Sejarah Panjang Nissan di Indonesia, Dari Patrol ke Datsun, Hingga Reuni Bersama Indomobil

Sejarah Panjang Nissan di Indonesia, Dari Patrol ke Datsun, Hingga Reuni Bersama Indomobil

Sejarah panjang Nissan mengaspal di Tanah Air, dimulai sejak era 1960

Dalam dinamika industri otomotif Indonesia, nama Nissan adalah sebuah kisah yang penuh cerita.

Dari masa ke masa, merek asal Jepang ini pernah menjadi primadona, merasakan kejayaan, lalu pelan-pelan meredup.

Kini, Nissan Indonesia kembali membuka lembaran baru. Nissan kembali ke pelukan Indomobil, yang menjadi sinyal kebangkitan baru bagi merek Nissan.

Sejarah panjang Nissan mengaspal di Tanah Air, dimulai sejak era 1960. Begini sejarah lengkapnya yang berhasil dihimpun OtoHub.co.

Sejarah Nissan Indonesia

Kisah itu dimulai pada era 1960-an. Jip Nissan Patrol masuk ke Indonesia, memperkenalkan daya tahan khas mobil Jepang di jalanan Tanah Air.

Namun momentum besar baru datang pada 1969.

Saat itu, PT Indokaya ditunjuk sebagai agen tunggal Datsun, salah satu sub-brand Nissan.

Indokaya bukan pemain sembarangan. Mereka memproduksi pikap, jip, hingga sedan dengan rata-rata 750 unit per bulan.

Bahkan di 1974, lahirlah Datsun Sena yang produksinya mencapai 250 unit tiap bulan.

Datsun Sena sempat diproduksi di Indonesia

Nama Datsun melekat kuat di masyarakat, murah, bandel, dan bisa diandalkan.

Seiring waktu, tongkat estafet bisnis berganti. Dari Indokaya, lalu berubah kepemilikan, hingga akhirnya Nissan Motor Indonesia (NMI) resmi berdiri pada 2001 sebagai agen pemegang merek sekaligus produsen.

Masa Emas di Purwakarta

NMI bukan sekadar kantor distribusi. Mereka punya basis produksi besar di Purwakarta, Jawa Barat.

Yakni dua pabrik perakitan dan satu pabrik mesin-transmisi berdiri di Kawasan Industri Kota Bukit Indah.

Kapasitas produksinya mencapai 180 ribu unit per tahun, salah satu yang terbesar di masanya.

Dari sinilah lahir model-model yang jadi ikon jalanan Indonesia. Mulai dari Nissan March, Juke, Evalia, Grand Livina, hingga X-Trail.

Nissan New Grand Livina turut bersaing bersama Toyora Avanza di segmen low MPV

Tahun 2013 menjadi puncak kejayaan. Saat pasar otomotif Indonesia mencatat rekor 1,22 juta unit, Nissan berhasil menjual 61 ribu mobil.

Pangsa pasarnya hampir 5 persen, menempatkan mereka di peringkat enam merek terlaris. Nissan kala itu seolah menemukan momennya.

Roda Berputar

Namun roda memang selalu berputar. Seiring gemerlap penjualan, tanda-tanda kemunduran mulai muncul.

Tahun 2018, NMI menghentikan penjualan merek Infiniti. Segmen premium yang mereka incar tak mampu bersaing dengan Lexus, Mercedes-Benz, atau BMW.

Setahun berselang, kabar mengejutkan datang dari Purwakarta. Plant 1, pabrik utama Nissan, resmi ditutup. Yang tersisa hanya Plant 2, itupun untuk merakit Datsun.

Nissan kemudian meluncurkan Livina baru pada 2019. Bedanya, Livina kali ini tidak lahir dari pabrik Nissan sendiri, melainkan dirakit Mitsubishi dengan basis Xpander.

Meski banyak pro dan kontra, langkah itu terbukti cukup menyelamatkan penjualan Nissan Indonesia.

Tapi angka tak bisa dibohongi. Dari puncak 61 ribu unit di 2013, penjualan Nissan terus menurun drastis.

Sebenarnya Nissan sempat mencoba kartu lama. Yaitu menghidupkan kembali Datsun.

Pada 2014, Datsun GO+ dan GO meluncur, disusul Cross di 2018. Mobil-mobil ini cukup menarik hati konsumen kelas menengah bawah.

Puncaknya pada 2015, penjualan Datsun hampir menyentuh 30 ribu unit.

Datsun GO Cross

Namun lagi-lagi, momentum itu tak bertahan lama. Kehadiran duet Calya-Sigra di 2016 membuat Datsun GO+ terhimpit. Perlahan, namanya kembali meredup lagi.

Harapan sempat muncul ketika NMI merencanakan produksi mesin 1.500 cc untuk Xpander dan Livina di Purwakarta.

Kapasitasnya digadang-gadang bisa mencapai 160 ribu unit per tahun. Namun rencana itu tak pernah benar-benar terealisasi.

Akhirnya, satu per satu lampu di pabrik Nissan padam. Yang tersisa hanyalah memori akan masa emasnya

Reuni dengan Indomobil

Kini, cerita Nissan memasuki bab baru. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) resmi mengambil alih 99,9 persen saham NMI. Melalui PT National Assemblers, Indomobil akan memegang kendali penuh.

"Langkah ini merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan kinerja usaha Indomobil Group dengan menambahkan portofolio perusahaan di bidang perakitan kendaraan bermotor," ujar Jusak Kertowidjojo, Direktur Utama IMAS, dalam keterbukaan informasi BEI (29/8).

Bagi Indomobil, ini bukan sekadar akuisisi. Mereka pernah menjadi bagian dari sejarah panjang Datsun dan Nissan di Indonesia sejak 1980-an. Kini, reuni itu kembali terjadi.

Pertanyaannya, mampukah Indomobil menghidupkan kembali semangat Nissan? Atau perjalanan ini hanya sekadar menjaga nama besar agar tetap eksis?

Pasar otomotif Indonesia kini sudah jauh berubah. Kompetisi semakin ketat, tren elektrifikasi makin kencang, dan konsumen lebih selektif.

Nissan yang dulu berjaya, kini harus mencari cara baru untuk kembali relevan.

Yang jelas, kisahnya belum selesai. Dari Patrol hingga Livina, Nissan sudah menorehkan jejak panjang. Dan bersama Indomobil, lembaran sejarah itu akan kembali ditulis.