Wuling Air EV Terbakar di Bandung dan APAR Khusus Mobil Listrik

Insiden kebakaran pada mobil listrik kembali terjadi.
Kali ini, Wuling Air EV terbakar di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Jawa Barat.
Api sempat melalap bagian depan mobil dan memicu ledakan kecil, kemudian membesar hingga menghanguskan mobil listrik mungil asal negeri Tiongkok itu.
Belum diketahui penyebab pasti kebakaran mobil listrik tersebut.
Pihak Wuling Motors saat ini masih melakukan komunikasi dengan pemilik kendaraan serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan investigasi lebih lanjut.
“Saat ini kami sedang melakukan kontak kepada konsumen dan juga berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dari kejadian ini. Karena bagi kami, faktor keselamatan konsumen merupakan prioritas utama,” ucap Wuling Motors melalui Aftersales Director, Maulana Hakim, Sabtu (5/6/2025).
BYD Seal terbakar di Palmerah, Jakarta Barat
Pada kebakaran mobil listrik, api lebih sulit dipadamkan dibandingkan dengan kebakaran pada mobil konvensional.
Lantas, apakah pemilik kendaraan listrik perlu menyiapkan alat pemadam api ringan (APAR) khusus?
Sebagaimana diketahui, mobil listrik menggunakan baterai berkapasitas tinggi yang mengandung sejumlah material seperti lithium, nikel, kobalt, mangan, dan fosfat pada bagian katoda.
Kombinasi bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan kebakaran yang jauh lebih sulit dipadamkan dibandingkan kendaraan berbahan bakar konvensional.
CEO PT Famindo Alfa Spektrum Teknologi, Willy Hadiwijaya, menyatakan bahwa ada penanganan yang berbeda antara kebakaran pada mobil bensin dan mobil listrik.
"Lithium baterai memang masuknya api kelas D (kebakaran logam). Tapi kalau kendaraan listrik yang terbakar, itu merupakan perpaduan atau gabungan semua kelas api. Karena ada baterai, air, minyak, benda padat dari interior, sistem kelistrikan, dan lain sebagainya," ujar Willy saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/5/2025).
Willy mengatakan, api yang dihasilkan dari kebakaran baterai kendaraan listrik memiliki suhu yang sangat tinggi dan sulit dikendalikan.
"Api-api kelas biasa itu maksimal 600-700 derajat Celsius. Sedangkan api yang terbakar dari kendaraan listrik atau baterai lithium, itu mulai dari 1.000 derajat Celsius, bahkan bisa sampai lebih dari 2.000 derajat. Kebayang tidak, besi saja sudah mulai lumer di suhu 1.000 derajat," jelasnya.
Karena itu, APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang digunakan untuk kendaraan listrik tidak bisa disamakan dengan kendaraan berbahan bakar bensin.
APAR khusus mobil listrik harus menggunakan bahan berbasis air (water-based chemical) yang mampu menetralkan panas tinggi dan mencegah reaksi berantai pada elemen baterai.
Dengan adanya perbedaan struktur api, APAR yang digunakan juga harus mengandung komposisi khusus untuk menetralkan dan memadamkan kebakaran, yakni berbahan dasar air atau water-based chemical.
Sementara itu, kebakaran pada mobil konvensional umumnya disebabkan oleh kebocoran bahan bakar seperti bensin.
Untuk kasus tersebut, penggunaan APAR jenis powder atau karbon dioksida (CO2) masih efektif.
“Untuk memadamkan kendaraan konvensional, itu kebanyakan akibat dari kebocoran bensin. Itu pakai APAR powder juga bisa, atau pakai CO2. Semuanya masih bisa diatasi dengan mudah,” kata Willy.