Disebut Coba Nego dengan Iran, Presiden AS Donald Trump Bantah Beri Penawaran

AS Donald Trump, pada Senin (30/6), mengatakan ia tidak menawarkan apa pun kepada Iran, juga tidak berbicara dengan negara tersebut sejak pihaknya benar-benar menghancurkan fasilitas nuklir mereka.
“Aku tidak menawarkan Iran apa pun, tidak seperti Obama. Aku bahkan tidak berbicara dengan mereka sejak kami benar-benar menghancurkan fasilitas nuklir mereka,” kata Trump dalam unggahan di Truth Social.
Pernyataan ini muncul ketika Wakil Menteri Luar Negeri Iran mengatakan kepada BBC bahwa pembicaraan antara Washington dan Teheran tidak bisa dilanjutkan kecuali Amerika Serikat memastikan tidak akan melakukan serangan lebih lanjut terhadap Iran.
Majid Takht-Ravanchi mengatakan kepada penyiaran Inggris tersebut bahwa AS telah memberikan sinyal ingin kembali ke meja perundingan, satu minggu setelah AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran.
“Kami belum menyepakati tanggal apa pun, kami belum menyepakati bentuknya. Saat ini kami mencari jawaban atas pertanyaan ini: apakah kami akan melihat terulangnya tindakan agresi saat kami sedang berdialog?,”kata Takht-Ravanchi.
Ia menegaskan AS perlu sangat jelas dalam menjawab pertanyaan yang sangat penting ini.
Kedua negara sebelumnya terlibat dalam pembicaraan terkait program nuklir Teheran ketika Israel menyerang situs nuklir dan infrastruktur militer Iran bulan ini. AS ikut serta dengan mengebom tiga situs nuklir, Fordo, Natanz, dan Isfahan, pada 21 Juni.
Wakil menteri itu mengungkapkan kepada BBC bahwa AS telah menyampaikan sinyal bahwa mereka tidak ingin melakukan perubahan rezim dengan menargetkan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Takht-Ravanchi juga mengatakan Iran seharusnya tetap diizinkan untuk memperkaya uranium. “Tingkat pengayaan bisa didiskusikan, kapasitas bisa didiskusikan, tapi mengatakan bahwa, ‘Anda tidak boleh memperkaya sama sekali, Anda harus nol pengayaan, dan jika tidak setuju kami akan mengebom Anda’, itu hukum rimba,” katanya.
Israel mengklaim program nuklir Iran hampir mencapai tahap pembuatan bom, sedangkan Teheran menyatakan programnya hanya untuk tujuan damai.
Belum jelas seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan dari serangan tersebut terhadap fasilitas nuklir Iran, yang menurut Trump telah ‘benar-benar dihancurkan’.
Kepala badan pengawas nuklir PBB, Rafael Grossi, mengatakan Iran mungkin akan dapat kembali memproduksi uranium yang diperkaya dalam hitungan bulan. Namun, Takht-Ravanchi mengatakan ia tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Di bawah perjanjian pada 2015, Iran diizinkan memperkaya uranium hingga di bawah 3,67 persen untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir komersial.
Trump keluar dari perjanjian itu pada 2018, dan Iran membalasnya dengan memproduksi uranium yang diperkaya hingga 60 persen, di atas tingkat penggunaan sipil, tetapi masih di bawah tingkat untuk senjata.
Jika bahan itu disempurnakan lebih lanjut, secara teori, itu cukup untuk membuat lebih dari sembilan bom nuklir.(dwi)