiar dengan ceritanya.

8. Baguette di Mana-mana

Baguette, roti panjang khas Prancis, adalah simbol kuliner yang tak terpisahkan. Orang Prancis sering membawa baguette pulang dalam kantong kertas, bahkan tanpa bungkus plastik. 

Di Indonesia, roti lebih sering dikemas rapi dan jarang dibawa secara terbuka. Melihat seseorang berjalan dengan baguette di tangan bisa terasa unik, apalagi jika roti itu dimakan langsung tanpa tambahan apa pun.

9. Debat sebagai Hiburan Sosial

Di Prancis, berdebat tentang politik, filsafat, atau seni di meja makan adalah hal biasa dan dianggap sebagai bentuk hiburan intelektual. Orang Prancis menikmati diskusi yang mendalam, bahkan jika pendapat berbeda. 

Di Indonesia, topik sensitif seperti politik sering dihindari untuk menjaga harmoni. Bagi orang Indonesia, intensitas debat ini mungkin terasa agresif atau tidak nyaman.

10. Tokoh Pelayan yang Tegas

Pelayan di kafe atau restoran Prancis, terutama di Paris, dikenal dengan sikap yang tegas dan profesional, bukan ramah secara berlebihan seperti di banyak negara. Mereka fokus pada efisiensi, dan senyuman lebar bukanlah keharusan. 

Di Indonesia, pelayanan yang hangat dan ramah lebih dihargai, sehingga sikap pelayan Prancis mungkin terasa dingin atau kurang sopan bagi wisatawan Indonesia.