Mengapa Purwokerto Lebih Terkenal dari Banyumas? Ini Sejarahnya

Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Asal-usul Purwokerto, sejarah Purwokerto, Mengapa Purwokerto Lebih Terkenal dari Banyumas? Ini Sejarahnya, Dari Kadipaten ke Pusat Kabupaten, Peran Strategis di Masa Kolonial, Asal Usul Nama Purwokerto, Banyumas Tersisih Secara Popularitas

Purwokerto, yang kini dikenal sebagai jantung Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyimpan sejarah panjang yang membentuk reputasinya sebagai pusat aktivitas ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan di wilayah itu.

Meski Banyumas secara administratif adalah kabupaten induk, Purwokerto justru lebih populer di mata publik. Mengapa demikian?

Dari Kadipaten ke Pusat Kabupaten

Menurut catatan sejarah dari Sugeng Priyadi (2008) dalam Jurnal Penelitian Humaniora, Purwokerto dulunya hanyalah bagian dari Kadipaten Banyumas.

Pada awal abad ke-19, Banyumas bahkan menjadi pusat politik dan pemerintahan penting di wilayah mancanegara Kilen.

Namun, bencana angin topan selama 40 hari 40 malam memaksa pemindahan pusat pemerintahan dari Ajibarang ke desa Paguwon (Peguwon) yang kini dikenal sebagai Purwokerto.

Pemindahan itu dicatat pada 6 Oktober 1832, di masa Bupati Raden Adipati Mertadiredja II.

Tanggal ini kemudian dianggap sebagai hari jadi Purwokerto.

Peran Strategis di Masa Kolonial

Pada masa kolonial Belanda, arsitek terkenal Herman Thomas Karsten mendesain tata ruang Purwokerto untuk menghadapi lonjakan penduduk di Jawa.

Dibukanya jalur kereta api semakin mengukuhkan posisi Purwokerto sebagai kota yang lebih strategis dibanding Banyumas.

Pada 1936, pemerintah kolonial memutuskan memindahkan pusat Kabupaten dan Karesidenan Banyumas dari Banyumas ke Purwokerto.

Alasan strategis ini disampaikan langsung oleh Bupati Sudjiman Mertadiredja Gandasubrata, yang menganggap Purwokerto lebih berkembang dan memiliki potensi besar sebagai pusat transportasi dan perdagangan.

Asal Usul Nama Purwokerto

Dalam kajian bahasa yang dikutip dari Zoetmulder & Robson (2000), Purwokerto berasal dari kata “Purwakerta” yang artinya ‘disusun pada permulaan’ atau ‘awal mula pembangunan’.

Sementara itu, masyarakat Banyumas mengenalnya sebagai “Puraketa” atau “Prakerta”.

Penamaan ini juga muncul sebagai bentuk pembeda dari Purwakarta di Jawa Barat.

Legenda lokal mengaitkan nama ini dengan tokoh Kiai Kartisura dan situs Makam Astana Dhuwur Mbah Karta di Arcawinangun, yang dipercaya merupakan reruntuhan kerajaan Pasirluhur, sebuah kerajaan kecil yang pernah berjaya di tepi Sungai Serayu.

Banyumas Tersisih Secara Popularitas

Meski Banyumas menyandang status administratif lebih tinggi, popularitas Purwokerto terus menanjak karena berbagai faktor:

  • Keberadaan universitas besar seperti Universitas Jenderal Soedirman,
  • Pusat perdagangan, pariwisata (seperti Baturaden), dan layanan kesehatan,
  • Akses transportasi yang lebih maju, termasuk stasiun kereta api utama.

Sementara itu, Banyumas sebagai wilayah administratif cenderung identik dengan kawasan perdesaan dan sejarah masa lalu.

Berdasarkan catatan sejarah dan penelitian filologis, Purwokerto bukan hanya lahir dari sejarah panjang Kadipaten Banyumas, tetapi juga dari peristiwa alam, kepentingan politik kolonial, dan strategi pembangunan modern.

Keputusan memindahkan pusat pemerintahan ke Purwokerto telah membuatnya berkembang lebih pesat, hingga kini jauh melampaui popularitas nama Banyumas.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .