First Drive Honda HR-V Hybrid, Konsumsi BBM Saingi Brio
Di hari peluncurannya, PT HPM (Honda Prospect Motor) mengajak sejumlah rekan media termasuk KatadataOTO untuk langsung menjajal Honda HR-V Hybrid rute Jakarta-Anyer-Jakarta.
Pihak Honda mengungkapkan bahwa pengetesan itu bermaksud membuktikan kenyamanan serta efisiensi penggunaan bahan bakar Honda HR-V hybrid.
“Teknologi e:HEV menghadirkan sensasi khas Honda yang sporti dan fun to drive namun semakin hemat bahan bakar dan ramah lingkungan,” kata Yusak Billy, Sales & Marketing and After Sales Director PT HPM di Jakarta beberapa waktu lalu.
Varian hybrid tertinggi yaitu RS e:HEV menggantikan model turbo, dulu dipasarkan di Indonesia di atas Rp 500 juta. Banderol versi hybrid bisa dibilang menarik, karena lebih murah Rp 60 jutaan dari tipe turbo.

Secara desain tidak berbeda jauh dari model pendahulunya. Namun jantung pacu HR-V buat pertama kali pakai mesin hybrid rakitan lokal Honda berkapasitas 1.500 cc.
KatadataOTO berkesempatan mencoba secara langsung Honda HR-V, tipe e:HEV Modulo di hari pertama lalu RS e:HEV pada hari kedua, melewati sejumlah rute dengan total jarak sekitar 325 km. Berikut ulasan lengkapnya.
Posisi Berkendara
Tidak sulit menemukan posisi berkendara nyaman pada Honda HR-V. Tetapi ada perbedaan pada varian e:HEV dan RS e:HEV.
Di tipe tertinggi RS, pengaturan jok sudah elektrik. Sedangkan pada tipe hybrid di bawahnya termasuk Modulo yang dilengkapi aksesoris, pengendara perlu mengatur posisi jok secara manual.
Operasional fitur-fitur cukup mudah. Berbeda dari mobil Cina keluaran terkini, Honda masih menggunakan head unit berukuran tidak terlalu besar lalu pengaturan fitur seperti AC masih pakai model kenop, bukan dikendalikan lewat head unit.
Pengaturan spion juga seperti mobil Honda lain, ditempatkan di sisi pintu pengemudi sehingga tidak menyulitkan.
Impresi Berkendara
Hari pertama di sesi etape satu kami mengemudikan HR-V Modulo, tipe di bawah RS yang mendapatkan tambahan body kit. Perjalanan dimulai dari Hallf Patiunus, Jakarta Selatan ke Rest Area KM 43 Tol Tangerang-Merak.
Tidak sekadar mencoba performa, kami juga ditantang untuk menguji efisiensi penggunaan bahan bakar HR-V Hybrid.

Mobil diisi oleh tiga orang dewasa termasuk pengemudi dan beberapa barang bawaan saat kami berangkat.
Membelah kemacetan di kota terasa semakin mudah berkat fitur keamanan disematkan pada HR-V. Ketika menyalakan sein, head unit menampilkan tangkapan video kondisi di sisi kiri atau kanan mobil buat memudahkan manuver.
HR-V Hybrid varian Modulo sama seperti tipe RS, dilengkapi tiga mode berkendara. Perjalanan dari Jakarta sampai ke Rest Area KM 43 dilakukan pakai mode Econ, diklaim membantu menghemat penggunaan bensin.
Selama perjalanan, mesin bakar dan baterai saling bergantian ambil alih sebagai sumber daya kendaraan. Ketika mobil dipacu dalam kecepatan tinggi stabil mode EV non aktif.
Sementara ketika kendaraan melambat seperti di kecepatan 20 km/jam ke atas, motor elektrik menjadi penggerak utama mobil. Membuat kendaraan seketika menyerupai EV, tidak mengeluarkan bunyi mesin dan gas terasa semakin responsif.

Meskipun begitu satu hal yang langsung menjadi sorotan adalah kabin kurang senyap apalagi di kondisi hujan. Sehingga meskipun saat mode EV, tetap terdengar berisik ban berputar dan suara kendaraan dari luar.
Lalu keberadaan paddle shift jadi sesuatu yang sangat berguna di jalan tol. Fungsi utamanya adalah untuk regenerative braking buat mengisi ulang baterai.
Tetapi fitur satu ini juga membantu kami memperlambat laju kendaraan di tol tanpa perlu bolak-balik memindahkan kaki ke pedal rem. Pengereman terasa lebih halus dan tidak mengagetkan.
Perjalanan berlangsung tanpa hambatan berarti. Sampai di rest area, konsumsi bahan bakar yang tercatat di MID adalah 27,5 km/liter, berada di atas klaim PT HPM yakni 25-26 km/liter.
KatadataOTO berpindah ke bangku baris kedua dalam melanjutkan perjalanan dari Rest Area KM 43 sampai ke Anyer sejauh 76 km.
Legroom dan headroom terasa sangat lega bagi orang dengan tinggi badan di kisaran 150 cm. Ada arm rest di bagian tengah dilengkapi cup holder, kemudian banyak kompartemen penyimpanan di bagian pintu mobil.
Ada AC disematkan pada di bagian belakang konsol tengah, jadi suhu kabin di baris kedua bisa tetap terjaga baik.

Turut jadi perhatian kami juga adalah absennya panoramic roof. Dulu, komponen tersebut ada di tipe SE, menambah kesan lapang di dalam mobil.
Sekarang varian e:HEV dan e:HEV Modulo penerus SE tak lagi dibekali panoramic roof. Menurut pihak Honda, ini dilakukan atas saran dari konsumen.
Jadi sekarang panoramic roof cuma ada di varian tertinggi RS e:HEV. Titik kumpul kedua adalah di pantai kawasan Kadena Resort dengan konsumsi BBM 28,5 km/liter.
Sebagai catatan konsumsi bergantung pada gaya berkendara pengemudi. Capaian 28,5 km/liter dilakukan pakai mode Econ, pola berkendara normal dan kondisi AC menyala sepanjang perjalanan.

Perjalanan berakhir di hotel Novus Jiva. Pada hari kedua, kami berkesempatan mencoba unit tipe tertinggi RS e:HEV.
Perbedaan utama terletak pada keberadaan panoramic roof. Sayangnya masih sama seperti HR-V terdahulu, penutup kaca panoramic baris kedua sangat repot dilepas secara manual.
Kabin didominasi warna hitam. Jok sampai setir diberikan jahitan merah guna menambah kesan sporti pada interior.
Pengaturan kursi pengemudi terasa mudah karena sudah elektrik naik-turun maupun maju-mundur. Tetapi penumpang baris depan harus puas dengan pengaturan maju-mundur dan reclining manual.
Dalam perjalanan menuju Tahura Pandeglang sejauh 40 km, melewati area jalan berbatu dan menanjak HR-V tidak butuh banyak effort.
Pengaturan suspensi menurut kami terasa pas. Tidak terlalu empuk maupun keras, cukup menjaga kenyamanan penumpang di baris depan dan belakang.
Motor elektrik yang ambil kendali saat kecepatan rendah membuat mobil jadi sunyi, lalu torsi instan memudahkan kami melibas tanjakan.

Dari Tahura, perjalanan berlanjut ke Kapulso Cafe sejauh 40 km. Melewati area kota yang cukup padat, fitur keamanan HR-V Hybrid terasa cukup membantu pengemudi lebih berhati-hati akan kendaraan di sekitar.
Notifikasi ataupun peringatan keamanan dari Honda Sensing di mobil tidak mengganggu konsentrasi pengemudi. Sehingga pengalaman berkendara nyaman bisa tetap terjaga.
Rute terakhir adalah Kapulso Cafe menuju kantor HPM di Sunter, kisaran jarak sekitar 141 km.
Mode berkendara normal dan sport kami coba secara bergantian. Seperti biasa, mode sport menyebabkan pedal gas semakin responsif kemudian terdengar suara artifisial mesin guna menambah sensasi berkendara.
Dalam perjalanan kembali ke Jakarta turun hujan deras, kami akhirnya bisa merasakan fitur wiper otomatis pada HR-V Hybrid.
Komponen tersebut mampu mendeteksi ketika hujan turun deras dan menyapu kaca lebih cepat.
Tetapi cukup mengganggu ketika wiper tetap menyapu dalam kecepatan tinggi saat hanya hujan gerimis yang turun.
Perjalanan berakhir di kantor HPM dan kami mencatat konsumsi bahan bakar sekitar 24 km/liter. Ini didapatkan melalui gaya berkendara lebih variatif dibandingkan hari pertama, kondisi jalan padat kemudian tanpa mode econ.
Kesimpulan
Untuk SUV (Sport Utility Vehicle) kompak harga di bawah Rp 500 jutaan, HR-V hybrid menawarkan performa kendaraan yang mumpuni serta fitur modern.
Konsumsi bahan bakarnya juga menyaingi mobil andalan Honda yakni Brio, dengan klaim 16 km/liter.

Namun jadi catatan utama kami, kesenyapan kabin yang bisa dibilang minus terkhusus ketika hujan turun.
Kami membandingkan kesenyapan ini dengan mobil hybrid di kisaran harga serupa seperti Chery Tiggo 8 CSH. Pada mobil keluaran Tiongkok itu, kekedapan kabin lebih baik menahan suara dari luar masuk ke dalam.
Kemudian penutup panoramic roof pada tipe tertinggi masih belum ada perubahan dari model terdahulu. Proses lepas-pasangnya sangat merepotkan.