Donald Trump Isyaratkan Tunda Blokir TikTok di AS untuk Ketiga Kalinya

Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memberi kelonggaran kepada TikTok untuk tunduk pada undang-undang soal divestasi dan pemblokiran TikTok.
Laporan terbaru, Trump mengisyaratkan bahwa dirinya akan memperpanjang tenggat waktu bagi TikTok untuk menjual operasinya di AS, ketimbang langsung memblokir aplikasi tersebut.
Menurut Trump, ini dilakukan karena TikTok memiliki "tempat hangat di hatinya", setelah dianggap membantunya memenangkan suara kaum muda dalam pemilihan tahun lalu. Hal ini diungkap Trump dalam wawancara dengan NBC News di kediamannya di Mar-a-Lago, Florida, belum lama ini.
"Saya punya sedikit rasa sayang di hati saya untuk TikTok karena. Karena, seperti yang Anda tahu, saya menang di kalangan anak muda dengan 36 poin," ujar Trump.
"Tidak ada Republikan yang pernah menang di kalangan pemilih muda, dan saya menang karena fokus pada TikTok," tambahnya, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Techspot, Kamis (8/5/2025).
TikTok dinilai sebagai ancaman keamanan nasional
Pada awal tahun lalu, undang-undang bernama Protecting Americans from Foreign Adversary Controlled Applications Act atau Perlindungan Warga dan Aplikasi yang Dikendalikan Pesaing Asing), disahkan.Dalam UU ini, disebutkan bahwa TikTok memiliki dua pilihan untuk operasional TikTok di AS, yaitu menjual TikTok ke perusahaan AS atau non-China di AS agar terus beroperasi atau TikTok diblokir di AS.
Ketika itu, TikTok tak mengamini perintah UU tersebut. Alhasil, pada 19 Januari 2025, aplikasi media sosial berbagi video pendek ini ditutup atau diblokir di AS. Para pengguna di AS melaporkan tidak bisa mengakses TikTok saat itu.
Aplikasi TikTok di toko aplikasi Play Store dan App Store untuk kawasan AS pun sudah tidak tersedia. Namun, pemblokiran TikTok itu tak berlangsung lama.
Hal ini dikarenakan Trump menandatangani perintah eksekutif saat ia resmi dilantik dan menjabat sebagai Presiden AS ke-47 pada 20 Januari 2025, atau sehari setelah deadline TikTok.
Dalam perintah eksekutifnya, Trump menunda pemblokiran TikTok di AS selama 75 hari. Ini membuat TikTok memiliki masa tenggat waktu baru, yakni hingga 5 April 2025 untuk menjual operasinya, sebelum benar-benar diblokir di AS.
TikTok pun masih bergeming. Bahkan menyatakan lebih memilih untuk menyetop operasional TikTok di AS ketimbang menjual media sosial tersebut ke perusahaan AS, jika proses hukum dan pembicaraan dengan pemerintah AS gagal. Hingga 5 April, TikTok masih berada di bawah perusahaan induknya, ByteDance asal China.
Trump melunak dengan kembali memberikan perpanjangan 75 hari lagi kepada aplikasi berbagi video populer tersebut bulan lalu, sehingga batas waktunya menjadi 19 Juni 2025.
Meskipun deadline kedua tersebut masih beberapa bulan lagi, Trump mengatakan kepada NBC News bahwa ia bersedia memperpanjang batas waktu untuk ketiga kalinya. Sebuah sikap yang berbeda di masa jabatan pertama Trump tahun 2017-2021.
Sikap ini menambah dimensi baru dalam tarik ulur kebijakan Amerika Serikat terhadap aplikasi asal China itu, terutama menjelang masa pemilu dan di tengah ketegangan geopolitik yang terus berkembang.
Kepemilikan saham ByteDance
Saat ini, TikTok beroperasi di bawah perseroan terbatas yang berbasis di Los Angeles, AS dan Singapura. Namun, pada dasarnya, TikTok tetap dimiliki ByteDance, perusahaan teknologi yang berbasis di Haidian, Beijing, China.
Menurut rilis yang diterbitkan oleh TikTok pada Mei 2023, sekitar 60 persen saham ByteDance dimiliki oleh investor, termasuk perusahaan investasi besar AS, seperti General Atlantic, Susquehanna Capital, dan Sequoia Capital.
Sebesar, 20 persen saham ByteDance dimiliki oleh pendirinya, Zhang Yiming. Namun, Zhang memegang lebih dari 50 persen hak suara ByteDance, kata sumber yang dekat dengan isu ini.
Namun, cengkeraman Pemerintah China terhadap perusahaan-perusahaan swasta dalam beberapa tahun terakhir membuat AS khawatir mengenai seberapa besar kendali yang dimiliki Partai Komunis China terhadap ByteDance dan data yang dimilikinya.
Hingga kini, Bytedance menunjukkan sikap ketidak-inginannya menjual bisnis TikTok ke AS. Menurut sumber industri yang dihimpun Reuters, alasan dibalik penolakan penjualan TikTok ke perusahaan AS ini adalah karena algoritma TikTok dianggap penting untuk bisnis dan operasional ByteDance secara keseluruhan.
Selain itu, algoritma TikTok, suatu mekanisme yang bisa merekomendasikan video-video TikTok berdasarkan minat pengguna, juga dianggap cukup akurat, bagus, dan berbeda dengan platform media sosial lainnya.
Dengan begitu, menjual TikTok ke perusahaan AS sama saja dengan membongkar "rahasia dapur" ByteDance yang telah mereka kembangkan selama ini ke semua pihak, dan algoritma ini bisa saja dicontek oleh para kompetitor TikTok.